Thu. Sep 19th, 2024

Penyakit Batu Empedu Tidak Diturunkan, Kok Satu Keluarga Bisa Alami Keluhan yang Sama?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Seringkali masyarakat melihat kasus batu empedu menyerang lebih dari satu anggota keluarga. Misalnya seorang ibu di satu rumah mengalami batu empedu, dan tak lama kemudian anaknya juga mengalami keluhan yang sama.

Padahal, menurut dokter spesialis bedah pencernaan RS EMC Pulomas, Seno Budi Santoso, batu empedu bukanlah penyakit keturunan.

“Jadi sebenarnya bukan keturunan, hanya saja kadang terkesan turun temurun karena salah satu faktor pemicunya adalah pola makan, gaya hidup, dan sebagainya. Nah, terkadang pola makan yang sama tercipta dalam satu keluarga,” jelas Seno di Senin Sehat. dengan matthewgenovesesongstudies.com dan Bye-Bye Gallstones edisi RS EMC: Apa Penyebabnya?  Senin (24/6/2024).

Artinya, batu empedu yang muncul pada orang tua dan anak bukan disebabkan oleh faktor genetik dari ibu atau ayah yang diturunkan kepada anak tersebut. Namun karena pola hidup tidak sehat yang diterapkan dalam keluarga dan akibatnya pada anak.

“Misalnya orang tua sering makan lemak dan sebagainya. Nanti anaknya juga ikut sama. Makanya dalam satu keluarga kena ibunya, bapak kena, dan sebagian anaknya (batu empedu). Tapi itu bukan faktor keturunan, kalau faktor keturunan, itu genetik. “Itu karena faktor gaya hidup,” jelas Snow.

Snow menambahkan, batu empedu terutama dialami oleh wanita berusia di atas 40 tahun.

Namun bukan berarti mereka yang di luar kriteria tersebut tidak bisa terkena batu empedu. Laki-laki dan rentang usia lebih muda atau lebih tua juga bisa (menderita batu empedu).

Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroentero-hepatologi RS EMC Alam Sutera, Nella Suhuyani menjelaskan faktor risiko batu empedu.

Menurutnya, ada istilah 4F sebagai faktor risiko batu empedu yang artinya perempuan. Empat puluh (di atas 40 tahun). Lemak (kelebihan berat badan/obesitas). Subur (sudah mempunyai anak).

“Jadi kalau memenuhi syarat 4F dan gejala nyeri perut kanan atas terus berlanjut, jangan dikira sakit perut. Kita perlu tes lagi untuk melihat apakah itu hanya masalah lambung atau ada batu empedu,” kata Nela.

Dulu, dokter spesialis bedah subspesialis bedah pencernaan RS EMC Pekayon, Felmond Limanu menjelaskan, batu empedu merupakan endapan yang terjadi pada sistem empedu atau kandung empedu.

“Faktanya, cairan empedu di saluran empedu dan kandung empedu memiliki komposisi yang banyak. Ada empedu, enzim terutama kolesterol, dan bilirubin. Kalau semua itu seimbang maka keadaannya akan larut,” jelas Plamond.

“Tapi karena berbagai sebab, misalnya karena kolesterol tinggi atau masalah pengosongan kantong, keseimbangannya terganggu. Salah satu komponennya kemudian mengeras, mengendap, membentuk kristal dan akhirnya membentuk batu,” imbuhnya.  

Dari segi gejala, batu empedu mempunyai gejala yang khas dan tidak khas. Sedangkan gejala umum keluhan batu empedu adalah nyeri perut yang sering disalahartikan sebagai sakit maag.

“Nyeri di ulu hati, tembus ke punggung. Tapi gejala batu empedu sedikit lebih khas, nyerinya tembus ke tengah lalu menjalar ke bahu atas. Bisa jadi batu empedu,” Nela menjelaskan.

Jika batu empedu menyebabkan infeksi, gejala yang mungkin muncul adalah demam. Dan gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada sakit perut pada umumnya. Bagaimana cara mencegah batu empedu?

Untuk mencegah terjadinya batu empedu, lanjut Plamond, yang bisa dilakukan adalah menjaga pola makan.

“Tentu saja makanannya, makan makanan yang sehat, rendah lemak, rendah kolesterol, dan menjaga berat badan. Olah raga, jangan gemuk, dan sebagainya. Jadi gaya hidup dan pola makan untuk mencegah risiko batu empedu meningkat,” saran Plamond.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *