Tue. Oct 8th, 2024

5 Tips dari Dokter agar Anak dengan Kanker Tidak Susah Makan

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Konsultan nutrisi metabolik Dr. Yoga Devaera Sp A(K) berbagi tips membantu anak penderita kanker yang kesulitan makan.

“Bagi anak-anak pengidap kanker yang mengalami kesulitan makan, baik karena menjalani kemoterapi atau karena tumor melepaskan zat yang mempengaruhi nafsu makannya, ada beberapa tips yang bisa kita gunakan untuk membantu mereka,” kata Yoga.

Hal itu ia sampaikan pada acara Penghormatan Hari Anak Nasional: Peran Dukungan Suportif Anak Penderita Kanker yang diselenggarakan oleh Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan RS Siloam MRCCC Semanggi pada Sabtu, 13 Juli 2024 di Jakarta.

Yoga berbagi tips yang dapat digunakan orang tua untuk membantu anak-anak penderita gangguan makan memastikan mereka mendapatkan jumlah nutrisi yang tepat.

Berikut beberapa tips yang dibagikannya. 1. Sedikit demi sedikit, tapi sering

Beri makan dalam porsi kecil, namun dengan interval yang sering. Yoga mengingatkan kita bahwa bukan berarti anak tidak punya waktu makan, melainkan menganjurkan agar mereka melakukannya setiap dua jam sekali.

“Bukan berarti anak tidak makan, biasanya dua jam sekali, jadi tidak selalu,” jelas Yoga. 2. Modifikasi tekstur

Tujuan dari pengubahan atau pengubahan tekstur makanan tersebut adalah agar anak merasa nyaman saat makan. Pasalnya, anak sering mengalami sariawan yang merupakan efek samping kemoterapi dan membuat mereka tidak nyaman saat makan.

“Jika anak Anda mengalami sariawan, tentu akan lebih nyaman jika konsistensinya halus, harus diaduk terlebih dahulu agar konsistensi makanannya dapat diterima,” kata Yoga.

 

Menurut Yoga, selain tekstur, suhu makanan juga harus disesuaikan agar nyaman saat makan, menyarankan makanan dingin atau sesuai kesukaan anak.

“Suhunya sama, biasanya dingin lebih enak, tapi kalau anak mau makanan panas, tidak apa-apa,” ujarnya. 4. Sertakan sumber protein

Sumber protein merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh. Yoga mengatakan bahwa ketika anak-anak berada dalam fase terapi, mereka membutuhkan protein yang jauh lebih tinggi. Tentu saja asupan protein hewani menjadi prioritas.

“Modifikasinya bisa kita lakukan dengan memasukkan sumber protein, misalnya kalau anak susah makan, kita bisa menambahkan putih telur, misalnya putih telur, ke dalam makanannya,” ujarnya.

Yoga mengatakan, meski sumber protein yang dimasukkan tidak banyak, namun membantu meningkatkan asupan protein anak jika dilakukan secara konsisten.

“Memang tidak banyak, tapi jika dilakukan secara konsisten akan menambah asupan protein.”

 

Lebih lanjut Yoga menambahkan, jika anak masih kesulitan makan meski telah dilakukan modifikasi dan pengaturan, disarankan untuk meminum susu khusus berkalori tinggi.

Namun jika tidak mau, Yoga mengatakan sebaiknya anak dipasangi selang nasogastrik (NGT), yaitu selang khusus yang dimasukkan melalui hidung, tenggorokan, dan esofagus hingga ke lambung (lambung). ).

“Atau nggak mau makan, itu dimodifikasi, diatur, nggak mau, jangan menyerah. Kalau nggak mau pakai susu khusus, saatnya bapak dan ibu bersedia. memasang selang untuk anaknya,” ujarnya.

Yoga mengingatkan kita untuk tidak membuat anak sakit, tapi ini lebih baik daripada membiarkan anak kekurangan gizi.

“Bukan membuat anak merasa tidak enak karena sakit, tapi lebih baik daripada membiarkan anak kekurangan gizi,” kata Yoga.

Jika nutrisi memburuk, tambah Yoga, rehabilitasi akan semakin sulit. Hal ini juga berlaku pada anak yang gizinya baik, Yoga menganjurkan penggunaan NGT jika anak tidak mau makan sama sekali.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *