Fri. Sep 20th, 2024

Pemilu Usai, Ketua ICMI Minta Para Tokoh Nasional Turunkan Suhu Politik

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Ketua Dewan Pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie meminta tokoh-tokoh nasional membantu meredam suhu politik pasca pemilu 2024.

Diharapkan semua pihak bisa melupakan perbedaannya pada pemilu 2024.

“Jangan sampai kita melupakan perbedaan-perbedaan yang kemarin ya? Mungkin orang lain, di masyarakat, di media sosial tidak perlu melarang, tapi orang-orang yang terlibat harus mulai menurunkan suhunya,” kata Jimly di acara halalbihalal ICMI. di Jakarta, Rabu. (1/5/2024) malam.

Ia pun mengucapkan terima kasih karena menyebut seluruh parpol mengucapkan selamat kepada presiden dan wakil presiden yang terpilih tahun 2024-2029.

Menurutnya, sapaan parpol mampu meredam ketegangan di masyarakat.

“Kita alhamdulillah, kini semua kelompok ini sudah saling mengucapkan selamat meski sebelumnya berbeda jalan,” kata Jimly.

Jadi artinya masyarakat yang ada di bawah stadion harus menenangkan emosinya, kalau tidak wah sungguh emosinya masih aneh-aneh dan itu merusak persatuan bangsa, ”ujarnya.

Jimly juga meminta semua pihak, termasuk pihak berwenang, tidak memperburuk situasi dengan menaikkan sentimen masyarakat.

Selain itu, tidak semua orang pandai menyikapi kritik dan kemarahan masyarakat, terkadang masih merasakannya, dengan banyaknya pegawai yang seperti itu, jangan sampai hal ini memperburuk keadaan,” ujarnya.

 

 

 

Jimly mengatakan pemilu 2024 akan lebih baik dibandingkan pemilu 2019.

“Jadi kalau kita bandingkan pemilu tahun 2024 yang luar biasa ini, tahun 2019 juga menarik, bahkan di tahun 2019 ada yang berpikir wah, apa buruknya, pekerja meninggal 900 orang, Bawaslu yang protes 6 orang meninggal, ada 100 orang di rumah sakit, itu adalah. 2019 katanya.

Lalu presiden sekarang, dia kampanye sendiri, wajar saja rencana kerja kita masuk pot, yaitu tahun 2019, lanjutnya.

Di sisi lain, dia menyebut pemilu 2024 tidak seburuk tahun 2019.

“Di acara itu tidak ada yang menjadi korban, dan isu politik agama tidak seperti tahun 2019. Jadi ada yang menganggap ini lebih baik,” ujarnya.

Kemudian, tingkat partisipasi politik juga mengalami penurunan dibandingkan pemilu 2019, yaitu sebesar 81,9 persen. Sedangkan pada tahun 2024 menjadi 81,8 persen.

“Jadi sebetulnya kita bisa menganggap tahun 2019 sebenarnya lebih buruk. Nah begini, kata Pak Jusuf Kalla, ini pemilu terburuk sepanjang sejarah. Nah, kelompok 03, Todung Mulya Lubis, katanya, ini pemilu 2024 terburuk dalam sejarah,” ujarnya.

“Iya betul, sering kali yang kalah selalu bilang ini yang terburuk, sejak 2019 kalau dicek lagi beritanya di tahun 2009, yang kalah adalah pemilu terburuk di tahun 2014,” ujarnya.

 

Namun, dia ingin semua orang tetap menggunakannya untuk berkomunikasi satu sama lain. Apalagi pemilu sudah selesai dan kita harus menunggu pemilu legislatif (Pileg) 2024.

“Saudaraku, lupakan itu, yang penting sekarang semuanya sudah selesai, mari kita berhubungan dan melihat masa depan.” Dia menyelesaikan pidatonya.

 

Wartawan : Nur Habibi/Merdeka.com

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *