Mon. Oct 7th, 2024

2 Siswa Kembali Tewas Jadi Indikator Rendahnya Literasi Dampak Kekerasan

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh oknum guru hingga berujung pada kematian siswa kembali mengemuka. Kejadian ini menjadi indikator rendahnya tingkat literasi mengenai dampak kekerasan di kalangan pendidik.

“Kami tak bosan-bosannya mengingatkan bahwa kekerasan di lingkungan pendidikan itu nyata. Kami menyerukan pengusutan menyeluruh untuk mengetahui penyebab peristiwa tewasnya dua siswa itu terjadi di Deli Serdang dan Blitar,” ujarnya Komisi X DPR RI Syaiful Huda, Sabtu (29/9/2024).

Sebagai informasi, dua siswa dari sekolah berbeda tewas akibat tindakan disiplin yang dilakukan oknum guru. Korban pertama adalah Rindu Syahputra Sinaga (14), siswa SMP Negeri 1 STM Hilir Deli Serdang, Sumatera Utara, yang meninggal seminggu setelah gurunya menyuruhnya jongkok sebanyak 100 kali. Sedangkan korban kedua berinisial KAF (13) asal MTs Blitar meninggal setelah gurunya melemparkan kayu ke kepalanya karena terlambat salat Dhuha.

Huda mengatakan, kasus kekerasan di Blitar dan Deli Serdang yang dilakukan oknum guru menjadi indikator rendahnya tingkat literasi dampak kekerasan di kalangan pendidik. Sekalipun kekerasan ini pada awalnya dimaksudkan sebagai bagian dari sikap disipliner, namun dapat berakibat fatal jika tidak dibarengi dengan pemahaman yang utuh mengenai dampaknya.

“Bisa kita bayangkan, menyuruh siswa jongkok hingga 100 kali atau dilempari sepotong kayu di kepalanya tentu akan berdampak fatal, padahal tujuan dari tindakan tersebut adalah “asal mendisiplinkan siswa tersebut,” ujarnya. . . .

Rendahnya tingkat literasi dampak kekerasan di kalangan pendidik, lanjut Huda, merupakan indikator buruknya kinerja Kelompok Kerja Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan di Sekolah (Pokja PPKS) dan tim PPKS. Menurutnya, jika Satgas PPKS dan tim PPKS berfungsi dengan baik, maka penyelenggara satuan pendidikan dalam hal ini guru akan bisa memahami dampak dari sikap kasar tersebut jika dilakukan tanpa perhitungan yang matang.

 

“Pengetahuan dampak kekerasan harus menjadi bagian integral dari program pencegahan yang dilakukan Satgas PPKS dan tim PPKS. “Bagaimana satgas PPKS dan tim PPKS di tingkat sekolah bisa bekerja efektif jika pemangku kepentingan utama pendidikan seperti guru, siswa, pimpinan sekolah tidak memahami akibat dari tindakan kekerasan yang mungkin terjadi” ujarnya.

Politisi PKB itu menyebut lembaga pendidikan di semua tingkatan menyimpan benih-benih kekerasan. Mengumpulkan sejumlah besar siswa dari latar belakang berbeda dapat memicu gesekan.

“Maka di sini kami mendorong peningkatan kinerja gugus tugas PPKS di tingkat pemerintah daerah dan tim PPKS di tingkat sekolah,” tutupnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *