Fri. Sep 20th, 2024

Rupiah Tembus 16.000 per Dolar AS, Bagaimana Dampak ke Sektor Pangan?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih di atas 16.000. Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi menegaskan, hal ini bisa berdampak pada banyak produk pangan.

Arief mencontohkan, terjadi pelonggaran harga pada banyak produk di luar yang sudah tinggi, salah satunya gula pasir. Dia mengatakan gula telah dilarang di India, termasuk beras, yang mempengaruhi harga global.

Jadi kalau Pak Erick minta seluruh BUMN di BUMN untuk mengurangi risiko atau memperluas pengujian sampai harga berapa kalau dolar AS Rp 16.000, 16,2, 16,5, bagaimana dengan kita? Seberapa besar dampak geopolitik dan uang? disebut tes sederhana. Insya Allah kita bisa melewati ini,” kata Arief dalam Media Gathering, Kamis (18/4/2024).

Arief menambahkan, melemahnya nilai tukar rupiah juga berdampak pada impor beras untuk konsumsi dalam negeri. Arief mengatakan beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia, sehingga berapa pun harganya, pasokan beras tetap menjadi fokus utama pemerintah.

“Kita tidak bisa tidak makan nasi, makanya harus disediakan, berapa pun biayanya,” ujarnya.

Selain itu, harga beras global juga meningkat. Arief mengatakan, harga beras dunia saat ini berkisar USD 670 per ton, atau sebelumnya harga USD 460 per ton.

Dikutip dari Antara, Kamis 18 April 2024, nilai tukar rupiah ditutup 41 poin atau 0,25 persen pada level 16.179 per dolar AS dari sebelumnya 16.220 per dolar AS.

“Dolar melemah pada hari Kamis karena para pedagang menilai situasi suku bunga AS setelah komentar pejabat Federal Reserve memperkuat harapan bahwa situasi keuangan akan tetap kuat untuk waktu yang lama,” kata ekonom Ibrahim Assuaibi kepada media di Jakarta, Kamis.

Pasar memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 44 basis poin pada tahun 2024, jauh di bawah rata-rata tahunan pertama sebesar 160 basis poin (bps), dan bulan September menandai dimulainya siklus pengurangan QE (tapering) terbaru, menurut CME FedWatch Tool.

Sebelumnya diberitakan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengumumkan kenaikan harga gula pasir di tingkat konsumen menjadi Rp 17.500 per kilogram (kg). Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, keputusan kenaikan harga gula bersifat sementara yakni 5 April hingga 31 Mei 2024.

“Gula kami turunkan menjadi Rp17.500 per kilogram hingga 31 Mei, untuk memastikan gula tersedia dan tidak hilang karena ada jeda,” kata Arief usai acara Halal bi halal, Kamis (18/4) kepada wartawan. . /2024).

Aturan ini diputuskan setelah Rapat Koordinasi Penguatan Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) gula konsumsi seluruh kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan terkait pada 4 April lalu.

HAP gula di tingkat konsumen dulu Rp16.000 per kilogram, kini Rp17.500 per kilogram. Sedangkan di Maluku, Papua dan Daerah Penyandang Cacat, Luar dan Perbatasan dipatok Rp 18.500 per kg.

“Peningkatan HAP gula pasir ditentukan oleh terus tersedianya dan harga gula pasir yang akan digunakan khususnya di toko modern,” kata Arief.

Arief menambahkan, penyesuaian konsumsi gula di tingkat konsumen juga perlu dilakukan menjelang musim giling tebu di dalam negeri.

Selain itu, menurut dia, diputuskannya kenaikan HAP gula karena biaya produksi gula sudah tinggi dan harga gula impor dari luar negeri juga tinggi.

 

Sebelumnya, pemerintah menargetkan kemandirian gula nasional pada tahun 2028. Selain itu, ada andil bioetanol dari tebu sebagai bahan campuran minyak (BBM) ramah lingkungan.

Untuk mendorong hal tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tengah menyiapkan regulasi penguatan. Itu adalah peta jalan atau road map menuju kepuasan gula.

 “Ini yang kita rencanakan, mungkin dalam waktu satu bulan akan selesai. Nanti dalam bentuk Menko Perekonomian (Keputusan Menko Perekonomian),” kata Deputi Bidang Usaha Pangan dan Pertanian. Koordinasi Kementerian Koordinator Perekonomian, Dida Gardera, di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, dikutip Kamis (7/3/2024).

Tujuan swasembada gula nasional dan alokasi bioetanol dari tebu tertuang dalam Peraturan Presiden No. 40 Tahun 2023 tentang percepatan kemandirian gula nasional dan penyediaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati (biofuel).

Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peningkatan produksi dan penambahan luas lahan hingga 700 ribu hektar (ha).

Dida mengatakan, langkah pertama yang harus dilakukan bukanlah tempat menanamnya, melainkan peningkatan hasil tebu terlebih dahulu. Apalagi, Indonesia disebut-sebut tertinggal jauh dari Brasil.

“Sudah ada di Perpres. Kebutuhan lahan 700 ribu hektare. Tapi masih jalur kedua. Jalur pertama masih kita kembangkan yaitu panen tahun 60an dan targetnya 93, dan Brazil sudah lebih dari 100,” jelasnya.

 

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *