Sat. Sep 21st, 2024

Ibu Hamil Terinfeksi TB dan Tak Diobati, Dokter: Bisa Pengaruhi Janin

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Batuk kering atau TBC bisa menimpa siapa saja termasuk ibu hamil. Menurut Ketua Federasi Organisasi Profesi Tuberkulosis (KOPI TB), Profesor Erlina Burhan, TBC pada ibu hamil dapat berdampak buruk pada janin jika tidak segera ditangani.

Ibu hamil yang mengidap TBC tapi tidak diobati, berisiko terhadap bayinya. Yang paling umum adalah BBLR, bayi berat lahir rendah. Jadi saat lahir, berat badan bayinya rendah, kata Erlina dalam temu media online bersama Perkumpulan. Dokter Paru Indonesia (PDPI), Senin (25.3.2024).

BBLR, lanjut Erlina, mempengaruhi tumbuh kembang bayi serta kondisi kesehatannya setelah dilahirkan.

“Bayi BBLR akan lebih mudah sakit dan lebih mudah tertular,” kata dokter spesialis paru tersebut.

Bakteri tuberkulosis sendiri dapat berpindah ke janin melalui plasenta atau tali pusat, hal ini dapat terjadi jika bakteri tersebut berada di dalam darah.

“Nah, kalau terjadi di dalam darah, TBC itu menyebar, TBC itu terjadi di seluruh aliran darah, dan ini sangat jarang terjadi. “Jadi sangat jarang TBC menular melalui tali pusat atau plasenta.”

Jurnal Nutrisi Klinik Indonesia menyebutkan bahwa BBLR berhubungan dengan stunting. Dan menurut Erlina, stunting juga turut menyumbang kasus TBC.

“Anak stunting lebih besar kemungkinannya menderita batuk kering karena stunting berarti kurang gizi,” kata Erlina.

Erlina menjelaskan, pasien TBC yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati dapat menularkan bakteri TBC melalui bersin, batuk, dan juga jika berbicara banyak bakteri.

Penyebaran ini tidak terlihat dan tidak disadari, apalagi jika penderita TBC tidak terdeteksi berada di tempat umum seperti terminal, angkutan umum, dan pusat perbelanjaan.

“Boleh saja kita menghirup bakteri TBC, tapi tidak perlu terlalu paranoid, 70 persen orang (yang terpapar) tidak tertular TBC. Tapi 30 persen kemudian tertular TBC,” jelas dokter spesialis paru tersebut.

Dari 30 orang yang terinfeksi TBC, 5 hingga 10 persen langsung tertular TBC setelah dua minggu. Salah satu kelompok yang bisa tertular TBC setelah tertular adalah anak di bawah usia lima tahun (balita).

“Mengapa? Sistem kekebalan tubuh belum berkembang sepenuhnya.”

Selain anak kecil, kelompok lain yang mudah tertular TBC setelah tertular adalah penderita HIV/AIDS.

Penyebabnya, penderita penyakit ini memiliki daya tahan tubuh yang sangat rendah, kata Erlina.

“Penderita TBC ada hubungannya karena imunnya, tapi kalau orangnya sehat, imunnya bagus, kalaupun bakteri masuk banyak, imunnya bisa mengendalikan bakterinya. “Kuman-kuman tersebut terkurung oleh sistem kekebalan tubuh, tidak dapat bergerak, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak dapat menimbulkan penyakit.”

Namun bakteri tersebut tetap ada di dalam tubuh, dan suatu saat jika daya tahan tubuh menurun, bakteri tersebut dapat berkembang biak dan menyebabkan penyakit tuberkulosis.

Jadi kata kuncinya, menjaga daya tahan tubuh, kata Erlina.

Sebelumnya, Erlina telah merinci siapa saja kelompok masyarakat yang berisiko tertular TBC setelah tertular, yaitu: Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Orang yang tinggal serumah dengan penderita TBC. Anak-anak di bawah usia 5 tahun. Anak usia 5-14 tahun. Remaja dan dewasa di atas 15 tahun. Tahanan Pelayanan Pemasyarakatan (WBP). Pekerja kesehatan. Penghuni asrama. Penghuni barak militer. Pengguna jarum suntik. Orang dengan imunitas rendah seperti pasien kanker, pasien cuci darah, pasien transplantasi organ, dll.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *