Sat. Sep 21st, 2024

Prospek IPO pada Semester II 2024, Cerah atau Suram?

By admin Jul13,2024 #BEI #emiten #IPO #pasar modal #Saham

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Penggalangan dana di pasar modal masih menjadi salah satu opsi menarik yang dipertimbangkan perusahaan untuk mendapatkan pembiayaan, selain bank.

Di pasar modal, penggalangan dana dapat dilakukan melalui penawaran umum perdana (IPO), dan kemudian saham perusahaan akan dicatatkan sebagai perusahaan publik. Sejak semester I tahun ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menerima 32 emiten baru dari target Bursa sebanyak 62 IPO hingga akhir tahun.

Dengan sekitar 30 perusahaan yang merencanakan IPO, Bursa optimis target IPO tahun ini akan tercapai. Analis riset ekuitas Kivoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer memperkirakan IPO pada paruh kedua tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan paruh pertama tahun 2024. Secara keseluruhan, IPO tahun ini relatif lambat dibandingkan IPO beberapa tahun terakhir.

Apalagi dengan ketatnya seleksi BEI, kemampuan penggalangan dana melalui IPO tidak akan sebanyak tahun lalu, kata Khaer, sapaan akrabnya, kepada matthewgenovesesongstudies.com, Jumat (7/12/2018). 2024).

Menariknya, pergerakan saham IPO belakangan ini rawan terkoreksi. Jadi, dari sudut pandang investor, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut jika ingin mendapatkan keuntungan dari saham IPO.

Menurut Khaer, strategi IPO saham saat ini tetap perlu memanfaatkan momentum saat saham tersebut tercatat di pasar.

Namun perlu diperhatikan bahwa tingginya volatilitas saham ini membuat risiko pada saham jenis ini menjadi sangat berisiko, apalagi dengan rekam jejak kinerja bisnis yang masih minim, membuat saham tersebut di pasar modal kurang layak untuk dipertahankan. jangka waktu yang relatif lama.” waktu. jangka waktu yang lama,” tambah Khaer.

 

Sebelumnya, Bursa mengutarakan pendapatnya mengenai penawaran umum perdana (IPO) yang cenderung sepi tahun ini. Mengutip data Ernst and Young (EI), Direktur Pengembangan BEI Geoffrey Hendrick menjelaskan, jumlah IPO dan nilai dana IPO yang dihimpun di dunia mengalami penurunan masing-masing sebesar 12% dan 16% (secara tahunan) pada semester pertama tahun ini. tahun tahun ini. 2024 dibandingkan semester I tahun 2023.

Penurunan nilai dan jumlah IPO terutama terjadi di kawasan Asia-Pasifik atau negara berkembang, dimana nilai dana yang dihimpun dalam IPO Asia-Pasifik turun sebesar 73% (y-o-y). Melemahnya sentimen pasar untuk IPO mungkin disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain kenaikan suku bunga. Hal ini menyebabkan penurunan likuiditas di pasar keuangan global.

“Kemudian ada masa tunggu dan lihat pemilu, di mana lebih dari 60 negara memilih presiden baru tahun ini,” kata Jeffrey dalam laporan Lipuan6.com sebelumnya.

Pada saat yang sama, terdapat kelemahan pada perekonomian regional, termasuk Tiongkok dan Hong Kong. Faktor lain yang menghambat akumulasi pasar modal dan kecerdasan buatan adalah risiko geopolitik yang berdampak pada meningkatnya ketidakpastian perekonomian dunia.

Sebelumnya, di Bursa Efek Indonesia (BEI) ada beberapa perusahaan yang didapuk melakukan penawaran umum perdana (IPO).

Per 5 Juli 2024, terdapat 27 perusahaan yang tercatat di bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO sebesar Rp 4,05 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Njoman Jetna mengatakan, saat ini terdapat 24 perusahaan yang siap debut di pasar saham. Dari sisi aset, perusahaan menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektor, mayoritas berasal dari sektor konsumen non-siklus.

“Sejauh ini ada 24 perusahaan yang masuk dalam saluran pencatatan saham BEI,” kata Nioman kepada wartawan, Sabtu (6/7/2024).

Merujuk POJK nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 6 perusahaan dengan aset besar melebihi Rp 250 miliar. Kemudian 15 perusahaan dengan rata-rata aset Rp 50 hingga 250 miliar. Sisanya 3 perusahaan memiliki aset lebih kecil di bawah Rp 50 miliar.

Sedangkan rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 0 perusahaan dari sektor bahan baku

• 2 perusahaan dari sektor siklus konsumen

• 8 perusahaan dari sektor konsumen non-siklus

• 1 perusahaan dari sektor energi

• 2 perusahaan dari sektor keuangan

• 3 perusahaan dari sektor kesehatan

• 4 perusahaan dari sektor industri

• 0 perusahaan dari sektor infrastruktur

• 1 perusahaan dari sektor real estate dan real estate

• 2 perusahaan dari sektor teknologi

• 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

 

 

Saat ini tercatat 64 emisi dari 40 emiten EBUS dengan akumulasi aset Rp 63,4 triliun telah tercatat di Bursa. Per 5 Juli 2024, daftar obligasi mencakup 40 penerbitan dari 29 penerbit EBUS.

Berikut klasifikasi sektoral penerbitan obligasi:

• 5 perusahaan dari sektor bahan baku

• 1 perusahaan dari sektor siklus konsumen

• 2 perusahaan dari sektor konsumen non-siklus

• 2 perusahaan dari sektor energi

• 13 perusahaan dari sektor keuangan

• 0 perusahaan dari sektor kesehatan

• 2 perusahaan dari sektor industri

• 4 perusahaan dari sektor infrastruktur

• 0 perusahaan dari sektor real estate dan real estate

• 0 perusahaan dari sektor teknologi

• 0 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

Sebuah pertanyaan tentang hukum

Untuk saham Penambahan Modal Dengan Hak Di Muka (HMETD) atau penerbitan HMETD, rencananya ada 24 emiten lagi. Hingga 5 Juli 2024, tercatat ada 12 emiten yang telah menerbitkan HMETD dengan total nilai Rp 32,57 triliun.

Selanjutnya, terdapat 24 perusahaan yang masuk dalam daftar right issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut:

• 1 perusahaan dari sektor bahan baku

• 8 perusahaan dari sektor siklus konsumen

• 4 perusahaan dari sektor konsumen non-siklus

• 4 perusahaan dari sektor energi

• 5 perusahaan dari sektor keuangan

• 0 perusahaan dari sektor kesehatan

• 0 perusahaan dari sektor industri

• 1 perusahaan dari sektor infrastruktur

• 0 perusahaan dari sektor real estate dan real estate

• 0 perusahaan dari sektor teknologi

• 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *