Fri. Sep 20th, 2024

Warga Perumahan Malas Pilah Sampah, Waste4Change Beri Solusi Gunakan Kantong Sampah Berdasarkan Warna

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Penumpukan sampah rumah tangga di perkotaan menjadi permasalahan lingkungan yang mendesak akibat pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Pengelolaan sampah yang tidak efisien juga berdampak negatif terhadap kesehatan, lingkungan dan kualitas hidup penduduk.

CEO sekaligus pendiri Waste 4 Change, M. Bijaksana Junerosano mengatakan sampah yang dihasilkan rumah tangga lebih banyak dibandingkan industri. Dalam talkshow “Waste 4 Change dan Sinar Mass Land Pengelolaan Sampah BSD City Sinar Mass Land Mengusung Tema Melingkar” yang digelar pada Rabu, 5 Juni 2024, “sampah rumah tangga sekitar 2,5-3 kilogram per rumah setiap harinya.”

Lanjutnya, secara umum di seluruh Indonesia sampah domestik jauh lebih tinggi dibandingkan sektor industri. Bijaksana juga mengatakan, ada kendala dalam mengedukasi masyarakat tentang pemilahan sampah rumah tangga.

Mereka enggan memilah sampah karena sudah membayar biayanya, kenapa harus memilah sampah? Namun menurutnya, pengorganisasian sampah pada pasca pengolahan bisa sangat membantu sehingga bisa mengurangi penumpukan di tempat pembuangan akhir (TPA). 

“Kita lihat budaya Indonesia sangat ketat karena ada undang-undang, tidak ada penegakan hukum. Jadi mereka merasa ‘sudah bayar, kenapa repot-repot, ambil saja’ padahal itu sesuai undang-undang. dan peraturan wilayah serta aturan sistemnya “merupakan tugas setiap keluarga untuk memilah sampah,” ujarnya.

Oleh karena itu, Waste 4 Change telah melakukan banyak langkah untuk menyadarkan masyarakat dalam memilah sampah di rumah. Salah satunya dengan mengajarkan cara memilah sampah dengan cara yang paling sederhana agar masyarakat tidak bingung dan malas.

“Tidak perlu seperti Jepang yang punya banyak barang, cukup dua saja, sisa produknya dimasukkan ke dalam tas berwarna hitam, sisanya bisa berwarna putih atau warna lain. sulit untuk dikerjakan. “Plastik bercampur dengan kecap, sehingga sulit dikendalikan,” jelas Bijaksan.

Untuk mengawalinya, tahun ini Waste4Change akan mengajak produsen lain untuk berkolaborasi karena mereka berada di posisi terbaik untuk membuat perbedaan. Waste4Change juga melayani masyarakat non-residen secara terbuka jika ingin limbahnya dikelola dan dikelola.

“Jika ada lebih dari 400 KK RT/RW bisa menghubungi kami agar kami bisa melayani dan mengelola sampah secara efektif dan efisien,” kata Bijaksana.

Mulai dari biaya transportasi, pengelolaan sampah yang mahal. Bijaksana pun menyebutnya sebagai ‘pekerjaan rumah besar’ bagi masyarakat Indonesia karena sebagian besar dari mereka tidak mau mengeluarkan biaya sebesar Rp 50 ribu per bulan.

Bayangkan kalau kita kirim barang, misalnya dari tangerang ke bekasi, barangnya sekitar 3 kg, berapa ongkos kirim paketnya? 3 kg per hari, jadi kalau dari segi ongkos kirim memang “mahal”, Apalagi itu sampah yang perlu diolah dengan baik,” jelas Bijaksan.

Bijaksana menambahkan, Rp 50 ribu per bulan sudah merupakan harga terendah. “Dengan jumlah yang sedikit ini, dampak positifnya akan terasa kelak dan sampai ke anak cucu kita,” ujarnya.

Soal biaya pengelolaan sampah, aktris Tanah Air Luna Maya pun ikut berkomentar. Katanya, warga negara Indonesia mampu membayar uang tersebut.

“Saya kira masyarakat Indonesia mampu membayar Rp50 ribu sebulan untuk pengelolaan sampah, bagaimana tidak? Misalnya ada yang tidak mampu membayar Rp50 ribu, mudah-mudahan pemerintah ikut berperan. siapa yang bisa Tidak, kata Luna Maya.

Sejak tahun 2023, Cinermas Land bekerja sama mengelola sampah secara bertanggung jawab untuk mengurangi sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Bahaya utama dan pengoperasian Cinermas Land, Am. Reza Abdulmajid mengatakan, menurut statistik, perkotaan menghasilkan dua miliar ton sampah per tahun.

Terdapat 33 persen sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 50 persen pada tahun 2050 (3,4 miliar ton). “Jika jumlah sampah ini tidak dikelola dengan baik maka akan terus bertambah dan menjadi permasalahan publik. Dan di Indonesia sendiri, dengan populasi kita yang berjumlah 275 juta jiwa, kita mempunyai sampah terbesar di Asia Tenggara. Kita menghadapi masalah sampah. sistem,” katanya.

Dari data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dilaporkan pada tahun 2023 terdapat 7,3 ton sampah per tahun yang dikumpulkan dan tidak dikendalikan. Jumlah ini akan terus bertambah seiring kita mengembangkan lebih banyak energi dan akan berbanding lurus dengan limbah yang dihasilkan.

Dalam pengelolaan sampah ini, pada tahun 2023 Waste4Change berhasil membantu Cinermas Land mengelola sampah sebanyak 3244 unit. Sementara itu, 356 ton sampah yang terkumpul telah berhasil didaur ulang dan jumlah TPA telah berkurang. 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *