Fri. Sep 20th, 2024

PAM Mineral Justru Tuai Berkah saat Pasokan Nikel Terganggu, Kok Bisa?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Pasokan nikel global akan mengalami gangguan pada kuartal II-2024 akibat situasi geopolitik terkini. Diantaranya, perpanjangan pembatasan yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap Rusia terhadap ekspor bahan mentah serta larangan penjualan di London Metal Exchange (LME) dan Chicago Mercantile Exchange (CME).

Selain itu, peristiwa di Kaledonia Baru juga berdampak pada operasional perusahaan pertambangan nikel. Terjadi gangguan terhadap kegiatan produksi di beberapa tambang nikel di Australia karena faktor biaya.

Akibat sentimen tersebut, pasokan bijih nikel global, khususnya di Kaledonia Baru dan Australia, menjadi tidak normal dan diperkirakan akan menjadi katalis positif kenaikan harga rantai industri nikel di masa depan. Hal ini tercermin dari kenaikan harga referensi nikel pada akhir April 2024 yang meningkat 8,76% menjadi $17.424,52 per dmt dibandingkan periode Maret 2024 yang berada di level $16.021,67 per tms.

Presiden dan Direktur PT PAM Mineral Tbk (NICL) Rudy Tjanaka mengatakan situasi ini menjadi sentimen positif bagi perseroan, setelah sempat mengalami tekanan pada kuartal sebelumnya.

“Perusahaan berkeyakinan dengan adanya sentimen positif tersebut dan dengan disetujuinya RKAB pada tahun 2024, maka perseroan akan meningkatkan produksi dan penjualan yang kemudian berdampak positif terhadap kinerja keuangan perseroan,” kata Manajemen PT PAM Mineral Tbk dalam keterangan resmi. . . keterangannya, Jumat (31 setiap 5 tahun 2024).

Seiring dengan peningkatan kapasitas produksi dan emisi RKAB, diharapkan dapat meningkatkan harga jual berkelanjutan. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan harga jual rata-rata (ASP) perseroan di tengah gangguan pasokan nikel global. Untuk tahun ini, perseroan menargetkan penjualan sebesar Rp1,29 triliun dengan target laba sebelum pajak sebesar Rp352 miliar.

“Perusahaan yakin dengan iklim usaha yang kondusif di industri, maka tujuan kinerja keuangan tersebut dapat tercapai,” lanjut Rudy.

 

Pada kuartal pertama tahun ini, terjadi tekanan kelebihan pasokan nikel di Indonesia. Hal ini menyebabkan penurunan harga yang signifikan.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, harga referensi nikel pada September 2023 hingga Maret 2024 mengalami penurunan sebesar 23,08%. Hal ini berdampak negatif terhadap perkembangan emiten nikel di Indonesia, termasuk emiten penghasil nikel PT PAM Mineral Tbk (NICL).

Dari sisi kinerja keuangan, pada kuartal I 2024 perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp 116,7 miliar, turun 54,98% dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp 259,4 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan jumlah produksi nikel karena RKAB (NICL) Perseroan baru diterbitkan pada bulan Mei 2024 (kuartal kedua).

Namun, Perseroan berhasil mengefisienkan beban pokok pendapatan dengan meningkatkan margin laba kotor pada triwulan I 2024 menjadi 37,07% dari 36,92% pada triwulan I 2023. Namun seiring dengan menurunnya penjualan, perseroan hanya mampu melakukan efisiensi. untuk mendapatkan keuntungan. laba sebesar Rp 12,2 miliar atau turun 78,92% dibandingkan triwulan I tahun 2023.

Penurunan ini terjadi setelah persetujuan RKAB Anak Perusahaan (IBM) yang belum disetujui hingga akhir Februari, hingga total penjualan yang tercatat pada kuartal I 2024 hanya penjualan sepanjang Maret, jelas Rudy.

 

Dari sisi neraca, perseroan mencatatkan total aset pada triwulan I 2024 sebesar Rp 881,7 miliar, tumbuh signifikan dibandingkan total aset pada triwulan I 2023 yang sebesar Rp 692,1 miliar.

Di sisi lain, total utang pada kuartal I 2024 tercatat sebesar Rp123,9 miliar atau tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan periode sebelumnya yakni Rp119,9 miliar. Sementara itu, total modal Perseroan meningkat dari Rp572,1 miliar menjadi Rp757,7 miliar pada kuartal I 2024. Hal ini disebabkan oleh peningkatan saldo laba Perseroan.

Hingga triwulan I tahun 2024, Perseroan memiliki lahan konsesi pertambangan nikel yang terletak di Desa Buleleng, Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali. Tanah tersebut merupakan Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi seluas 198 hektar dengan luas pertambangan 47 hektar. Estimasi cadangan di wilayah IUP Perseroan adalah sebesar 3,7 juta ton dengan kandungan Ni sebesar 1,51%.

Anak perusahaan (PT IBM) memiliki lahan konsesi pertambangan nikel yang terletak di Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Lahan tersebut merupakan Izin Usaha Pertambangan (IUP) produksi seluas 576 hektar dengan luas tambang 60,72 hektar, dimana cadangan terkira dan terbukti sebanyak 9,42 juta ton dengan kandungan Ni 1,30%.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *