Thu. Sep 19th, 2024

Bertandang ke Rumah Panjang Suku Iban di Sibu Sarawak yang Miliki 28 Pintu, Disuguhi Tuak dan Ulat Sagu

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Berwisata ke Kota Sibu, Sarawak, Malaysia belum lengkap tanpa mengunjungi Rumah Panjang Iban di Bawang Asan. Kawasan tersebut dapat ditempuh sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota.

Rumah Panjang Iban merupakan pusat komunitas masyarakat Iban di desa Bawang Asan. Ada sembilan rumah panjang di kawasan itu, namun yang saya kunjungi pada awal Juni 2024 atas undangan Scoot dan Dewan Pariwisata Sarawak adalah milik keluarga RH. Michael Ancho.

Seperti namanya, rumah kayu tinggi dengan 28 pintu dan menampung 42 keluarga kecil. Rumah terbagi menjadi dua bagian utama yaitu bagian luar dan ruangan dalam.

Ruangan merupakan ruang hidup keluarga yang dipisahkan oleh sekat-sekat. Semakin besar keluarga, semakin besar ukuran rumahnya. Di sinilah mereka melakukan aktivitas sehari-hari dan juga melakukan upacara-upacara besar seperti pernikahan, kematian dan Hari Gavai Dayak.

Wisatawan yang ingin berinteraksi dengan masyarakat Iban bisa berkunjung ke sana. Mereka menawarkan pilihan paket wisata sehari dan paket semalam.

Saat rombongan kami tiba, tuan rumah menyambut kami dengan tarian Ngjat, tarian tradisional Sarawak yang ditampilkan dalam berbagai kesempatan termasuk penyambutan tamu. Penari bekerja dengan suara.

“Tarian Ngajat, tarian tradisional Iban yang digunakan untuk menyambut tamu di rumah panjang, merupakan salah satu cara penyambutan. “Berdoa kepada Tuhan adalah cara untuk meyakinkan pengunjung,” kata Lydia Kandau, seorang perempuan Iban yang tinggal di salah satu kamar.

 

 

Selanjutnya para tamu akan diajak menari bersama mengelilingi sebuah tiang yang dihias dengan dedaunan mirip pohon dan digantungkan berbagai macam makanan. Tamu yang ikut menari diberikan podang iban untuk memotong semua jajanan yang digantung di pohon.

Lydia menjelaskan, “Pohon (pohon) yang di tengah itu tanda (simbol) buat kita, kita doakan makanannya berlimpah. Mereka makan sambil bilang ‘ooooha’ dan menari serta memotong semua kue sampai habis. Hancurkan mereka.” (pohon) dan berdoa untuk kesejahteraan kita semua.

Selama resepsi, para tamu akan disuguhi tuak sebagai minuman selamat datang. Tuk terbuat dari beras ketan yang difermentasi selama berminggu-minggu hingga menghasilkan alkohol. Tuk khas Iban ini dibuat dengan menggunakan resep tradisional yang diwariskan secara turun temurun.

“Kami membuat tuk sendiri, yang lain dijual dan kami buat sendiri. Kami orang Iban harus punya tuk karena di hari Gawai harus ada satu botol tuk. Meski satu keluarga bercampur Melayu, tapi mereka tidak minum. Mereka bisa sentuh dan isi gelasnya,” kata Lydia.

Selain tuak, malangu merupakan salah satu jenis minuman beralkohol di kalangan suku Iban. Bedanya, langkau terbuat dari tongkol jagung.

 

 

Saya pun sempat mencicipi beberapa jajanan khas Iban. Sebagian besar menunya mengingatkan pada jajanan khas Indonesia. Hal ini tidak mengherankan mengingat kami masih berteman dekat dan bertetangga.

Misalnya kue cuan-cuan atau bunga mawar. Rasa dan tekstur minuman ini mirip dengan kue Kembang Goyang Indonesia.  Hidangan lezat dengan rasa manis ini terbuat dari campuran tepung beras, tepung jagung, santan, telur ayam, dan gula pasir yang digoreng dan dimasak. Kue ini merupakan salah satu makanan yang disantap pada saat perayaan Hari Dayak Gawai.

Ada juga penaram yang merupakan kue lokur versi Iban. Tampilan dan rasanya mirip dengan yang kita temukan di Indonesia, kue penyeraram juga dibuat dari tepung terigu, tepung beras, garam, air, dan gula jawa yang memberikan rasa manis pada kue tersebut.

Namun kue sarang semut Iban pada umumnya berbeda dengan kue semut yang dikenal di Indonesia. Kue versi Indonesia bentuknya menyerupai kue bolu dengan tekstur sarang semut, sedangkan kue sarang semut tradisional Iban lebih renyah, mengingatkan pada kue krim ubi jalar.

Manisannya terbuat dari campuran tepung beras, tepung jagung, gula pasir, dan garam yang diaduk hingga kental. Adonan ini kemudian disaring melalui batok kelapa atau wadah plastik dan digoreng dalam minyak panas dan dibuat lubang-lubang kecil.

Saya sempat mencicipi masakan khas Iban yang banyak memiliki rasa asam. Salah satunya Terong Goreng Asam Balkan. Masakan berbahan dasar terong asam, terong dayak merupakan salah satu jenis terong yang banyak ditemukan di daratan Kalimantan.

Terong memiliki tekstur hampir seperti tomat dan rasanya asam. Brinjal asam biasanya dibuat dengan cara digoreng menggunakan balkan dan ikan teri. Rasanya segar dan lezat.

Ada juga kasam tubu atau rebung asam. Rebung kecil digunakan dalam hidangan ini. Sebelum dimasak, rebung direndam dalam air dan disimpan dalam wadah bersuhu ruangan selama kurang lebih dua minggu hingga terasa asam. Setelah tubu dipanen, rebung dibuat dengan cara dipanggang atau dicampur dengan bahan lain untuk digunakan.

Ada juga Manok Pansoh, masakan yang terbuat dari ayam yang dimasak dalam bambu dan berbagai bumbu. Potongan ayam suwir dimasukkan ke dalam lubang bambu yang diberi bumbu dan air, lalu dibakar hingga matang. 

Terakhir ada yang paling menantang dari semuanya yaitu ulat. Makanan yang tidak biasa ini kaya akan protein. Semakin tua usia ulat sagu maka teksturnya akan semakin kenyal dan keras. Cacing sagu bisa dimakan langsung sebagai camilan atau digiling menjadi masakan, misalnya dipanggang menggunakan daun kucai atau dimasak dengan bambu dan bumbu.

Pengarang: Anisa

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *