Fri. Sep 20th, 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan (STIP) menegaskan budaya kekerasan atau tindakan penembakan orang dewasa terhadap remaja di sekolah-sekolah di bawah Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan hilang.

“Tidak ada budaya remaja di kamp ini, dan itu adalah penyakit bawaan yang sudah diberantas,” kata Ketua STIP Ahmad Wahid menanggapi kasus mahasiswa STIP Jakarta yang diduga meninggal akibat penganiayaan di sekolah, pada Jumat. 3/5/2024 Maret).

Wahid menceritakan, dirinya bekerja di STIP kampus Jakarta selama satu tahun dan tidak ada budaya menembak.

Karena itu, kata dia, kasus taruna I dan P pertama yang meninggal pada Jumat pagi tidak ada pengaruhnya. Sebab peristiwa tersebut terjadi di luar kurikulum sekolah.

“Budaya ini sudah kita hilangkan, (kasus dugaan penganiayaan) dari orang ke orang,” kata Wahid dan Antara.

Ia mengatakan, hal itu terjadi di luar program pelatihan yang dibuat kampus dan diadakan di kamar mandi. Namun STIP Jakarta akan mengambil tindakan tegas terhadap pelaku pelecehan tersebut.

“Kami akan memberikan hukuman yang berat kepada pelaku yang terbukti bersalah menyerahkan pelakunya,” ujarnya.

Ia menegaskan STIP Jakarta tidak cuci tangan atas meninggalnya siswa pertama sekolah maritim tersebut. “Kami tidak mencuci tangan,” katanya.

 

Sebelumnya, Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengatakan, pihaknya telah mencari 10 saksi untuk menyelidiki kematian mahasiswa STIP Jakarta di sekolah tersebut. Korban P (19), siswa kelas 1, diduga meninggal dunia akibat penganiayaan.

“Saat ini kami sedang mencari 10 orang saksi untuk mengungkap meninggalnya taruna STIP tersebut dan memang ada dugaan apa yang dilakukan atasannya terhadapnya,” ujarnya.

Dalam kasus ini, polisi juga menangkap seorang yang diduga melakukan kekerasan. Mereka adalah pejabat yang diduga menganiaya korban hingga berujung pada pembunuhan.

“Itu (dilindungi),” kata Gidion kepada wartawan, Jumat (3/5/2024).

Sementara jenazah korban telah dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur untuk dilakukan autopsi.

Kekerasan yang dilakukan orang dewasa terhadap remaja di STIP Marunda, Jakarta Utara, bukan kali pertama terjadi.

Kasus seperti ini telah terjadi beberapa kali dan banyak generasi muda yang terbunuh akibat kekerasan tersebut.

Jumat ini, seorang taruna angkatan satu (2023) berinisial P asal Bali tewas di sekolah tersebut dan diduga dipukul atasannya.

Sebelumnya itulah nama Taruna STIP 2016 Amirullah Adityas yang meninggal dunia pada 10 Januari 2017.

Kemudian Dimas Dikita Handoko meninggal dunia pada 25 April 2014 setelah dihajar petugas bersama enam temannya.

Lalu ada nama Kadet STIP Daniel Roberto Tampubolon yang meninggal dunia pada 6 April 2015 dan Kadet Agung Bastian tahun 2008 yang meninggal dunia setelah dikeroyok petugas dan terungkap tiga hari setelah korban dimakamkan.

 

Dugaan tindak pidana kekerasan ini terungkap setelah Polres Metro Jakarta Utara menerima laporan meninggalnya mahasiswa Tingkat 1 STIP Jakarta.

“Jadi awalnya kami di Polres Metro Jakarta Utara menerima laporan polisi (LP) tentang meninggalnya seseorang berinisial P. Saat meninggal ia berada di RS Tarumajaya, yang bersangkutan adalah mahasiswa Tingkat 1 STIP. . ,” dia berkata.

“Setelah kami selidiki, kami sepakat dengan pihak sekolah, memang benar korban adalah mahasiswa STIP Cilincing,” kata Gidion.

Dia mengatakan pihaknya telah mengirimkan anggotanya untuk menyelidiki penyebab kematian korban. Sementara jenazah korban telah dibawa ke RS Polri Kramat Jati.

“Penyebab kematiannya masih kita dalami, laboratorium dan visum masih dilakukan oleh dokter yang profesional,” kata Gidion.

Menurut dia, kesepuluh orang tersebut diwawancarai sebagai saksi untuk mengetahui kejadian tersebut. Berdasarkan pemeriksaan, ada laporan kekerasan yang dilakukan petugas pada kelompok kedua pada pagi hari tadi.

“Itu dilakukan (penganiayaan) oleh orang dewasa kepada anak-anak atau korban. Tapi kami masih mendalami detail kejadiannya,” kata Gidion.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *