Fri. Sep 20th, 2024

6 Fakta Menarik Masjid Al-Jummah di Madinah, Tempat Pertama Nabi Muhammad SAW Salat Jumat Berjamaah

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Masjid Al-Jummah atau Masjid Al-Jum’ah di perbatasan Madinah, Arab Saudi merupakan masjid bersejarah. Berjarak kurang lebih 2,5 km dari Masjid-e-Nabwi, nama masjid ini mempunyai cerita tersendiri karena menggunakan kata Jum’ah atau Jummah yang artinya hari Jumat. 

Masjid ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti Masjid Bani Salim, Masjid Al Wadi, Masjid Al Ghubaib atau “Masjid Attica”. Ada lebih banyak hal di Masjid Al Juma selain lokasi dan asal usul namanya. Berikut 6 fakta menarik Masjid Al Juma yang dirangkum dari berbagai sumber tim gaya hidup matthewgenovesesongstudies.com.

1. Sejarah Sholat Jumat Pertama Nabi Muhammad SAW

Mengutip laman Islamic Landmarks, Selasa (26 Maret 2024), masjid tersebut menandai tempat Nabi Muhammad SAW memimpin salat Jumat pertama. Peristiwa ini terjadi tidak lama setelah ia hijrah (hijrah) dari Mekkah.

Saat itu, Nabi Muhammad SAW meninggalkan Kuba menuju Madinah pada hari Jumat. Tak lama kemudian, salat Jumat diperintahkan. Sekitar 1 km dari Quba kami melewati desa Banu Salim bin Auf.

Kaum Bani Salim berkata, “Wahai Rasulullah, kamu tinggal di rumah sepupu kami beberapa hari, maka pahalalah kami juga, karena jika kamu tinggal bersama mereka, mereka akan bangga pada kami sampai hari kiamat.” saya berdoa  

2. Sekitar 100 Muslim berpartisipasi dalam shalat Jumat.

Kemudian Rasullulah melihat Nabi turun dari kudanya dan menunaikan Jum’at Pertama di sana. Sekitar 100 umat Islam mengikuti salat Jumat pertama ini.

Diantaranya adalah kerabat Nabi Muhammad SAWA dari Bani an-Najjar yang datang menemuinya dan beberapa orang dari Bani Amr yang menemaninya dari Quba. Seusai salat Jumat, Nabi berangkat ke kota Madinah dengan menaiki Qaswa atau unta.

 

 

Masjid ini awalnya dibangun dari batu, namun kemudian dihancurkan dan direnovasi beberapa kali. Sebelum dilakukan perluasan, masjid ini dibangun di atas bukit kecil dengan satu kubah terbuat dari bata merah dan memiliki halaman berukuran panjang 8 meter dan lebar 6 meter.

Mulai dari masa Kekhalifahan Abbasiyah, Kesultanan Ottoman yang dipimpin oleh Sultan Bayazid, dari masa Hijriah pada akhir abad ke-9 hingga Sayyid Hasan Asy karya Syamsuddin Qawan. Masjid ini beberapa kali mengalami renovasi. -Sharbatli Hijria pada pertengahan abad ke-14. Renovasi terakhir dilakukan oleh Kementerian Wakaf Arab Saudi pada tahun 1409 Hijriah, yang akhirnya berujung pada hancurnya bangunan lama.

4. Saat ini menampung 650 sidang

Bangunan masjid baru ini akan memiliki tempat tinggal imam, muazin, perpustakaan, madrasah Tahfiz al-Quran, gereja untuk wanita dan toilet. Belakangan, Masjid Al Juma dibangun kembali dan diperluas hingga mampu menampung 650 jamaah. Kini tempat ibadah ini juga memiliki menara, satu kubah utama di tengah ruang salat, dan empat kubah kecil di sisi-sisinya. 

Ketika Rasulullah SAW melaksanakan ibadah salat Jumat pertamanya, beliau menyampaikan khutbah Jumat pertamanya yang dirangkum NU Online, sebagai berikut:

“Wahai sekalian manusia, berbuat baiklah, karena Allah mengetahui ada salah seorang di antara kalian yang begitu terkejut dengan teriakan tersebut hingga ia meninggalkan dombanya dari padang rumputnya, dan domba tersebut tidak mempunyai penggembala lagi.”

Allah berfirman kepadanya: Meskipun tidak ada penafsir dan penghalang di antara mereka, dia berkata: “Bukankah utusan-Ku datang kepadamu dan mengatakan yang sebenarnya, apa yang dapat kamu lakukan untuk dirimu sendiri?” “

Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, tapi semuanya diam dan dia tidak melihat apa pun. Lalu aku melihat ke depan dan tidak melihat apa pun kecuali Jahannam. Siapa pun yang ingin menghindari penderitaan Jahannam harus melakukannya, meskipun itu berarti berbuat baik kepada orang lain melalui pacaran. Jika Anda tidak punya teman kencan, pastikan Anda mengucapkan kata-kata yang baik. Karena perkataan yang baik adalah perbuatan yang terpuji…” (M. Khudry Bek, Nur al-Yaqien, hal. 82)

Khotbah tersebut berpesan agar umat manusia selalu berbuat baik terhadap sesamanya dan tidak menjerumuskan dirinya ke dalam kehancuran dan kehinaan. Sebagai umat Islam, kita mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Pertolongan tersebut dapat berupa harta, hikmah, pelayanan, nasehat, renungan, doa dan kata-kata yang baik. Umat ​​Islam harus selalu menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, sebagaimana diperintahkan oleh Al-Qur’an, dan tidak boleh mengabaikan salah satu dari keduanya.

Hal ini sesuai dengan pesan dalam salah satu surat Al-Quran (QS. Al-Qashash, 28: 77).

“Dan carilah apa yang telah Allah berikan kepadamu (kebahagiaan) di akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kesenangan dunia, melainkan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu menjelekkan (wajahmu). ) Terhadap bumi Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang menimbulkan kerugian.” 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *