Fri. Sep 20th, 2024

Psikolog Ungkap Perbedaan Niat Seseorang Melakukan Bullying dan Bercanda

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Kasus bullying yang terjadi pekan ini menjadi perbincangan hangat di berbagai media sosial. Apalagi kasus ini menyangkut anak seorang tokoh masyarakat.

Kalau bicara soal bullying, Anda mungkin pernah mendengar alasan seseorang melakukan hal tidak menyenangkan kepada orang lain sebagai lelucon. “Oh, bercanda, hanya itu yang membuatku marah,” itulah yang biasa diucapkan seorang penjahat kepada sasarannya.  

Menurut psikolog klinis Anisa Mega Radiani, sebenarnya ada perbedaan mendasar antara bullying dan ejekan. Tergantung niat pelaku terhadap korbannya, bullying biasanya ditujukan untuk menyakiti orang lain.

“Ada niat atau niat untuk menyakiti dia (korban bullying). Jadi yang jelas orang tersebut ada keinginan untuk membuat orang lain tidak nyaman, menyakiti orang lain, jadi niat itu ada,” kata Anissa. , mengutip Antar.

Sebaliknya, tindakan prank hanya didasari motif ingin bersenang-senang bersama teman, bukan untuk menyakiti atau mempermalukan orang lain.

Bullying juga ditujukan kepada orang atau kelompok tertentu dan dilakukan secara berulang-ulang.

Bullying tidak terjadi sekali atau dua kali, tapi terjadi berkali-kali dan dalam waktu singkat,” kata Anisa.

Orang tua mempunyai peranan penting dalam membesarkan anak agar anaknya tidak mengembangkan sifat-sifat bullying. Salah satu caranya adalah dengan mengajari mereka membedakan tindakan yang bersifat prank dan tindakan yang menimbulkan perundungan.

Artinya, sangat penting bagi orang tua atau keluarga dalam mendidik anak sejak dini untuk memahami apa itu bullying? Apa bedanya bullying dan ejekan? Perilaku apa yang termasuk dalam kategori bullying? kata Annisa.

Selain itu, orang tua juga dihimbau untuk mengajari anak akibat dari setiap tindakannya. Anisa mengatakan, orang tua juga perlu tegas dalam memberi tahu anak apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

“Jika seorang anak melakukan kesalahan, mereka harus terus mengatakan bahwa mereka tidak boleh mengulanginya lagi,” katanya.

Dalam kesempatan lain, psikolog klinis Efnie Indrianie mengungkapkan, ternyata tumbuh kembang anak bukan hanya hasil dari pola asuh atau kepedulian orang tua dan keluarga.

“Saat anak beranjak remaja, pengaruh kelompok teman sebaya dan informasi dari media sosial sangat besar,” kata Efni.

Terkait perundungan di kalangan remaja, Efnie mengatakan hal itu biasa terjadi karena mereka berada dalam kelompok atau geng bersama.

Selain itu, anak juga ikut dalam geng atau kelompok yang dianggap lebih unggul dibandingkan anak atau kelompok lain.

“Berkumpul dalam kelompok yang dirasa superior membuat seorang remaja rentan terhadap tindakan kekerasan,” kata Efni yang juga merupakan Guru Besar Departemen Psikologi Universitas Maranatha. 

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *