Sun. Sep 22nd, 2024

Penyebab Post Holiday Blues Muncul Usai Masa Liburan, Begini Cara Mengatasinya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Setiap orang bisa mencari liburan setelah musim liburan seperti Idul Fitri. Menurut psikolog Cassandra Putranto, ada banyak alasan mengapa orang merasa nyaman setelah liburan.

Kassandra di Jakarta, Selasa, melansir ANTARA, “Warna biru pasca-liburan merupakan perubahan keadaan (perasaan) akibat peralihan musim liburan ke musim normal yang perlu dibenahi.”

Meski melalui masa transisi, menurut psikolog lulusan Universitas Indonesia ini, tidak mudah bagi seseorang untuk terbiasa hidup normal, seperti kembali bekerja atau bersekolah.

Cassandra menjelaskan, post-holiday blues bisa disebabkan oleh banyak hal. Kemalasan gerak dan pemikiran seseorang akan memperlambat ritme aktivitasnya. Sebab, keinginan untuk kembali berlibur lebih kuat dibandingkan keinginan untuk memulai program.

Apalagi ketika seseorang terlihat sakit-sakitan saat hari raya karena makan terlalu banyak atau kurang, terlambat makan atau minum obat yang diperlukan, atau kurang waktu istirahat akibat kontak dengan banyak orang.

Menurut Cassandra, tekanan perubahan iklim saat hari raya juga bisa meningkat akibat kendala teknis lainnya.

“Misalnya, sistem pembantuan rumah tangga belum normal, ada pelanggan sayur mayur yang belum pulang dari desa, pengendara sepeda motor yang masih berlibur, atau pembantu rumah tangga yang belum kembali, atau infrastruktur yang masih ada karenanya.” , sepeda motor, mesin cuci, dll. “- dia berkata.

 

Ia mengatakan, setelah blue blue, secara umum keadaan akan kembali normal. Namun, jika penyakit ini terus berlanjut selama lebih dari dua minggu, orang yang terkena harus segera mencari pertolongan medis.

Untuk menghindari kesedihan pasca liburan, Cassandra menyarankan agar masyarakat melanjutkan aktivitas normal sebelum liburan usai. Misalnya, bangun pagi kembali, merencanakan aktivitas sehari-hari, dan menyelesaikan tugas yang tertunda selama liburan.

 

Cassandra juga menyarankan untuk menghindari aktivitas yang sedikit pergerakan, seperti terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial atau terlalu banyak menghabiskan waktu untuk tidur di rumah.

Ia mengatakan karena masyarakat pada umumnya kuat secara mental dan terbiasa tetap aktif selama liburan, mereka akan mampu menavigasi transisi dan mendapat manfaat besar dari istirahat dari pekerjaan dan rutinitas.

Di sisi lain, mereka yang memiliki gangguan kesehatan mental dan tidak terbiasa mengikuti liburan justru membutuhkan energi lebih untuk menghadapi perubahan tersebut, kata Cassandra.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *