Sun. Sep 22nd, 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Sebagai orang tua pastinya menginginkan yang terbaik untuk anak. Mereka sangat ingin orang dewasanya menjadi orang yang bahagia, sehat, dan sukses.

Hal penting lainnya yang dapat Anda lakukan untuk mereka adalah membantu mereka mengembangkan kepribadian yang kuat.

Sayangnya, orang tua dan guru sering kali hanya fokus pada peningkatan keterampilan seperti membaca dan matematika untuk membantu anak mencapai masa depan cerah. Namun penelitian menunjukkan bahwa keterampilan sosial dan emosional sangat penting untuk kesuksesan di masa depan.

Sebuah studi tahun 2015 di American Journal of Public Health menemukan bahwa anak-anak yang memiliki keterampilan kognitif, emosional, dan sosial di taman kanak-kanak lebih berpeluang sukses di masa depan, CNBC melaporkan.

Mereka lebih mungkin untuk kuliah, bekerja penuh waktu pada usia 25 tahun, dan terhindar dari masalah seperti putus sekolah, masalah hukum, dan penggunaan narkoba.

Namun ternyata masih banyak mahasiswa yang belum siap mental untuk kuliah. Sebuah survei tahun 2015 menemukan bahwa 60 persen mahasiswa baru merasa tidak siap secara emosional. Hal ini dapat menyebabkan kinerja akademis yang buruk dan pengalaman kuliah yang negatif.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk fokus mengembangkan keterampilan sosial dan emosional anak sejak dini. Hal ini akan membantu mereka mencapai kesuksesan dan kebahagiaan di masa depan.

Berikut lima hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mendidik anak bersikap kritis.

Mencoba menghibur anak dengan mengatakan “Tenang! Ini bukan masalah besar” atau “Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja” tidak membantu perkembangannya.

Perasaan anak-anak itu nyata dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak berharga tidaklah membantu. Orang tua yang bijaksana mengajari anak-anak mereka bahwa perasaan mereka nyata dan membantu mereka menghadapi perasaan tersebut dengan cara yang sehat.

Orang tua bisa berkata seperti ini: “Marah boleh saja, tapi memukul tidak boleh.”

Hal ini membantu anak-anak memahami dan mengenali perasaan mereka serta belajar bagaimana mengekspresikannya dengan cara yang konstruktif.

Penting bagi orang tua untuk bersabar dan pengertian saat membantu anak mengatasi emosinya. Dibutuhkan waktu dan latihan bagi anak-anak untuk belajar mengelola emosi mereka secara efektif.

Orang tua yang efektif tidak selalu menghibur anak mereka ketika mereka marah, atau menghibur mereka ketika mereka sedih. Mereka memberi anak-anak alat untuk mengendalikan emosi mereka.

Orang tua yang positif membantu anak-anak mereka menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya. Mewarnai dapat membantu mengatasi kesedihan, sementara beberapa anak mungkin lebih suka mendengarkan musik.

Cara ini membantu anak mengembangkan kemandirian psikologis dan rasa percaya diri. Mereka tahu bahwa mereka bisa mengendalikan emosi mereka sendiri daripada selalu bergantung pada bantuan orang tua.

Dengan memberikan anak alat untuk mengelola emosinya, orang tua dapat membantu mereka membangun ketahanan emosional dan mempersiapkan mereka menghadapi berbagai situasi dalam hidup.

Bagi orang tua, melihat anaknya melakukan kesalahan adalah hal yang menyakitkan. Namun, orang tua yang bijaksana memandang kesalahan sebagai kesempatan belajar yang penting.

Kesalahan, dan konsekuensi wajar yang menyertainya, dapat menjadi guru terbaik bagi anak Anda. Misalnya, jika seorang anak lupa botol airnya, ia akan merasa haus.

Jika mereka menunda mengerjakan pekerjaan rumah hingga menit terakhir, mereka akan merasa stres dan mungkin mendapat nilai buruk.

Orang tua yang bijaksana tidak terburu-buru menyelamatkan anak-anak mereka dari akibat ini. Sebaliknya, mereka akan membantu anak-anak belajar dari pengalaman mereka sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.

Orang tua yang cerdas paham bahwa membentak atau menghukum anak yang lupa mengerjakan PR atau mendapat nilai buruk bukanlah jawaban yang tepat. Sebaliknya, mereka melibatkan anak-anak mereka dalam pemecahan masalah.

Mereka mengajukan pertanyaan seperti, “Menurut Anda, apa yang dapat membantu Anda peduli?” dan bekerja sama dengan anak tersebut untuk membuat rencana yang dapat mereka kerjakan bersama. Hal ini memungkinkan anak-anak untuk belajar dari kesalahan mereka dan mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi lebih mandiri.

Meskipun konsekuensi atas perilaku buruk memang perlu, orang tua yang bijaksana menerapkan disiplin yang berfokus pada pengajaran, bukan hukuman. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak belajar dan tumbuh, bukan untuk mempermalukan mereka.

Pendekatan ini membantu anak-anak membangun kepercayaan diri dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.

Orang tua yang cerdas memahami bahwa ketidaknyamanan adalah bagian dari proses pembelajaran. Mereka membiarkan anak-anak mengalami kebosanan, frustrasi, dan frustrasi, sehingga memberi mereka kesempatan untuk melatih keterampilan mereka.

Ini tidak berarti bahwa mereka menempatkan anak-anak mereka dalam situasi sulit untuk menguatkan mereka. Sebaliknya, mereka ingin anak-anak belajar menghadapi situasi yang tidak menyenangkan dengan cara yang sehat.

Orang tua yang bijaksana jarang berusaha membantu anak-anak mereka menjadi “tidak kenal takut”. Sebaliknya, mereka mendorong anak-anak untuk menghadapi ketakutan mereka dengan berani.

Dengan mengatasi gangguan pendengaran, anak mendapatkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya. Mereka belajar bahwa mereka dapat melakukan hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan dan bahwa mereka dapat pulih dari depresi.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *