Fri. Sep 20th, 2024

Bukit Asam PDKT dengan Perusahaan China Lanjutkan Proyek Gasifikasi

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa calon mitra asal China untuk melanjutkan proyek coal-to-dimethyl ether (DME).

Namun salah satu perusahaan yang berminat dengan proyek ini adalah East China Engineering Science and Technology Co., Ltd.

“Di antara beberapa perusahaan China, yang paling berbahaya adalah East China Engineering Science and Technology Co., Ltd. Ini yang sedang kami selidiki DME secara mendalam,” kata Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arsal Ismail saat konferensi pers. , Jumat (8/3/2024).

Arsal menambahkan, pihaknya sedang melakukan perhitungan terkait aspek finansial proyek tersebut. Perusahaan juga berkomitmen untuk melanjutkan proyek berbiaya rendah ini bahkan setelah investor meninggalkannya.

Di masa lalu, perusahaan Amerika Air Products and Chemicals Inc. memisahkan konsorsium proyek hilir batu bara atau gasifikasi menjadi dimetil eter (DME). Products and Chemicals Inc akan menggarap DME bersama Bukit Asam dan PT Pertamina (Persero).

Di sisi lain, dalam pemberitaan matthewgenovesesongstudies.com sebelumnya, Arsal mengaku punya rencana kecil lainnya, termasuk penyiapan kawasan ekonomi khusus (KEK). Dengan demikian, mereka memastikan bahwa pekerjaan tidak berhenti.

“Jadi selama ini kami sedang menggarap pembelian lahan dan kami siap, dari 595 hektar (Ha) mungkin 97 persen sudah siap, izinnya sudah dapat. Jadi lahan itu akan kami jadikan tambang batu bara,” ujarnya. . dia berkata.

Pasalnya, penurunan ini tidak hanya terjadi pada DME saja, namun juga produk-produk berbasis batu bara lainnya. “Penurunan ini tidak hanya terjadi pada DME saja, tapi juga pada produk batu bara lainnya. Jadi gasifikasi, bisa berupa metanol, etanol, DME, atau turunan lainnya,” ujarnya.

 

Sebelumnya diberitakan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menargetkan produksi batu bara pada 2024 mencapai 41,3 juta ton. Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arsal Ismail mengatakan, persiapan perseroan pada tahun ini dilakukan dengan meninjau perkembangan pasar terkini dan mengantisipasi berbagai hal.

“Pada 2024, PTBA menargetkan produksi batu bara 41,3 juta ton, penjualan 43,1 juta ton, dan pengangkutan 33,7 juta ton,” kata Arsal saat konferensi pers mengenai kinerja perseroan tahun anggaran 2023, Jumat (8/3/2024). . .

Sebagai perbandingan, perseroan berhasil meningkatkan operasionalnya sepanjang tahun 2023. Pada periode tersebut, produksi batu bara PTBA mencapai Rp 41,9 juta ton. Jumlah tersebut meningkat 13 persen dibandingkan tahun 2022 yang mencapai Rp37,1 juta ton.

“Pencapaian ini jauh melebihi target yang ditetapkan pada tahun 2023 sebesar 41 juta ton,” kata Ersal.

Peningkatan produksi ini diikuti dengan peningkatan penjualan batu bara menjadi 37,0 juta ton pada tahun 2023, meningkat 17 persen dari tahun sebelumnya. Perseroan mencatatkan ekspor sebesar 15,6 juta ton, meningkat 25 persen dibandingkan tahun 2022.

 

Pada saat yang sama, penjualan dalam negeri tercatat sebesar 21,4 juta ton, atau tumbuh sebesar 12 persen secara tahunan (year-on-year). Tantangan yang dihadapi perusahaan pada tahun ini adalah mengelola harga batubara dan volatilitas pasar. Harga batubara ICI-3 mengalami penyesuaian sekitar 34%, dari $127,8 per ton pada tahun 2022 menjadi $84,8 per ton pada tahun 2023.

Saat ini harga pokok penjualan mengalami kenaikan. Ini termasuk pembayaran royalti, perkeretaapian dan operasi pertambangan.

“Untuk itu, PTBA terus berupaya meningkatkan peluang pasar dalam negeri dan ekspor guna mempertahankan kinerja yang baik. Perusahaan juga mengelola value Leadership di seluruh aspek bisnisnya”, tambah Arsal.

Selain itu, perseroan berharap pembentukan Badan Mitra Pengelola (MIP) segera rampung dan berdampak positif terhadap keuangan PTBA.

Sebelumnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengumumkan kinerja perseroan tahun 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp38,49 triliun. Mata uang ini mengalami penurunan sebesar 9,75 persen dari Rp42,65 pada tahun 2022.

Meski biaya mengalami penurunan, namun biaya modal pada tahun 2023 justru meningkat menjadi Rp 29,22 triliun dari Rp 24,68 triliun pada tahun 2022. Dengan demikian, laba kotor perseroan pada tahun 2023 mengalami penurunan sebesar 49,03 persen dibandingkan laba kotor tahun 2022 yang tercatat sebesar Rp 9.177. triliun.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dirilis ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (23/5/2024), perseroan total investasi investasi dan pengelolaan pada 2023 sebesar Rp 1,94 triliun. Kemudian pendapatan penjualan dan pemasaran sebesar Rp 656,36 miliar dan dana lainnya Rp 638,4 miliar.

Pada periode tersebut, perseroan juga mencatatkan pendapatan sebesar Rp584,34 miliar, arus kas sebesar Rp204,04 miliar, dan bagi hasil mitra dan kontrak sebesar Rp571,3 miliar.

Setelah dikurangi beban pajak, perseroan melaporkan laba kini kepada pemegang saham induk perusahaan pada 2023 sebesar Rp 6,1 triliun. Laba tersebut turun 51,42 persen dibandingkan laba 2022 yang tercatat Rp 12,57 triliun.

Aset perseroan pada akhir tahun 2023 turun menjadi Rp38,77 triliun dari Rp45,36 triliun pada tahun 2022. Utang pada tahun 2023 meningkat menjadi Rp17,2 triliun dari Rp16,44 triliun pada tahun 2022. Sementara itu, pendapatan pada tahun 20221 mengalami penurunan dari Rp6,2 triliun pada tahun 2022.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *