Thu. Sep 19th, 2024

Ngabuburit di Kutek UI, Tempat Favorit Anak UI Berburu Takjil di Bulan Ramadhan

matthewgenovesesongstudies.com, Batavia – Berburu takjil menjadi salah satu aktivitas di bulan Ramadhan yang tak boleh dilewatkan. Tradisi mencari posisi terbuka ini dilakukan oleh semua kalangan, tanpa memandang usia dan lokasi, di kalangan mahasiswa.

Minggu (17/3/2024), Lifestyle matthewgenovesesongstudies.com mengunjungi salah satu tempat favorit mahasiswa UI untuk berburu takjil. Tempat di depan Kukusan Teknik (Kutek) merupakan pintu masuk Universitas Indonesia. Tepat di pertigaan yang menghubungkan Jalan Carita Kukusan dengan Jalan H. Amati, terdapat warung sementara dengan meja dan terpal.

Para pedagang menjual berbagai makanan khas mudah rusak mulai dari jajanan pasar seperti nasi maye, tahu, isian arem-arem, coklat batangan, bakwan, minuman terbatas dan makanan berat. Mereka mulai membuka kios mulai pukul 15.00 hingga sekitar pukul 18.30. Kios mereka tak pernah sepi pengunjung, banyak di antaranya adalah pelajar.

Kawasan Kutek terkenal sebagai tempat menginap mahasiswa UI dari berbagai fakultas. Seperti yang disebutkan salah satu siswa kelas tiga 3 di atas, Shessy bertemu Kutek saat sedang berburu takjil. “Iya, karena pemerintahan ini dekat,” ujarnya.

Ia menambahkan, berburu takjil menjelang puasa bisa dilakukan di Kutek UI karena tersedia beberapa varian takjil yang kegiatannya menyenangkan. Pedagang dadakan Kutek UI menjual Takjil dengan harga Rp 2.000 hingga Rp 3.000 untuk satu buah gorengnya.

Sedangkan mobil coklat dijual di diler dengan harga Rp 3,5 ribu. Lalu ada varian pendingin antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000. Selain itu ada juga es podeng isi kacang ijo, agar-agar, dan alpukat seharga Rp 10.000. Ada juga steam dim sum seharga Rp 10 ribu dalam porsi empat mini.

Shessy membelikan satu bungkus dim sum, dua buah lontong maye, satu bakwan, satu tahu, dan dua batang coklat. Sebanyak Rp 27.000 dihabiskan untuk makan buka puasanya kemarin. “Tapi itu sepadan,” katanya tentang harga makanan ringan tersebut.

Selain jajanan kecil, juga terdapat penjual makanan berat seperti nasi bakar, seblak prasmanan, sate kulit, dan nasi goreng. Toko mereka tampak sibuk sebagai penjual takjil.

Semakin sore, suasana di Kutek UI semakin tegang. Jalan yang lebarnya hanya 2,5 meter itu dipenuhi pedagang, pejalan kaki, dan lapak sepeda motor.

Saking padatnya, pejalan kaki kerap berhenti sejenak karena padatnya lalu lintas. Parahnya, mobil tersebut melewati kerumunan pada Minggu sore. Jalan menjadi semakin padat dan tidak dapat dilalui sama sekali.

Pengendara sepeda motor yang kesal itu terlihat terus menusuk ke arah pengemudi mobil. Namun karena banyaknya sepeda motor yang parkir di pinggir jalan dan semakin banyaknya pedagang yang mengantri, terlihat kendaraan tersebut terdorong dan tidak bisa maju atau mundur.

Pejalan kaki pun harus turun tangan menata sepeda motor yang diparkir. Pembeli takjil pun sudah merapat ke meja pedagang. Masalahnya dapat teratasi setelah beberapa menit. Salah satu pelanggan tampak marah dan membentak pengemudi mobil.

“Kamu sudah tahu jalannya sempit, jadi bawa mobil,” ujarnya.

Di seberang jalan, di atas pagar antara kawasan UI dan pemukiman warga, terdapat tanda larangan parkir dan larangan berjualan bertuliskan “RT. 01 RW. 03”.

Faktanya, baik pedagang maupun sepeda motor tidak berada di dekat bendera. Namun tampaknya larangan tersebut sengaja dilakukan untuk mencegah menjamurnya pedagang saat takjil dadakan di bulan Ramadhan.

Bahkan, para penjual ini tak menghiraukan larangan takjil seadanya. Lantai dasar berpindah sekitar 15 meter dari tempat pengibaran bendera. Di sisi lain, banyak pedagang yang setiap hari mangkal di depan pintu Kuteki dan tidak ada larangan seperti pada tiket sebelumnya.

“Saya kira perlu ada solusi yang tidak merugikan pengguna jalan dan pedagang. Mungkin sebaiknya tempat jualannya dipindahkan ke tempat yang lebih aman,” tawar Shessy saat ditanya solusi toko paku ke kuku. tersumbat setiap Ramadhan.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *