Fri. Sep 20th, 2024

7 Fakta Menarik Sejarah Kelam Wabah Black Death

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Black Death atau yang dikenal dengan Black Plague merupakan salah satu epidemi paling mematikan dalam sejarah umat manusia. Selama berabad-abad, para ilmuwan memperdebatkan sumber wabah yang memporak-porandakan dunia abad pertengahan.

Setelah 675 tahun, para ilmuwan baru mampu memecahkan misteri asal muasal epidemi Black Death. Memperkenalkan laman Britannica pada Jumat (26/4/2024), berikut beberapa fakta menarik sejarah kelam Black Death.

1. Sejarah dan Asal Usul Kematian Hitam

Penyakit mematikan ini pertama kali tiba di Eropa pada pertengahan abad ke-14 pada bulan Oktober 1347.

Di sanalah 12 kapal asal Laut Hitam berlabuh di pelabuhan Messina di Sisilia, Italia. Saat itu masyarakat yang berkumpul di dermaga terkejut melihat banyak pelaut yang tewas.

Mereka yang masih hidup ditemukan dalam keadaan sakit parah dengan mayat penuh nanah. Saat itu, pemerintah langsung mengeluarkan 12 kapal dari pelabuhan.

Namun, sia-sia saja, penyakit ini telah menyebar dan dari tahun 1347 hingga 1353 epidemi yang mengerikan dimulai di Eropa.

2. Disebabkan oleh bakteri Yersinia Pestis

Pada awalnya, tidak ada yang tahu apa penyebab Black Death. Selama berabad-abad, tidak ada yang mengetahui penyebab pasti dari Black Death.

Baru pada tahun 1894 seorang dokter bernama Alexander Yersin menemukan Yersinia pestis. Bakteri penyebab penyakit hitam.

Bakteri ini mengeluarkan racun yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Mereka kemudian berkembang biak dan menyerang organ seperti paru-paru dan kelenjar getah bening.

Virus ini memakan kutu yang hidup pada mamalia kecil seperti tikus. Setelah mamalia muda mati, kutu berpindah ke lokasi baru dan menularkan virus Y. pestis dalam tubuh inangnya.

Infeksi juga dapat terjadi melalui darah atau menghirup tetesan cairan yang terinfeksi.

 

3,50 juta nyawa tidak terselamatkan

Dilaporkan 50 juta orang di benua Eropa meninggal dalam empat tahun Wabah Hitam. Populasi benua ini menurun drastis dari 80 juta menjadi 30 juta.

Sekitar 60 persen populasi Eropa hilang akibat epidemi ini. Di beberapa daerah, angka kematian mencapai lebih dari 60 persen.

Ada juga beberapa tempat seperti Quob di Hampshire di mana seluruh penduduknya telah musnah karena penyakit ini. Namun, ada beberapa kota yang tidak terkena dampak Black Death, seperti di Jerman bagian utara.

Meskipun banyak korban jiwa, Black Death mengubah kondisi demografi, ekonomi dan sosial di benua Eropa.

4. Menyebar dengan sangat cepat dan mematikan

Wabah Hitam mempunyai dampak yang mematikan bagi orang yang sakit. Orang yang terinfeksi penyakit hitam mengalami benjolan atau pembengkakan di ketiak, selangkangan, atau leher.

Benjolan tersebut menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Penderitanya juga akan mengalami demam tinggi, sakit kepala, kelelahan, nyeri, dan batuk darah.

Setelah terinfeksi, wabah hitam dapat membunuh pasien dalam waktu 5 hari atau kurang. Black Death juga menyebar dengan sangat cepat, 30 hingga 100 kali lebih cepat dibandingkan penyakit modern.

Apalagi pengobatan penyakit pada masa itu berbahaya dan berbahaya, bahkan risiko kematian pun lebih tinggi.

 

5. Dr. Epidemiologi Pakaian Burung

Tingginya angka kematian selama merebaknya Black Death diperparah dengan kedatangan dokter wabah. Karena kurangnya dokter pada saat itu, semakin banyak ahli epidemiologi yang bekerja.

Sekalipun mereka mengatakan bahwa dokter bukanlah dokter profesional. Peran mereka dalam merawat pasien juga jarang.

Sebaliknya, mereka hanya mencatat jumlah korban yang terinfeksi penyakit tersebut untuk tujuan penghitungan. Seragam APD yang dikenakan para dokter ini sangat ikonik dan menakutkan.

Ahli epidemiologi mengenakan “setelan kulit kambing” yang dirancang oleh Charles de l’Orme. Masker yang dikenakan ahli epidemiologi ini berbentuk kepala burung.

Paruhnya mengandung rempah-rempah seperti mint, sari mawar dan bahan herbal lainnya untuk menyaring udara. Tujuan penggunaan paruh yang diayak untuk membuat bumbu dan rempah-rempah adalah untuk menyembunyikan bau dari tubuh korban Black Death.

Saat itu, darahnya diduga terkontaminasi penyakit ini. Para ahli epidemiologi membawa tongkat untuk menghindari kontak langsung dengan pasien.

Ada kekhawatiran epidemi ini bisa menyebar melalui kontak kulit langsung. Dengan topi kulit sebagai simbolnya, setiap orang pada saat itu menganggap dirinya seorang profesional kesehatan.

Sayangnya, para ahli epidemiologi juga menjadi kontroversi karena banyaknya praktik negatif yang mereka lakukan. Selain kostum mereka yang mengerikan, banyak pasien yang meninggal akibat upaya mereka untuk menyembuhkan penyakit tersebut.

 

6 Kematian Hitam bukanlah wabah pertama

Black Death sebenarnya bukanlah wabah pertama. Wabah mengerikan ini adalah wabah kedua di Abad Pertengahan.

Wabah pertama terjadi pada abad keenam dan sering disebut dengan nama Justinian. Seperti halnya Black Death, wabah pertama menyebar luas dan menyebabkan banyak kematian.

7. Ini Tidak Akan Pernah Berakhir

Black Death berakhir pada tahun 1350an, namun Black Death tidak pernah benar-benar berakhir. Kematian Hitam telah terjadi selama beberapa generasi sejak tahun 1361.

Kematian Hitam muncul kembali di Inggris pada tahun 1361. Kemudian wabah kembali menyerang Tiongkok dan Asia pada tahun 1890-an.

Kemudian muncul di Amerika Utara pada tahun 1900an. Kemudian pada tahun 1990-an kembali terjadi wabah wabah hitam di Surat, India yang menimbulkan ketakutan yang sangat besar.

(Tiffany)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *