Sun. Sep 29th, 2024

6 Fakta Menarik Gunung Kendeng di Banten, Kini Jadi Desa Wisata dan Salah Satu Tempat Tinggal Suku Badui

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Gunung Kendeng atau Gunung Kendeng adalah sebuah gunung yang terletak di Desa Timur Citorek, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten. Sungai-sungai seperti Ciujung, Cisimeut dan Ciberang mengalir melalui kawasan hutan pegunungan ini.

Ketinggian Gunung Kendeng tidak diketahui dan tidak ada situs yang mencantumkannya. Namun banyak yang menulis bahwa kawasan di gunung tersebut merupakan tempat ritual masyarakat setempat.

Masih banyak hal lain tentang Gunung Kendeng selain lokasinya. Berikut enam fakta menarik Gunung Kendeng yang dirangkum Tim Lifestyle matthewgenovesesongstudies.com dari berbagai sumber pada Rabu (31/6/2024). 1. Tempat tinggal Badui

Mengutip situs Askara, salah satu warga yang pernah berkunjung ke Gunung Kendeng mengatakan, gunung ini merupakan salah satu kawasan yang dihuni oleh suku Badui. Suku Badui atau disebut juga Urang Kanekes merupakan salah satu suku bangsa Sunda.  2. Menjadi desa wisata

Menurut situs Jadesta, kawasan Gunung Kendeng akhirnya berubah menjadi desa wisata. Objek wisata Gunung Kendeng yang terletak di Desa Citorek Timur Kecamatan Cibeber menawarkan wisata bernuansa alam, pertanian, adat istiadat dan budaya serta budidaya ikan gurame Si Nyonya.

Wisata Gunung Kendeng sangat strategis, letaknya mulai dari kaki Gunung Kendeng hingga puncak Gunung Kendeng. Wisata alam Gunung Kendeng juga didukung langsung oleh Kasepuhan Adat Citorek, sehingga sangat sarat dengan adat istiadat dan budaya setempat yang masih dipertahankan dan dijadikan salah satu aturan dalam kehidupan masyarakat. 

Mengutip dari situs resmi Kampung Wates, asal usul nama Gunung Kendeng karena dari kejauhan gunung ini terlihat seperti “kemendeng”. Makna kemendeng ibarat diselimuti kabut yang disebabkan oleh tumpukan asap atau kabut yang menutupi seseorang.  4. Dapat mempelajari budaya dan adat istiadat

Gunung Kendeng dapat mempelajari adat dan budaya lokal yang menarik, seperti Festival Ngarengkong, Dogdog Lojor, Goong Gede dan melihat gudang tradisional Leuit Gede.

Meski tempatnya terpencil, namun sejak menjadi desa wisata sudah tersedia fasilitas bagi pengunjung. Terdapat area parkir, spot foto, bumi perkemahan, akomodasi, toilet umum, tracking hutan, warung makan minum dan surau. 

Biaya masuk ke Gunung Kendeng cukup masuk akal yaitu Rp 10.000 per orang. Harga ini dapat berubah sewaktu-waktu tergantung operator tur. Gunung Kendeng terletak kurang lebih 116 kilometer dari kota Serang dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih dua jam 54 menit.   

Gunung Kendeng ditempati oleh beberapa makam, salah satu makam yang disakralkan adalah makam salah satu keturunan Keraton Yogyakarta pada masa perang Pangeran Diponegoro yang bernama Yudhokuso. Warsidi atau biasa disapa Mbah Jayus merupakan generasi keempat penjaga Makam Gunung Kendeng.

Selama beberapa dekade, Warisidi bertugas membersihkan kuburan, mendampingi peziarah, dan memimpin ritual yang diadakan pada hari-hari tertentu. Salah satunya adalah hari Ba’da Mulud, banyak masyarakat yang mengunjunginya dengan tujuan untuk berdoa memohon keberkahan atau membaca yasin untuk nenek moyang Makam Gunung Kendeng. Jika Anda juga ingin berziarah menelusuri kembali peninggalan para pejuang zaman kolonial, Anda bisa datang ke Desa Wates.

Usia makam terlihat dari peti mati yang terbuat dari balok kayu dengan ukiran bermotif kuno. Sayangnya, sebagian kayunya kini sudah keropos.

Di kawasan ini selain makam Yudhokuso, masih banyak juga makam lain yang terletak di kiri jalan sebelum mencapai makam Yudhokusum. Penduduk setempat menyebutnya sebagai makam Ki Demang dan keturunannya.

Mengutip saluran daerah matthewgenovesesongstudies.com, 23 November 2023, ada lagi Gunung Kendeng di utara Jawa Tengah yang lebih dikenal dengan nama Pegunungan Kendeng. Pegunungan ini cukup panjang, yakni 250 km dan mencakup delapan kabupaten dan dua provinsi di Pulau Jawa.

Di Jawa Tengah, pegunungan ini meliputi wilayah Blora, Grobogan, Sragen, Semarang, dan Salatiga. Sedangkan di Jawa Timur Pegunungan Kendeng meliputi Bojonegoro, Madiun, hingga Nganjuk.

Terbentuknya Pegunungan Kendeng dimulai jutaan tahun lalu. Pegunungan karst yang tersusun dari batu kapur ini terbentuk akibat pergerakan lempeng yang terjadi jutaan kali.

Sebagian wilayah yang sekarang menjadi Gunung Kendeng mungkin pernah ditempati oleh lautan. Bisa jadi lautan, kalau kita bicara mempelajari situs prasejarah purba Sangiran, lalu di Bumiayu yang merupakan wilayah di Jawa Tengah. Itu bagian dari lautan. Lalu terjadi pergeseran lempeng yang terus menerus. kata arkeolog Semarang Tri Suekso.

Dijelaskan bahwa kawasan Pegunungan Kendeng pernah dihuni manusia sebelum adanya kerajaan Hindu-Buddha di Pulau Jawa. Bahkan lebih tua lagi, sejak zaman prasejarah. “Masyarakat sudah mendiami Kendeng sejak jauh sebelum masa prasejarah Hindu-Buddha,” kata Bekso. 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *