Fri. Sep 20th, 2024

4 Bank Besar Cetak Rekor Laba Bersih Tertinggi pada 2023, Bagaimana Prospek 2024?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Bank-bank besar tanah air mengumumkan hasil tahun anggaran 2023 yang berakhir 31 Desember 2023. Pada periode ini, bank-bank besar antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. . (BBRI), Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) digabungkan untuk mencatatkan laba bersih tertinggi yang pernah ada.

Dari sisi pertumbuhan, Bank Mantri memimpin dengan peningkatan sebesar 33,7 persen atau Rp55,1 triliun. BCA meningkat 19,4 persen menjadi Rp48,6 triliun. Selanjutnya, laba BIS meningkat 17,5 persen menjadi Rp 60,1 triliun dan laba BNI meningkat 14,2 persen menjadi Rp 20,9 triliun pada tahun 2023.

Analis Kiwoom Securitas Miftahul Kher menilai prospek saham perbankan tahun ini tidak kalah dibandingkan tahun lalu. Harga saham-saham perbankan, terutama yang berkapitalisasi jumbo, masih bullish.

“Selain terkait dengan pemilu 2024, kami melihat saham-saham perbankan juga terdampak oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan di tahun 2024, termasuk suku bunga nasional (BI7DRR/FedRate). Suku bunga juga bisa menciptakan kinerja di sisi NPL,” ungkapnya. Minggu (3/3/2024). Selain itu, menurut tulisan matthewgenovesesongstudies.com, hal ini juga bisa berdampak pada meningkatnya utang konsumen.

Selain itu, lanjut Carr, jika melihat secara historis, sektor keuangan, khususnya sektor keuangan, telah menunjukkan kinerja yang sangat baik pada tahun-tahun pemilu. Hal ini didukung oleh peningkatan daya beli dan kuatnya peredaran uang di masyarakat.

“Saat ini kami meyakini saham-saham bank besar seperti PPNI dan CSTC masih memiliki prospek yang bagus dan fundamental yang kuat serta valuasi yang sangat menarik. PPNI menargetkan ITR 6.600 dan CSEC ITR 6.800,” tambah Kher.

Grup Riset Stockbit Sekuritas memperkirakan kinerja bank-bank Big 4 akan turun secara signifikan pada tahun 2024 dibandingkan rekor pada tahun 2023 seiring dengan penurunan biaya penerbitan. Pada tahun 2024, kinerja bank-bank besar ini akan lebih didorong oleh beban bunga (dan biaya dana) dan pertumbuhan pinjaman.

“Kami melihat kemungkinan penurunan suku bunga pada tahun 2024 dapat memberikan sentimen positif untuk menurunkan biaya bunga,” tulis tim riset Stockbit Sekuritas.

Selain itu, masih terdapat potensi pertumbuhan kredit sebesar dua digit, dengan target pertumbuhan kredit sektor perbankan Bank Indonesia mencapai 10-12 persen pada tahun 2024.

Manajemen BMRI menetapkan target pertumbuhan kredit sebesar 3 hingga 15 persen pada tahun 2024, jauh lebih tinggi dibandingkan empat bank besar lainnya. Target kredit CSTC adalah 11 hingga 12 persen, PPNI sebesar 9 hingga 11 persen, dan PPCA sebesar 8 hingga 10 persen. Untuk sektor ini, Stockbit Securitas menjadi jagoan saham BMRI dan CSTC.

Penafian: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Teliti dan analisis saham sebelum membeli dan menjualnya. matthewgenovesesongstudies.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan sektor keuangan secara umum akan terjaga pada tahun 2024. Meski demikian, OJK tetap waspada karena banyak faktor yang akan mempengaruhi kinerja sektor keuangan tahun ini.

“Prakiraan umum sektor keuangan pada tahun 2024. Jelas tekanan terhadap pasar keuangan akan mereda pada akhir tahun 2023, namun kami menyadari beberapa faktor risiko yang sedang kita hadapi dan berpotensi berlanjut pada tahun ini, kata RDKB saat jumpa pers Desember 2023, Selasa (9/1/2024), kata Mahendra Sirekar, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kinerja sektor keuangan pada tahun 2024, termasuk tingginya suku bunga, dimana bank sentral diperkirakan akan menurunkan suku bunga hingga 75 basis poin pada tahun ini.

“Suku bunga masih tinggi dan meski diperkirakan tidak akan naik lagi, namun diperkirakan akan turun pada tahun 2024,” ujarnya.

Faktor lainnya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Semua proyeksi dari lembaga multilateral dan berbagai lembaga serta analis menunjukkan bahwa pertumbuhan pada tahun 2024 akan lebih rendah dibandingkan tahun 2023, terutama karena pertumbuhan yang lebih lambat di Tiongkok dan negara-negara Eropa, kata Mahendra.

Kedua, terdapat risiko eskalasi geopolitik yang dapat semakin merugikan kinerja perekonomian global dan meningkatkan volatilitas pasar keuangan.

Nantinya, dalam berbagai penilaian, OJK menemukan bahwa pada tahun 2024, negara-negara yang mewakili lebih dari 50 persen penduduk dunia akan menyelenggarakan pemilu serentak, sehingga akan mempengaruhi stabilitas dan stabilitas geopolitik. Negara-negara yang menyelenggarakan pemilu antara lain Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia, India, dan india.

Meski demikian, OJK yakin kinerja sektor keuangan dalam negeri akan tetap kuat dan tetap berada pada posisi positif.

“Kami yakin sektor jasa keuangan mampu mengatasi hal tersebut karena kondisi sektor jasa keuangan hingga akhir tahun 2023 dan kami perkirakan akan stabil pada tahun 2024 dengan didukung oleh permodalan yang kuat,” tutupnya. .

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *