Wed. Sep 25th, 2024

HEADLINE: Kasus COVID-19 di Singapura Melejit, Varian Baru Jadi Pemicunya?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Gelombang baru infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 kembali melanda Singapura. Pemerintah Lyon menyebut jumlah kasus Corona meningkat hingga 90 persen.

Kementerian Kesehatan Singapura menyebutkan terdapat 25.900 kasus COVID-19 pada periode 5 – 11 Mei 2024. Padahal pekan lalu ‘hanya’ 13.700 kasus. Masyarakat juga diimbau untuk kembali memakai masker.

“Kita sekarang berada di awal gelombang COVID-19,” kata Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung.

Ong mengungkapkan, puncak kasus COVID-19 di Singapura akan terjadi pada pertengahan hingga akhir Juni 2024.

“Puncak kasus ini akan terjadi dalam dua hingga empat minggu ke depan, yaitu antara pertengahan hingga akhir Juni,” kata Ong Ye Kung, dikutip The Straits Time.

Peningkatan kasus juga menyebabkan jumlah pengidap COVID di negara tetangga meningkat dari rata-rata 181 menjadi 250 orang per minggu. Kabar baik di Singapura adalah jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di ICU sangat rendah. Meski ada 3 kasus yang perlu dirawat di ICU, minggu lalu hanya ada 2 kasus, menurut Channel News Asia.

Mengingat COVID-19 adalah sebuah penyakit, artinya akan terus berlanjut meskipun kasusnya menurun, selalu ada gelombang baru.

Lebih lanjut, Ong mengungkapkan Singapura merupakan negara transportasi dan komunikasi yang menyebabkan gelombang COVID-19 lebih dulu dibandingkan wilayah lain. 

Oleh karena itu, COVID-19 adalah sesuatu yang harus kita jalani. Setiap tahun kita menghadapi satu atau dua gelombang, ujarnya.

Dengan meningkatnya kasus COVID-19, dua pertiga infeksi di Singapura kini disebabkan oleh subtipe KP.1 dan KP.2. Kedua jenis tersebut termasuk dalam kelompok varian COVID-19 yang oleh peneliti diberi nama varian FLiRT. Jalur FLiRT adalah semua variasi dari JN.1, di luar rentang Omicron.

Ada kekhawatiran mengenai KP.1 dan KP.2, faktanya tidak ada bukti bahwa kedua jenis berbeda tersebut lebih tersebar luas atau lebih buruk.

“Saat ini belum ada informasi internasional maupun domestik bahwa KP.1 dan KP.2 lebih mudah menular atau menyebabkan lebih banyak penyakit dibandingkan penyakit lainnya,” kata Kementerian Kesehatan Singapura yakin.

Ahli epidemiologi Dicky Budiman mengatakan hal serupa tentang kedua jenis tersebut.

 “KP.1 dan KP.2 tidak menular seperti periode Delta dan tidak menimbulkan angka kematian yang tinggi,” ujarnya kepada Health-matthewgenovesesongstudies.com melalui rekaman audio.

Selain Singapura, KP.2 juga menjadi varian utama SARS-CoV-2 yang beredar di Amerika Serikat. Sekitar 28 persen kasus di Negeri Paman Sam disebabkan oleh KP.2.

KP.2 yang pertama kali tersedia di India pada awal Januari, telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Selain ketiga negara tersebut, perbedaan ini juga ditemukan di negara lain, antara lain China, Thailand, Australia, Selandia Baru, Inggris.

 

Sebagai perubahan utama, pakar kesehatan dari CDC AS dan Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan bahwa KP.2 tidak menunjukkan tingkat penyakit yang lebih tinggi dibandingkan penyakit lainnya.

Hanya ukuran kecil protein permukaan KP.2 yang memungkinkan varian ini lebih mudah lolos dari sistem kekebalan dan kurang patogen dibandingkan varian JN.1, kata profesor Mikrobiologi dan Imunologi Universitas Columbia, David Ho.

KP.2 juga memiliki kemampuan menulari orang yang menerima vaksin terakhir, karena vaksin tersebut dirancang untuk menargetkan XBB.1.5, varian dari JN.1.

Perbedaan ini bisa lepas dari perlindungan yang diberikan oleh vaksin pertama atau infeksi pertama JN.1, kata Dr. Leong Hoe Nam, ahli epidemiologi di Rophi Clinic di Singapura.

Leong Hoe Nam memperkirakan akan ada “sedikit peningkatan” kasus COVID-19 dalam beberapa minggu ke depan karena perbedaan tersebut.

Namun, ia menegaskan bahwa penambahan ini akan “sebanding dengan JN.1”, karena infeksi JN.1 sebelumnya memberikan “perlindungan yang signifikan” terhadap KP.1 dan KP.2.

Meski risiko keseriusan dan kematian akibat perbedaan KP.1 dan KP.2 kecil, kata dr. Fikadu Tafesse, ahli virologi di Oregon Health and Science University, memperingatkan bahwa infeksi berulang dapat meningkatkan risiko komplikasi jangka panjang dari COVID-19.

Dr. Leong menekankan, saat ini belum ada obat untuk COVID-19 jangka panjang, dan vaksinasi merupakan langkah penting untuk mencegah risiko komplikasi tersebut.

Meningkatnya kasus COVID-19 di Singapura membuat sebagian orang berpikir. Keberagaman KP di ASEAN diketahui tidak hanya terdapat di Singapura, namun juga di Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Namun perbedaan KP tidak ditemukan di Indonesia.

Hingga Mei 2024, COVID-19 yang beredar di Indonesia didominasi oleh Omicron subtipe JN.1.1, JN.1, dan JN.1.39. Namun perbedaan KP-nya belum ditemukan, kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Dr Mohammad Syahril dalam keterangan tertulisnya, Rabu 22 Mei 2024.

Meski saat ini KP.1 dan KP.2 diketahui belum masuk ke Indonesia, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin yakin keduanya akan segera masuk. Hal ini terkait dengan tingginya traffic di Indonesia dan Singapura.

“Singapura itu perbatasan, tentu trafik antara Singapura dan Indonesia sangat tinggi, saya kira pasti masuk ke Indonesia,” kata Menkes Budi di Gedung DPR RI pada Selasa, 21 Mei 2024.

Namun, Budi yakin jika tekanan ini datang maka jumlahnya tidak akan terlalu mengkhawatirkan karena sebagian besar masyarakat Indonesia sudah memiliki perlindungan. Hal serupa juga diungkapkan Kepala Bidang Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Dokter Siti Nadia Tarmizi pada kesempatan lain.

Nadia juga mengungkapkan, belum ada rencana untuk membatasi masuknya masyarakat Singapura ke Indonesia. Meski demikian, Kementerian Kesehatan terus memantau penyebaran infeksi COVID-19.

“Tidak (red: jangan larang orang Singapura masuk ke Indonesia). Kita pantau. Hanya pantau saja,” kata Nadia melalui pesan singkat kepada matthewgenovesesongstudies.com.

 

 

Berdasarkan situasi COVID-19 di Indonesia hingga Mei 2024, kasus terkonfirmasi pada minggu ke-18 tahun 2024 mengalami peningkatan sebesar 11,76% dibandingkan minggu sebelumnya. Berdasarkan informasi GISAID Indonesia 2024, saat ini sebagian besar permasalahan masih dikuasai oleh variabel JN.1.

Meski kasus COVID meningkat, Syahril menegaskan peningkatan jumlah rawat inap dan kematian tidak terjadi begitu saja.

Data Kementerian Kesehatan RI dalam laporan mingguan COVID-19 periode 12-18 Mei 2024 mencatat kasus terkonfirmasi sebanyak 19 kasus, ICU sebanyak 44 kasus, dan perawatan intensif sebanyak 153 kasus. Perubahan tarif mingguan adalah 0,65% dan tidak ada kematian. Jumlah pengguna per minggunya mencapai 2.474 orang.

Menilik peningkatan kasus pada masa epidemi, Indonesia mempunyai rencana penanganan COVID-19, pengembangan kapasitas meliputi pengendalian penyakit, surveilans, vaksinasi, rehabilitasi kesehatan dll.

Upaya persiapan di rumah sakit ada peringatan dini pergantian tempat tidur, ada petugas darurat yang siap memberikan perbekalan kesehatan seperti oksigen, obat-obatan, dan suntikan, terutama bagi kelompok yang berisiko, kata juru bicara Syahril.

Kementerian Kesehatan terus memantau penyebaran penyakit langka (KLB), termasuk COVID-19. Saat ini telah dibentuk jaringan lebih dari 15.000 rumah sakit, laboratorium, dan balai dokter spesialis (BKK) di seluruh Indonesia untuk memantau penyebaran penyakit ini.

Apalagi kombinasi flu dan pencegahan COVID-19 dilakukan sesuai rekomendasi internasional. Rumah sakit di Indonesia siap jika terjadi peningkatan kasus, kata dia kepada Syahril.

“Kami terus memantau melalui laporan Bed Occupancy Rate (BOR) ruang isolasi dan/atau ICU, harian/mingguan.”

Terkait pembatasan perjalanan terkait peningkatan kasus COVID-19 akibat perbedaan KP.1 dan KP.2 di Singapura, Mohammad Syahril menegaskan tidak ada urgensi untuk bertindak sekarang. Hal ini tertuang dalam laporan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan Singapura.

“Menurut data yang dipublikasikan Kementerian Kesehatan Singapura, berdasarkan penilaian risiko saat ini, tidak ada keadaan darurat untuk mengeluarkan pembatasan dari Singapura,” tegasnya.

“Tingkat penularan COVID-19 masih terkendali. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan pembatasan pergerakan dan kontak sosial meski terjadi peningkatan kasus.”

Kementerian Kesehatan melalui Balai Karantina Kesehatan (BKK) secara berkala melakukan skrining terhadap pelaku perjalanan, termasuk pelaksanaan kegiatan Influenza Like Illness (ILI) dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (SARI) yang diobservasi di tempat asal di Indonesia.

Hermawan Saputra dari Perhimpunan Pakar Kesehatan Masyarakat Indonesia mengatakan, apa yang terjadi di Singapura menunjukkan bahwa COVID-19 selalu ada di sekitar kita. Namun bila terjadi gelombang baru tidak perlu khawatir

Perlu diingatkan bahwa COVID akan tetap ada, namun kita tidak boleh terlalu khawatir tetapi kita juga tidak boleh menganggap enteng, kita harus waspada, kata Hermawan Health-matthewgenovesesongstudies.com. 

Bersama Hermawan, Dicky meminta masyarakat terus menerapkan perilaku moral dan sehat. 

“Tetapi kenyataannya kita harus tetap menjaga kebersihan dan hidup sehat dengan memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari orang,” kata Dicky. 

Selain itu, Dicky juga meminta pemerintah mendorong vaksinasi kelompok rentan COVID-19. Diantaranya adalah para lansia, penderita penyakit menular, dan petugas di pintu masuk negara.

Kementerian Kesehatan juga menyerukan penerapan hidup bersih dan sehat. Masyarakat diimbau untuk terus menerapkan praktik kesehatan yang baik seperti mencuci tangan, memakai masker saat sakit, termasuk di area keramaian/transportasi di. Selain itu, masyarakat diminta segera menyelesaikan vaksinasi COVID-19, khususnya kelompok rentan.

Upaya pencegahan dan pencegahannya sama, yaitu dilakukan secara cepat dan tuntas serta penguatan vaksinasi COVID-19, khususnya pada lansia dan penderita penyakit, kata Syahril.

“Lakukan Praktik Kebersihan yang Baik (PHBS), seperti rutin mencuci tangan dan mempraktikkan batuk/bersin. Bila merasa sakit, bisa ke rumah sakit terdekat, memakai masker, dan menghindari kontak.”

Masyarakat yang ingin bepergian ke luar negeri atau luar negeri diimbau untuk mengikuti aturan kesehatan yang diterapkan di daerah tersebut.

“Kami sering menyampaikan informasi ke Kementerian Kesehatan bahwa COVID-19 belum hilang dan kita harus belajar bagaimana hidup dengan COVID-19,” kata Syahril.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *