Thu. Sep 19th, 2024

Begini Situasi COVID-19 di Indonesia Saat Varian KP.1 dan KP.2 Tingkatkan Kasus di Singapura

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Varian COVID-19 KP.1 dan KP.2 ternyata tidak hanya masuk ke Singapura, tapi juga ditemukan di negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Thailand, dan Kamboja.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan subvarian Omicron JN.1 ini, khususnya KP.2, sebagai varian dalam pemantauan (VUM). Belum terlihat di Indonesia

Namun pada Mei 2024, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memastikan varian KN tidak ditemukan di Indonesia.

“Hingga Mei 2024, kasus COVID-19 yang beredar di Indonesia didominasi oleh subvarian Omicron JN.1.1 dan JN.1 dan JN.1.39. Sub varian KPnya belum teridentifikasi,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Mohammad Siahril. , Sp.P, MPH, melalui keterangan tertulis yang diperoleh matthewgenovesesongstudies.com, Rabu (22/5).

Diakui Siahril, kasus konfirmasi COVID-19 di Indonesia hingga Mei 2024 meningkat pada minggu ke-18 sebesar 11,76 persen dibandingkan minggu sebelumnya.

Merujuk data GISAID Indonesia 2024, saat ini opsi JN.1 masih dominan di sebagian besar kasus. Kasus rawat inap tidak meningkat

Meski terjadi peningkatan kasus COVID, Syakhril menegaskan tidak ada peningkatan rawat inap dan kematian.

Data Laporan Mingguan Nasional Kementerian Kesehatan RI tentang COVID-19 periode 12-18 Mei 2024 mencatat kasus terkonfirmasi sebanyak 19 kasus, perawatan intensif 44 kasus, dan keragaman 153 kasus. Tren mingguan positif COVID-19 Indonesia adalah 0,65% dan nihil kematian. Tren yang dites dalam sepekan mencapai 2.474 orang.

 

Pemerintah Indonesia memiliki strategi untuk melawan COVID-19, yaitu peningkatan kapasitas, termasuk perawatan klinis, pengawasan, imunisasi, promosi kesehatan, dan banyak lagi.

“Upaya yang dipersiapkan adalah memastikan rumah sakit mendapat peringatan dini mengenai pergantian tempat tidur, memiliki staf yang siaga, siap menyediakan pasokan medis seperti oksigen, obat-obatan, dan vaksinasi, terutama bagi kelompok berisiko,” kata juru bicara tersebut.

Menurutnya, strategi tersebut tidak lepas dari pembelajaran ketika terjadi peningkatan kasus di masa pandemi.

 

Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan terus memantau penyebaran potensi keadaan darurat (Emergency), termasuk COVID-19. Diketahui, jaringan lebih dari 15.000 fasilitas kesehatan, laboratorium, dan Balai Karantina Kesehatan (BKK) telah dibentuk di seluruh Indonesia untuk memantau penyebaran penyakit potensial tersebut.

 

Selain itu, Syagril mengatakan Kementerian Kesehatan juga memiliki pengawasan terpadu terhadap influenza dan COVID-19.

Selanjutnya pemantauan influenza dan COVID-19 dipadukan sesuai pedoman dunia. Rumah sakit di Indonesia siap jika ada kemungkinan peningkatan kasus, jelas Syahril.

“Kami terus melacaknya dengan Laporan Keterisian Tempat Tidur (BOR) harian dan mingguan untuk ICU dan/atau ICU.”

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *