Fri. Sep 20th, 2024

Perbedaan Luka di Mulut Akibat Flu Singapura atau HFMD dengan Sariawan Biasa

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Hand Foot Mouth Disease (HFMD) atau dikenal dengan flu Singapura dapat menimbulkan gejala luka atau lesi pada mulut seperti sariawan.

Namun, lesi yang disebabkan oleh HFMD berbeda dengan kanker yang dialami kebanyakan orang. Menurut dokter spesialis anak Edi Hartoyo, yang membedakan adalah lokasinya.

Bedanya, kanker normal hanya di mulut, sedangkan penyakit Singapura kanker kaki dan mulut, ada lesi di telapak kaki, telapak tangan, dan mulut, ujarnya. Edi dalam konferensi pers online bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa, 2 April 2024).

Jadi kalau kanker normalnya hanya di mulut, tapi kalau lesinya di telapak tangan, kaki, dan mulut berarti HFMD atau Flu Singapura, ujarnya.

Namun jika dilihat dari ciri dan penampakannya, lesi pada mulut akibat HFMD mirip dengan kanker pada umumnya.

“Gambaran penyakit mulut hampir sama dengan pneumonia, sehingga terkadang anak tidak mau makan.”

Selain pada mulut, HFMD juga menyebabkan lecet atau lepuh berisi cairan pada telapak tangan dan telapak kaki. Hal ini mirip dengan gejala penyakit lain, cacar air.

Edi menjelaskan, HFMD dan cacar air merupakan dua penyakit berbeda. Tergantung pada lesi atau resistensinya, lesi flu Singapura dapat hilang dengan sendirinya karena letaknya yang tidak cukup dalam di kulit. Sedangkan luka pada ayam cukup dalam sehingga sulit dihilangkan.

Perbedaan kedua antara HFMD dan cacar air adalah kemampuan virus dalam membangun kekebalan pada penyintasnya.

Virus penyebab flu Singapura tidak menimbulkan kekebalan. Berbeda dengan virus penyebab kotoran yang menimbulkan kekebalan pada tubuh. Oleh karena itu, kecil kemungkinan cacar air akan terjadi lagi di kemudian hari karena tubuh sudah kebal.

Artinya, jika Anda tertular penyakit Singapura pada musim ini, Anda bisa tertular lagi pada musim depan jika Anda bersentuhan dengannya. Jadi vaksin HFMD belum ada, masih bisa didapat, kata Edi.

Sebelumnya, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Profesor Tjandra Yoga Aditama menjelaskan tentang HFMD.

Nama penyakit ini sebenarnya adalah penyakit kaki tangan (HFMD) atau penyakit mulut dan kuku (PTKM), yang sering disalahartikan sebagai penyakit Singapura, kata Tjandra dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 30 Maret 2024.

HFMD adalah penyakit umum pada anak-anak dan bayi.

Penyakit ini memiliki masa inkubasi 3-7 hari dengan gejala : Demam. Munculnya ruam kulit (ruam pada kulit) dan lepuh (benjolan kecil) pada telapak kaki, tangan, dan mukosa mulut. Orang yang kekurangan gizi. Sakit kepala dan sakit tenggorokan.

Biasanya setelah satu atau dua hari demam, keluhan nyeri pada mulut berkembang hingga melepuh dan kemudian menjadi perih. Lesi bisa muncul di lidah, gusi, atau bagian mulut lainnya.

Tjandra menambahkan, HFMD bukanlah penyakit serius dan akan sembuh dalam waktu 7 hingga 10 hari. Saat ini, pengobatan hanya bersifat suportif.

Penyebab HFMD umumnya adalah enterovirus, antara lain coxsackievirus A16, EV 71, dan echovirus.

“Bahkan, dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, HFMD akibat EV 71 dapat menyebabkan meningitis bahkan kerusakan otak. Infeksi EV 71 dimulai di saluran pencernaan dan menyebabkan penyakit saraf. Selain itu, HFMD akibat coxsackievirus A16 dapat menyebabkan meningitis.

Meski bukan penyakit serius, HFMD sangat menular, kata Tjandra. HFMD dapat menular melalui kontak langsung, sekret hidung dan tenggorokan, air liur, cairan lepuh, atau kotoran penderita.

“Masa puncak penularan terjadi pada minggu pertama infeksi.”

Tidak ada pencegahan khusus terhadap HFMD, namun risiko infeksi dapat dikurangi dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti cuci tangan pakai sabun (CTPS).

“Jika keluhannya serius, ada baiknya berkonsultasi dengan petugas kesehatan terdekat,” ujarnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *