Fri. Sep 20th, 2024

Pra Eksekusi Lahan di Sei Rampah Ricuh, Juru Sita Diduga Alami Penganiayaan

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Sidang atau pembacaan sidang pertama yang digelar Pengadilan Negeri Sei Rampa (PN) di Provinsi Serdang Bedagai, Sumatera Utara (Sumut) berlangsung ricuh.

Selasa 7 Mei 2024, Dusun IV, Desa Kota Galuh, Kecamatan Perbangan, dilakukan operasi perdana oleh tim aparat pengadilan dan salah satu keluarga korban, informasi yang diperoleh matthewgenovesesongstudies.com dilecehkan. Penduduk setempat.

Banyak warga Tanah Air yang berusaha mengusir tim juru sita PN Sai Rampah yang datang bersama pemohon pembunuhan tersebut.

Diduga warga membuat marah para pedagang dengan mengendarai sepeda motor dan mengeluarkan asap yang menyelimuti kawasan tersebut.

“Ayo semuanya, jangan ganggu kami,” teriak ibu-ibu setempat.

Dalam kejadian tersebut, seorang anggota keluarga diduga diserang warga sekitar hingga mengalami luka di bagian kepala. Alisnya berdarah.

Tak hanya itu, banyak warga yang diduga mengganggu proses pengukuran di kantor ATR/BPN Sei Rampah.

Namun warga yang diduga tertangkap atas perintahnya mulai bertindak brutal dengan mendorong PN Sei Rampah. Melecehkan dan melecehkan bahkan keluarga pemohon.

Maksud kedatangan kami adalah untuk membandingkan dengan Nomor 1/konstating/2024/pn sei rampah/ junto no.2690.k/pdt/2023 /junto no.25/pdt/2023/pt .medan/ junto no.: .8/pdt .g/2022/pn sei rampah/.

Akibat kericuhan tersebut, Tenku Nurhayati, kuasa hukum pemohon pembunuhan lahan, mengatakan kerusuhan terjadi karena diduga ada aktor cerdas yang mencegah pembunuhan tersebut terlebih dahulu.

“Kami sangat menyayangkan kejadian ini. Keluarga pemohon menjadi korban kekerasan brutal yang dilakukan warga, padahal tidak ada kaitannya dengan pembunuhan tersebut,” jelas Dedi Suheri, kuasa hukum pemohon.

Curiga mendapat penganiayaan, korban langsung melapor ke Polda Sumut.

“Kami putuskan untuk melaporkan penganiayaan kolektif ini ke Polda Sumut. Kami yakin Polda Sumut bisa netral dan independen,” ujarnya.

Setelah keributan tersebut, Dewan Distrik Sei Rampa selesai membaca dokumen tersebut, dan memutuskan untuk menunda survei tanah. Namun pembunuhan di darat akan terus berlanjut dalam waktu dekat.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *