Fri. Sep 20th, 2024

Berbasis MicroPET/CT, BRIN Kembangkan Radiofarmaka Baru untuk Deteksi Dini Kanker

matthewgenovesesongstudies.com, Bandung – Pusat Penelitian Teknologi Radioisotop, Radiofarmasi, dan Biodosimetri Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRTRRB-BRIN) tengah mengembangkan radiofarmasi baru berbasis siklotron dengan menggunakan micropositron Emission Tomography/Computed Tomography (microPET/CT).

Alat ini digunakan untuk mendeteksi kanker sejak dini karena tidak menunjukkan gejala apa pun pada tahap awal. Menurut Peneliti PRTRRB BRIN Isti Daruwati menjelaskan alasan dilakukannya penelitian untuk mencari kandidat baru radiofarmasi dengan menggunakan microPET/CT.

Isti, kutipan dari website BRIN, Senin 2024 pada tanggal 1 Juli, mengatakan: “Positron yang dipancarkan oleh radiofarmasi PET dapat digunakan untuk memvisualisasikan atau menggambarkan organisme menggunakan kamera PET.

Isti mengatakan, kamera hybrid PET/CT merupakan bagian dari pemanfaatan kedokteran nuklir.

Isti menjelaskan, pemindai yang digunakan sangat sensitif untuk mendeteksi tanda-tanda kanker di dalam tubuh. Isti mengatakan alat itu tidak hanya bisa mendeteksi kanker.

“Keberhasilan pencegahan atau pengobatan kanker tergantung pada tingkat deteksi dini. Kamera PET/CT ini sensitif terutama untuk deteksi dini kanker, dan BRIN mendukung PET/CT untuk pencitraan kanker hewan,” kata Isti.

Isti menambahkan penelitian yang dilakukan menggunakan kamera PET/CT pada tikus untuk mengembangkan kandidat radio baru.

Kamera PET/CT memainkan peran penting dalam pengembangan radiofarmasi pada tahap percobaan awal sebelum diuji pada manusia.

“PET/CT dapat mengetahui fungsi organ dan sistem dalam tubuh manusia pada berbagai penyakit, khususnya kanker,” kata Isti.

Selain manfaat lainnya, dapat menjelaskan aktivitas sel tumor jaringan otak di berbagai bagian tubuh pasien.

Pada studi pertama, tes PET/CT dilakukan dengan menggabungkan informasi dari bagian data fungsional berupa perubahan seluler dari PET, serta informasi kondisi fisik dan lokasi kelainan tubuh dari CT.

“Sehingga memberikan informasi yang lebih baik dan detail mengenai berbagai penyakit, khususnya penyakit onkologi,” kata Isti.

Selain itu, PET/CT dapat menentukan di mana kanker telah menyebar di dalam tubuh dan keberhasilan pengobatan.

Isti menjelaskan, dalam penelitian ini, radioaktivitas dosis kecil disuntikkan secara intravena melalui jarum ke bagian ekor tikus. Pencitraan kemudian dilakukan dengan pemindai microPET/CT dalam posisi terlentang dan hewan tersebut di-eutanasia.

“Jika penelitian ini berhasil pada tikus, maka akan dilanjutkan dengan uji klinis sebelum dapat digunakan pada manusia,” kata Isti.

Ia berharap kedepannya penelitian ini dapat membantu masyarakat Indonesia mendapatkan penyakit yang tepat.

Oleh karena itu, kita dapat mengurangi jumlah penyakit, mendapatkan pengobatan yang lebih baik, mengurangi jumlah penyakit dan kematian akibat kanker.

“Penelitian dengan menggunakan kamera microPET/CT ini akan mengarah pada banyak penelitian BRIN yang melibatkan radiofarmasi baru yang siap digunakan,” ujarnya.

 

Pusat Penelitian Tenaga Nuklir (DPFK) BRIN, Irsyad, mengatakan tenaga nuklir memiliki banyak penerapan di bidang pertanian, pangan, kesehatan, industri, dan lingkungan.

“Penelitian nuklir di bidang kesehatan, termasuk penggunaan radiasi untuk mendeteksi fungsi tubuh dengan menggunakan sinar X, sinar gamma, dan radioisotop. Juga digunakan untuk mengobati penyakit dengan menghancurkan sel kanker, tumor, atau benda asing lainnya melalui unsur yang tepat, “ucap Irsyad.

Ahli teknologi nuklir pertama ini menjelaskan cara menggunakan pencitraan tiroid untuk menilai fungsi tiroid menggunakan radioisotop Iodine-131.

Renograph saat ini dirancang untuk menentukan fungsi kedua ginjal dengan mudah, cepat, aman dan akurat menggunakan radiofarmasi 131I-hippuran atau 99mTc-DTPA.

“Dalam bidang kedokteran nuklir, kamera Gamma sebagai alat pencitraan non-destruktif digunakan untuk mendiagnosis berbagai penyakit, termasuk penyakit persendian dan kanker,” kata Irsyad.

Karena kekhususannya, radiofarmasi memainkan peranan penting dalam keberhasilan diagnosis dan pengobatan penyakit.

Brachytherapy adalah jenis terapi radiasi yang digunakan untuk mengobati kanker di mana sumber radiasi ditempatkan langsung pada atau di dekat tumor ganas.

Selain itu, brachytherapy memberikan pengobatan yang lebih tepat dan mengurangi kerusakan pada area sekitar tumor, kata Irsyad.

Metode deteksi radiofarmasi dapat dilakukan secara in vivo atau in vitro. In vivo adalah metode diagnostik dimana radiofarmasi disuntikkan ke dalam tubuh pasien dan diambil gambar tubuh pasien.

Saat ini in vitro merupakan teknik diagnostik yang dilakukan di luar tubuh dengan mengambil sampel darah pasien dan mengujinya menggunakan alat radioimmunoassay (RIA) dengan standar imunologi.

 

Dirilis dari situs Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) Ayo Sehat, kanker merupakan sekelompok penyakit yang berkaitan dengan pertumbuhan sel dan kemampuan penyebaran ke bagian tubuh lain.

Kanker adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penyakit yang berhubungan dengan pertumbuhan sel yang tidak diatur.

Penyakit ini dapat menyerang hampir semua bagian tubuh manusia dan memiliki banyak jenis dan subtipe.

Seperti disebutkan, tumor bisa jinak atau ganas. Tumor jinak biasanya tidak berbahaya dan dapat diangkat melalui pembedahan.

Namun, tumor ganas atau kanker lebih mungkin menyebar ke jaringan lain dan memerlukan pengobatan yang lebih agresif.

Kanker dapat diklasifikasikan berdasarkan tahap awal perkembangan sel kanker. Beberapa klasifikasi umum meliputi:

– Karsinoma: Kanker yang timbul dari sel epitel, seperti kulit atau sel yang melapisi organ dalam.

– Sarcoma : Kanker yang timbul dari jaringan ikat seperti tulang, otot dan darah.

– Leukemia: kanker darah yang dimulai di tulang.

– Limfoma: Kanker yang berasal dari sel sistem limfatik.

– Kanker otak dan sistem saraf pusat: Kanker yang berasal dari otak atau sumsum tulang belakang.

 

Kanker disebabkan oleh mutasi pada DNA sel, yang menyebabkan sel tumbuh dan berkembang biak di luar kendali. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker antara lain:

– Faktor genetik: Riwayat kanker dalam keluarga dapat meningkatkan risiko terkena kanker.

– Paparan bahan kimia dan radiasi: paparan bahan kimia seperti asap rokok dan radiasi dapat menyebabkan mutasi DNA.

– gaya hidup dan kebiasaan: kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, pola makan yang buruk dan kurang olahraga dapat meningkatkan risiko kanker.

– Infeksi: Infeksi tertentu, seperti human papillomavirus (HPV), dapat meningkatkan risiko infeksi tertentu.

– Usia: Risiko kanker umumnya meningkat seiring bertambahnya usia.

Gejala kanker sangat bergantung pada jenis dan lokasi kanker. Namun, ada beberapa gejala umum yang mungkin dialami oleh penderita berbagai jenis kanker:

– kelelahan yang tidak dapat dijelaskan

– Penurunan berat badan yang tidak disengaja – Perubahan kulit seperti menguning, memerah atau menjadi gelap

– Nyeri yang menetap atau tidak kunjung hilang

– Perubahan pada buang air besar atau sistem saluran kemih

– Pembengkakan atau penebalan pada bagian tubuh lainnya. – Kesulitan menelan atau gangguan pencernaan terus-menerus.

– Perubahan tahi lalat, benjolan atau lesi kulit; – Batuk, rejan atau menggelegar.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *