Thu. Sep 19th, 2024

Astronaut Temukan Mutasi Bakteri Ganas di ISS

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Astronot menemukan bakteri di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Faktanya, penyakit berubah dengan cepat.

Dipublikasikan di laman IFL Science pada Kamis (25/4/2024), organisme mutan tersebut mampu menopang kehidupan manusia di luar angkasa. Organisme ini dibawa ke stasiun luar angkasa oleh para astronot.

Salah satunya adalah Enterobacter bugandensis, salah satu jenis bakteri penyebab penyakit. Enterobacter bugandensis menyebabkan infeksi pada tubuh yang sudah memiliki bakteri lain atau memiliki sistem kekebalan tubuh.

Enterobacter bugandensis yang ditemukan di ISS tampaknya berevolusi sangat cepat sehingga sangat berbeda dengan spesies serupa yang ditemukan di Bumi. Selain itu, Enterobacter bugandensis diketahui resisten terhadap antibiotik sehingga beberapa antibiotik tidak efektif untuk membunuhnya.

Sejauh ini, para ilmuwan telah menemukan lima hingga 13 jenis virus ini di ISS sejak tahun 2018. Hasil tes genetik menunjukkan bahwa jenis virus yang dihasilkan ISS telah berubah.

Penyakit ini mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda dibandingkan dengan penyakit lain di dunia. Penelitian ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan dan iklim.

Faktanya, ada kekhawatiran mengenai dampak kesehatan pada penumpang. Tujuan memahami evolusi penyakit di luar angkasa adalah untuk melindungi kesehatan astronot yang terpapar di ISS.

Dengan mengidentifikasi sel-sel yang berubah di daerah hilir, para peneliti dapat menemukan faktor-faktor kunci yang menyebabkan penyakit.

 

Enterobacter bugandensis adalah bakteria Gram-negatif dari genus Enterobacter. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 2014 melalui tes darah anak kecil di Uganda.

Enterobacter bugandensis merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang 1-5 µm dan diameter 0,5-1 µm. Bakteri ini mempunyai flagela sehingga dapat bergerak sendiri.

Enterobacter bugandensis merupakan bakteri anaerob, artinya dapat hidup dengan atau tanpa oksigen. Organisme ini memperoleh energi melalui fermentasi dan respirasi.

Sejak itu, E. bugandensis telah ditemukan di banyak tempat, termasuk rumah sakit, air, dan tanah. E. bugandensis diketahui resisten terhadap banyak antibiotik, termasuk karbapenem, aminoglikosida, dan fluoroquinolon.

Wabah ini menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia, karena infeksi E. bugandensis sulit diobati. Infeksi E. bugandensis dapat menimbulkan berbagai gejala, tergantung lokasi infeksinya.

Gejala umumnya meliputi demam, menggigil, berkeringat, kelelahan, nyeri otot, dan sakit kepala. Dalam kasus yang parah, infeksi dapat menyebabkan septikemia dan kematian.

E. bugandensis dapat menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh, seperti darah, urin, atau feses. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi.

(Tiffany)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *