Fri. Sep 20th, 2024

Emosi Saat Mengajar Matematika, Seorang Ayah di China Lempar Buah Delima ke Perut Anaknya

matthewgenovesesongstudies.com, Beijing – Seorang ayah di Tiongkok melemparkan buah delima ke putranya hingga menyebabkan anak tersebut meninggal.

Emosinya sedang marah. Ia tak sabar menemani putranya belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR).

Kejadian tersebut kemudian memicu perdebatan di media sosial tentang pentingnya kesabaran sebagai orang tua.

Melansir SCMP, pada Rabu (29/5/2024), seorang pria bernama Chen asal Wenzhou, Zhejiang menemani putranya belajar sementara istrinya bekerja lembur.

Rupanya, ia kurang bersabar ketika putranya yang masih duduk di bangku kelas tiga SD itu belum bisa memahami soal matematika yang dikerjakannya.

Chen mulai marah dan melemparkan buah delima ke perutnya.

Anak bernama Liangliang saat itu menangis kesakitan, namun rasa sakitnya tidak kunjung hilang hingga keesokan harinya.

Ia segera dibawa ke rumah sakit dan diketahui limpanya pecah.

Dokter memperingatkan bahwa limpa adalah organ dalam yang pecah dengan cepat, yang terkadang dapat menyebabkan pendarahan yang mengancam jiwa dan kemungkinan perlunya pengangkatan limpa.

Insiden tersebut memicu kritik di media sosial daratan tentang ketidaksabaran dalam mengasuh anak.

“Ayah ini menghancurkan hidup putranya! Pengangkatan limpanya adalah cedera permanen. Jika saya adalah putranya, saya tidak akan pernah memaafkannya,” kata salah satu pengguna Weibo.

“Ini mengingatkanku pada saat aku masih kecil dan ayahku melemparkan remote control ke arahku dan aku menjadi setengah mati rasa,” kata yang lain.

“Kenapa orang tua harus bertanggung jawab mengarahkan pekerjaan rumah anaknya? Seharusnya itu tanggung jawab sekolah,” sahut yang lain.

Di Tiongkok, seseorang yang menyebabkan cedera tubuh serius karena kelalaiannya dapat dihukum hingga tiga tahun penjara. Namun, jika korban dan keluarganya tidak melaporkan kejadian tersebut dan polisi tidak turun tangan, maka kasus tersebut dibatalkan.

“Dalam situasi yang dapat diartikan sebagai kekerasan dalam rumah tangga atau kriminalisasi, meskipun korban atau anggota keluarganya tidak secara aktif melaporkannya kepada polisi, namun jika perilaku tersebut diketahui oleh lembaga atau individu terkait, mereka juga wajib melaporkannya. .” Dia menceritakannya kepada SCMP Bo, pengacara dari Firma Hukum Sichuan Hongqi.

“Semua orang setara di mata hukum, apapun hubungan anggota keluarga, kekerasan dalam rumah tangga dilarang,” ujarnya.

Di Tiongkok, orang tua biasa mengajari anaknya mengerjakan pekerjaan rumah.

Pada tahun 2020, orang tua siswa sekolah dasar menghabiskan rata-rata 7,19 jam seminggu untuk mengerjakan pekerjaan rumah, menurut Survei Pelacakan Keluarga Tiongkok.

Menurut Laporan Perkembangan Pendidikan Bahasa Mandarin tahun 2020, lebih dari separuh siswa merasa tertantang oleh bimbingan pekerjaan rumah di bawah pengawasan orang tua.

Akibatnya, situasi emosional kerap terjadi. 

Pada bulan April, seorang ibu di provinsi Jiangsu, Tiongkok, juga menjadi marah saat membantu putranya mengerjakan pekerjaan rumah. Dia mencoba menendang, tetapi akhirnya membentur dinding dan ibu jarinya patah.

Pada bulan September 2021, seorang pria dari provinsi tengah Hunan menjadi sangat marah saat mengajari putrinya hingga rahang putrinya terluka.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *