Fri. Sep 20th, 2024

Indonesia Diskusi Bareng Taliban di Pertemuan Doha III, Cari Solusi Akhiri Krisis Multidimensi Rakyat Afghanistan

matthewgenovesesongstudies.com, Doha – Untuk pertama kalinya, DFA Afghanistan yakni Taliban ikut serta dalam pertemuan Doha pada Senin, 1 Juli 2024. Padahal, ini merupakan pertemuan perwakilan khusus Afghanistan yang ke-3. atau pertemuan utusan khusus ke Afghanistan ke-3 atau yang kita sebut Doha III.

Pertemuan Doha I akan dilaksanakan pada Mei 2023 dan Doha II pada Februari 2024. Pada pertemuan pertama dan kedua, Indonesia diundang dan berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.

Pertemuan yang diprakarsai oleh Sekjen PBB yang diselenggarakan oleh Qatar ini membahas kajian mengenai hak untuk menentukan nasib sendiri yang dilakukan oleh Sekjen PBB terkait Afghanistan, untuk membantu masyarakat Afghanistan menemukan hak untuk menentukan nasib sendiri. dari permasalahan yang mereka hadapi saat ini.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan kehadiran kelompok Taliban dalam pertemuan tersebut tidak diterima oleh organisasi yang memimpin Afghanistan.

“Saya harus tegaskan bahwa keikutsertaan DFA di Doha III tidak ada hubungannya dengan isu yang diakui organisasi internasional tersebut, namun saya mencoba berdiskusi dengan seluruh mitra di Afghanistan, termasuk DFA. hak dalam hal pendidikan dan pekerjaan,” kata Menteri Luar Negeri Retno seperti terekam dalam keterangan tertulisnya, Selasa (2/7/2024).

Sekretaris Jenderal Organisasi Politik dan Pembangunan Perdamaian PBB, Rosemary DiCarlo, memimpin pertemuan ketiga Doha yang diselenggarakan oleh DFA di Afghanistan, Taliban dan perwakilan 25 negara termasuk Amerika, Indonesia. Inggris, Italia, Jepang, Korea Selatan, India, Cina, Jerman, Tajikistan, Uzbekistan, Kanada, Norwegia, Rusia, Turki, Qatar, UEA, Arab Saudi dan partisipasi organisasi internasional lainnya, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, OKI. dan Bank Pembangunan Asia.

Selain pertukaran pandangan mengenai isu-isu lain, pertemuan Doha III membahas dua poin penting yaitu, Mendukung sektor swasta, dan membahas lebih lanjut mengenai perekonomian; dan Pengobatan Narkotika: Pembangunan Berkelanjutan.

 

Pertemuan tersebut bersifat terbuka dan informatif. Para perwakilan menyatakan niat mereka untuk mengubah kepentingan rakyat Afghanistan menjadi koalisi.

Banyak hal yang terungkap dalam pertemuan tersebut, diantaranya adalah pertemuan tersebut memahami bahwa ada beberapa hal yang terjadi di negara Afghanistan, misalnya terkait keamanan.

Pertemuan tersebut juga memuji prinsip “pembekuan” atau larangan total penanaman opium di Afghanistan. Kebijakan ini telah mengurangi 95% penanaman opium di Afghanistan.

“Kita tahu, permasalahan pekerjaan ini adalah bagaimana mempersiapkan para petani yang dahulu bertani untuk mendapatkan penghidupan yang lain, sehingga kegiatan perekonomian harus tertata dengan baik agar para petani tidak kembali menanam opium atau menjual narkotika. kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Pertemuan Doha III.

 

Pembahasan pada Sesi Pertama yaitu mengenai Self-Employment dibahas secara mendalam dengan pemaparan dari World Bank dan perwakilan dari DFA. Persoalan terkait sistem perbankan dibahas, terutama terkait sanksi yang ada.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi angkat bicara mengenai perekonomian Afghanistan.

“Pertama-tama, perekonomian berarti manusia, jadi perekonomian yang melibatkan perempuan harus menjadi bagian dari pembangunan perekonomian Afghanistan. Saya selalu mengangkat isu-isu perempuan dalam setiap topik yang kita bahas. Pada bagian 1, saya juga mengatakan bahwa membangun kembali kepercayaan sangat penting dalam perbankan, kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pidatonya mewakili Indonesia.

Hal kedua yang saya berikan, kata Menlu Retno, adalah perlunya membangun lingkungan yang memungkinkan berkembangnya sektor swasta. Saya tegaskan kembali pentingnya kerja sama, ujarnya.

Dari sana, Menlu Retno membahas proyek kerja sama lain antara Indonesia dan Afghanistan.

“Saya memaparkan banyak hal yang telah dilakukan Indonesia dengan Afghanistan, misalnya kerja sama dengan UNAMA di bidang keuangan dalam penciptaan sistem bisnis keuangan mikro syariah. Kemudian kerja sama pengembangan bank syariah,” ujarnya.

Menteri Luar Negeri Retno menyampaikan dialog masih terus berlangsung, dan saat ini Bank Dunia dalam pernyataannya menyebut Indonesia sebagai negara yang dapat membantu dalam hal tersebut.

“Juga hal lain yang saya sampaikan adalah kami siap menjalin hubungan antara pengusaha perempuan Indonesia dan Afghanistan,” ujarnya.

Hal lain yang disampaikan dalam Sidang Pertama atas nama Indonesia adalah perlunya meningkatkan kesadaran mengenai penerapan sanksi yang benar untuk menghindari permasalahan pada perekonomian Afghanistan.

“Dan saya menutup pidato saya dengan gagasan untuk membentuk kelompok kerja yang membahas khususnya kerja sama ekonomi dan melibatkan pemangku kepentingan untuk mendukung kerja sama ekonomi,” ujarnya.

Terkait isu pemberantasan narkoba pada bagian kedua pertemuan ketiga Doha, Menlu Retno menyampaikan bahwa permasalahan narkoba bukanlah permasalahan Afghanistan, namun merupakan permasalahan yang akan berdampak besar. wilayah dan seluruh dunia.

“Rencana anti-terorisme perlu kita apresiasi. Pertanyaannya, dukungan apa yang bisa diberikan dunia internasional agar rencana tersebut meningkatkan kesejahteraan masyarakat Afghanistan.

Kemudian Menlu Retno menyampaikan tiga hal penting yang harus dilakukan dalam bidang kedokteran.

“Pertama, rehabilitasi para pengguna narkoba. Kami khawatir karena jumlah pengguna narkoba dari generasi muda Afghanistan sangat penting. Dan masa depan Afghanistan akan lemah jika upaya rehabilitasi tidak berjalan dengan baik,” kata Menlu. Retno.

Ia juga mengatakan, “Saya menekankan pentingnya proses rekonsiliasi dan proses rekonsiliasi, dimana perempuan yang dibunuh dapat mendapat perhatian yang sama. Dalam konteks ini, Indonesia siap mendukung kerja rehabilitasi dan pemulihan masyarakat,” ujarnya. dikatakan.

Hal kedua yang saya berikan, katanya, adalah perlunya memberikan cara hidup lain bagi masyarakat Afghanistan.

Dalam konteks ini, kata Menlu Retno, kekuatan perekonomian bangsa harus diperkuat. Hal ini sejalan dengan pembahasan sebelumnya mengenai isu dukungan sektor swasta, atau kerja sama ekonomi.

“Indonesia bertekad memberikan cara alternatif untuk menghidupi 2.000 keluarga di distrik Chaparhar, provinsi Nangarhar, dengan mendukung kegiatan pertanian yang berdampak pada lebih dari 14.000 warga Afghanistan. Indonesia juga mendorong negara-negara dengan geografi dan iklim serupa untuk membantu warga Afghanistan menemukan tanaman yang layak untuk dikembangkan. ,” dia berkata.

Ketiga, lanjutnya dengan Menteri Luar Negeri Retno, terkait implementasi undang-undang tersebut.

“Saya ingin sampaikan, meskipun undang-undang anti kacang tanah sudah disahkan, namun peredaran narkoba masih terjadi, dan keadaan menjadi sangat membingungkan, sehingga kerja sama dengan pihak kepolisian, keamanan negara tetangga sangat penting,” ujarnya. menteri luar negeri. Retno.

 

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *