Thu. Sep 19th, 2024

Curhat WNI yang Menikah di Luar Negeri Dipersulit Petugas dalam Pencatatan Nikah di Indonesia

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Seorang perempuan asal Blitar, Jawa Timur, yang menikah dengan warga negara Amerika pada 7 Juli 2021, mengaku kesulitan menangani pencatatan pernikahan di Indonesia. Seorang perempuan bernama Lilik Hayes (41) menceritakan pengalamannya melalui video yang diunggah ke akun Instagram pribadinya @lilikhayes82 pada Kamis, 16 Mei 2024.

Kepada tim gaya hidup matthewgenovesesongstudies.com, Lilik menjelaskan, ia dan suaminya telah melangsungkan pernikahan secara agama di Bliar pada April 2019. Setelah menikah, pada Desember 2019, mereka mulai mengajukan visa tunangan (Visa K1) agar pernikahannya tetap bertahan. Amerika dan tinggal di sana bersama-sama.

“Pada Mei 2021, visa K1 saya keluar dan saya juga membawa anak saya, anak saya menggunakan visa K2,” ujarnya.

Setelah tiba di Amerika Serikat pada Sabtu, 5 Juni 2021, ia langsung mendaftarkan diri untuk menikah secara sah di Negeri Paman Sam. Pernikahan tersebut dilangsungkan pada Rabu, 7 Juli 2021, di sebuah taman bernama Gane Coulon Memorial Beach Park, Renton Washington State, AS.

“Setelah menikah, kami tinggal di negara bagian Washington sampai sekarang. Setelah saya menikah, saya bisa mengurus penduduk tetap Amerika,” ujarnya.

Sebagai warga negara Indonesia yang menikah di luar negeri, pasangan tersebut kemudian kembali ke Indonesia untuk mendaftarkan pernikahannya. Dia melihat temannya yang melakukan pernikahan sipil di AS. dia. Dapat dengan mudah mendaftarkan pernikahannya di Depok. 

“Saya dari awal berencana melaporkan pernikahan saya di Indonesia karena saya tidak ada niat untuk pindah kewarganegaraan. Status KTP saya jelas, dan saya juga WNI yang baik, sehingga data saya bisa jelas,” ujarnya.

Mereka mendatangi kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Blitar (Dukcapil). Dalam proses pengurusannya, perempuan yang berprofesi sebagai brand support spesialis ini mengaku memiliki akta nikah di AS.

Sesampainya di kantor Dukkapil, Lilik mengaku diminta datang ke Kantor Urusan Agama (KUA). Hal ini membuatnya bingung karena Lilik datang ke Dukkapil agar bisa mengubah status di KTP-nya, ujarnya.

“Mereka bilang tidak bisa menerima pernikahan saya di Amerika. Mereka bilang: Bagaimana (Lilik) menikah di Amerika dan bukankah dia minta perkenalan dulu ke COA?”

Lilik pun mengatakan, Kua meminta mereka menikah lagi. Mereka akhirnya kembali ke kantor Dukapil, “tapi tetap tidak mau memprosesnya,” ujarnya. “Intinya kami bolak-balik antara Dukcapil-KUA hampir empat hari,” ujarnya.

Kecewa prosesnya dipersulit, Lilik berkata dalam video tersebut, “Ternyata motto mereka masih sama, kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah.” Awalnya Lilik dan suaminya berangkat untuk tinggal di Indonesia setelah pensiun, namun setelah kejadian tersebut sepertinya mereka mengurungkan niatnya. 

“Setelah saya sadari itu sulit, saya putuskan untuk tidak melanjutkan proses tersebut karena kami sudah harus kembali ke Amerika karena waktu liburan kami sudah habis dan dia tidak menjadi masalah, namun status di CTP dan KK masih satu. (para janda),” kata Lilik.

Lilik mengaku akan berusaha kembali mengurus pencatatan pernikahannya di Indonesia di lain waktu. Selain itu, bulan depan, ia dan suaminya akan mencoba mendatangi KJRI Los Angeles untuk menanyakan lebih lanjut kepada KJRI di sana mengenai aturan pencatatan pernikahan asing. 

“Iya, saya harap lain kali saya pulang, ada petugas yang lebih pintar dan tidak lagi bersikap ramah-tamah seperti itu, petugas yang percaya diri dengan posisinya, itulah yang terjadi dengan catatan pernikahan saya di luar negeri,” kata Lilik. Dikatakan. Dia menulis dalam video tersebut.

Dalam pengurusan pencatatan perkawinannya dengan suaminya, ia juga mengatakan petugasnya terjerumus aturan yang tidak jelas. Ia meyakini, jika aturannya jelas maka prosesnya akan sama asalkan berada di wilayah NKRI.

Ia juga mengatakan bahwa budaya ‘Selamat Datang’ masih sangat mengakar di kampung halamannya. Ia kesal karena merasa diperlakukan seperti anak tiri di negaranya sendiri, padahal di Amerika ia dan imigran lainnya diperlakukan secara adil dan setara.

“Selain membuat suami saya malu, budaya kotor yang sering dibaca di berita sebenarnya ada karena dia mengalaminya sendiri,” ujarnya. “Mengapa orang asing menganggapnya sebagai lahan basah?”

Lilik pun mengatakan, jika dirinya bersedia memberikan uang tersebut, maka permasalahan tersebut akan selesai. Namun, dia tidak ingin menjadi orang yang menyesuaikan diri dengan budaya. “Tapi, saya siap. Saya tidak mau lagi mendukung budaya berkah, asalkan bapak senang,” ujarnya. 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *