Fri. Sep 20th, 2024

Kisah Pilu Bocah di Cirebon Depresi Karena HP Kesayangan Dijual Ibunya, Ini yang Terjadi

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Kisah sedih pemuda asal Cirebon, ARP, tersebar di media sosial akibat depresi setelah ibunya menjual ponselnya untuk memenuhi kebutuhannya.

Ibu ARP, Siti Anita, mengatakan ponsel tersebut merupakan favorit ARP dan ia membelinya dengan tabungannya. Namun situasi keuangan memaksa Siti menjualnya.

“Iya (karena kebutuhan finansial), saya bingung karena tidak bekerja, tidak berjualan, dan suami saya sudah delapan bulan tidak menerima uang, jadi saya bingung, saya jual ini. .makanan sehari-hari,” kata Siti kepada wartawan. Kata saluran YouTube Liputan6 pada Rabu, 15 Mei 2024.

Siti menjelaskan, pembelian ponsel tidak dilakukan sembarangan tanpa sepengetahuan ARP. Sebelum menjualnya, dia meminta izin kepada ARP dan berjanji akan mengembalikannya jika uangnya cukup.

“Mungkin itu yang dia suka, hasil tabungannya, kegigihannya. Tapi, aku izin, nggak selama aku jual, aku izin ‘cincin bisa dipinjam, A, aku kasih. Aku akan kembali kalau aku punya uang, aku akan beli lagi’,” imbuhnya.

Meski ARP mengizinkan ibunya menjual ponselnya, namun ARP kerap kali terlihat sedih dan kehilangan setelah membeli ponsel tersebut. Ponsel ini sering digunakan anak-anak di Cirebon untuk bermain dan belajar, terutama saat pembelajaran jarak jauh akibat pandemi COVID-19.

Siti tak menyangka penjualan ponsel ARP akan menimbulkan masalah serius. Suasana hati ARP yang tadinya melamun kini sering marah. Seorang anak laki-laki yang baru saja duduk di bangku kelas 6 SD, bahkan sempat tidak masuk sekolah karena benci kelas.

“Saya baru kelas 6 SD selama dua bulan, sampai saat ini saya tidak masuk sekolah karena marah, saya pukul meja karena membuat takut teman-teman saya,” ujarnya.

“Dari situ saya putuskan untuk tidak sekolah lagi, kalau begitu teman-teman takut ada yang menghinanya,” tambah Siti.

Isu virus ini pun menarik perhatian berbagai kalangan, salah satunya Dinas Pendidikan Kota Cirebon.

Direktur Pendidikan dan Pelatihan Dinas Pendidikan Kota Cirebon Ade Cahyaningsih mengunjungi gedung ARP. Dia melihat ARP menangis dengan keras dan berusaha menenangkannya.

“Ananda, menurut Pak RT, Pak RW, kami tahu, anak ini mengumpulkan uang untuk mendapatkan ponsel ini, kemudian dia membeli ponsel itu dengan uangnya, dia menyimpannya,” kata Ade.

Dikatakannya, ARP adalah siswa yang baik dan pintar dari kelas satu hingga kelas enam.

“Anak ini baik dan pintar, dia tidak ada masalah dari kelas 1 sampai kelas 6, lalu masalah dimulai ketika dia dijual oleh ibunya dengan telepon, pada akhirnya kita tidak bisa memberitahunya. “ucap Ade.

Ade menilai ARP tidak bisa mengungkapkan kesedihannya karena ia termasuk anak yang pendiam.

“Mungkin kesedihan anak ini karena dia tidak bisa keluar karena dia anak yang pendiam, ketika dia pulang dia tidak punya ponselnya lagi karena dia membelinya, atau dia minta cerai atau tidak, anak itu tetap saja. mencintainya. anak laki-lakinya. tua tapi mungkin hatinya tidak setuju,” ujarnya.

Ade pun mencari informasi tentang status ARP. Menurutnya, ARP punya kartu pintar untuk Indonesia, ada Program Indonesia Pintar (PIP), Kementerian Sosial (Kemensos) ada dukungan Program Keluarga Harapan (PKH), dari dukungan personal juga ada dukungan.

Artinya sebenarnya obat itu aman, karena harus dipadukan dengan pengobatan, pengobatan tidak diperlukan secara tiba-tiba dan harus terus menerus, terus menerus, terus menerus, terus menerus, ”ujarnya.

Perawatan lanjutan penting dilakukan karena Ade yakin ada peluang ARP kembali normal.

Sementara di bidang pendidikan, Ade telah bekerja sama dengan pihak sekolah untuk menghindari pemberian ARP. Pasalnya, ARP merupakan anak yang mempunyai masalah khusus.   

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *