Thu. Sep 19th, 2024

Usia Seks Bebas Semakin Muda di Tengah Fenomena Mundurnya Usia Menikah

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Belakangan ini ramai diperbincangkan mengenai penurunan usia menikah dan penurunan angka perceraian di Indonesia.

Jumlah pernikahan di Indonesia pada tahun 2023 akan menurun dan berada pada angka terendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu 1.577.255.

Data tersebut dilansir dalam Statistik Indonesia 2024 Volume 52 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS).

Pada tahun 2021, jumlah pernikahan mencapai 1.742.049 jiwa. Namun pada tahun 2022 jumlah pernikahan turun menjadi 1.705.348.

Menyusul viralnya acara pernikahan yang mulai mereda, Deputi Bidang Advokasi, Mobilisasi dan Informasi (Adpin) BKKBN Sukaryo Teguh Santoso mengingatkan ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan.

“Yang bertunangan adalah yang sudah menikah. Tapi apakah orang yang sudah menikah sama dengan orang yang tidur di luar nikah?’ kata Soekaryo dalam keterangan pers, Rabu (13/3/2024).

Sukaryo menilai keengganan menikah di kalangan generasi muda bukanlah hal yang serius, meski perlu mendapat perhatian.

Namun zina, yaitu tidak menikah namun melakukan persetubuhan di luar nikah, merupakan hal yang harus dihindari. Kamu harus berhati hati.

Jika kita melihat fenomena di beberapa negara dimana usia menikah lebih rendah atau generasi mudanya tidak berniat menikah, terdapat kecenderungan usia menikah lebih muda dibandingkan sebelum menikah.

Sukaryo menambahkan, Age Spesific Fertility Rate (ASFR) sudah diketahui sejak 10 hingga 15 tahun. Lima sampai sepuluh tahun yang lalu, jumlah tersebut bahkan tidak ada.

Artinya perselingkuhan harus terjadi dulu, ujarnya.

Ia menegaskan, para pihak harus mencermati hubungan di luar nikah yang sedang meningkat.

“Kita perlu berpikir lebih jauh karena nantinya akan terjadi ketidakharmonisan dalam sebuah keluarga yang berujung pada perceraian,” ujarnya.

Soekaryo mengatakan pihaknya belum memiliki data atau penelitian mengenai penurunan angka pernikahan di beberapa daerah. Namun, dia berharap bisa dikumpulkan data mengenai penurunan usia menikah.

“Sumber datanya harus jelas, apakah itu menyangkut organisasi pelapor yang mengelola perkawinan atau tidak.

‘Apakah perkawinan itu dicatatkan atau tidak.

Sukaryo mengatakan, ada beberapa alasan mengapa generasi muda saat ini enggan menikah dini.

Beberapa di antaranya bersifat psikologis, sosial dan ekonomi dan perlu dipelajari. Singkatnya, banyak teori yang mengatakan bahwa stres hidup yang semakin meningkat menjadi penyebab orang enggan menikah.

“Sebenarnya berdasarkan penelitian yang saya lakukan di Jawa Barat, orang menikah karena keluarganya ada masalah.

Sukaryo Teguh pun menilai ada alasan lain mengapa masyarakat enggan menikah dini. Karena mereka mempunyai perusahaan yang bagus.

“Jadi saya tidak ingin mempersulitnya,” ujarnya.

Namun Sukary mempertanyakan apakah temuan tersebut didukung data yang baik.

“Untuk memahami tren penurunan jumlah perkawinan saat ini, perlu dikaji dari berbagai sudut pandang dan sumber agar diketahui dengan jelas trennya, dimana gereja-gereja menuntut agar perkawinan dicatatkan dalam pencatatan sipil,” tutupnya. .

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *