Thu. Oct 3rd, 2024

Microsoft dalam Pengawasan karena Dituding Kumpulkan Data Anak-Anak

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Microsoft kini berada di bawah pengawasan Uni Eropa. Sebuah perusahaan asal Redmond, Washington, Amerika Serikat dituduh diam-diam mengumpulkan data anak di bawah umur.

Kelompok advokasi di Austria, Noib, telah mengajukan dua keluhan terhadap Microsoft atas penggunaan aplikasi Microsoft 365 Education di sekolah.

FYI, kelompok advokasi ini telah mengajukan pengaduan terhadap OpenAI, Meta, Spotify, dan beberapa perusahaan teknologi lainnya.

Mengutip laporan Engadget, Kamis (6/6/2024), Noib mengatakan Microsoft 365 Education memasang cookie untuk menganalisis kebiasaan pengguna dan mengumpulkan data pencarian browser.

Data yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk tujuan periklanan tanpa sepengetahuan sekolah.

Kelompok advokasi juga menuduh Microsoft mengumpulkan data anak-anak yang menggunakan layanan Microsoft di sekolah dan secara diam-diam memantau data anak-anak.

“Analisis kami terhadap aliran data sangat meresahkan. Microsoft 365 Education tampaknya melacak pengguna tanpa memandang usia mereka,” kata Felix Mikolas, pengacara perlindungan data di Noib.

“Praktik ini kemungkinan besar akan berdampak pada ratusan ribu pelajar dan mahasiswa di Uni Eropa dan EEA (Wilayah Ekonomi Eropa). “Pihak berwenang pada akhirnya harus bertindak dan secara efektif menegakkan hak-hak anak di bawah umur,” tambah Felix.

Knoib juga mengklaim bahwa Microsoft mengabaikan kewajiban Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) Uni Eropa kepada sekolah dengan tidak memberikan informasi apa pun tentang kebijakan privasi atau pengumpulan data perusahaan.

“Microsoft menyimpan semua informasi penting tentang pemrosesan data dalam perangkat lunaknya, namun tetap memberikan tanggung jawab kepada sekolah dalam menggunakan hak mereka,” kata Martje de Graaf, pengacara perlindungan data lainnya di Noib.

Dia menambahkan: “Tidak ada cara bagi sekolah untuk mematuhi kewajiban transparansi dan informasi.”

Sekadar informasi, Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) Uni Eropa telah menetapkan pedoman ketat untuk perlindungan data anak di bawah umur dan berfokus pada perlindungan tambahan terhadap individu, transparansi, dan akuntabilitas.

Siapa pun yang melanggar aturan GDPR akan didenda 20 juta euro (sekitar Rp 354 miliar) atau empat persen dari omset tahunan perusahaan di seluruh dunia pada tahun sebelumnya.

Selain itu, Microsoft memperluas cakupan Copilot, chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI). Kali ini perusahaan telah mengintegrasikan Copilot ke dalam aplikasi Telegram. 

Kehadiran Copilot di Telegram memungkinkan pengguna aplikasi tersebut mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam percakapan sehari-hari. Perpanjangan ini sejalan dengan strategi Microsoft untuk mengintegrasikan Copilot ke dalam berbagai produk dan layanan.

Menurut laporan The Verge yang dikutip Phone Arena, Jumat (31/05/2024), Microsoft tidak sendirian dalam menghadirkan chatbot AI ke platform obrolan. Perusahaan lain seperti Meta dan Google juga melakukan hal serupa.

Tren ini mencerminkan semakin pentingnya kecerdasan buatan dalam membentuk cara masyarakat berkomunikasi dan mengakses informasi di era digital.

Caranya cukup sederhana bagi pengguna yang ingin mengakses Copilot di Telegram. Pengguna cukup mencari bot dengan nama pengguna @CopilotOfficialBot di menu bilah pencarian aplikasi Telegram, lalu menyetujui pernyataan penggunaan dan privasi.

Setelah menerima ketentuan, pengguna harus membagikan nomor Telegram kepada bot Telegram Copilot. Kemudian, pengguna dapat memanfaatkan bot ini untuk membantu aktivitas sehari-hari.

Microsoft mengomentari kemampuan bot Copilot di Telegram untuk melakukan pencarian internet, membuat rekomendasi film, membuat rutinitas olahraga, membantu tugas coding, menerjemahkan percakapan, serta menawarkan fakta singkat.

Meski kehadiran Microsoft Copilot di Telegram diyakini akan menarik minat banyak pengguna, chatbot ini akan fokus pada interaksi berbasis teks. Oleh karena itu, bot ini tidak mendukung pembuatan gambar melalui teks.

Selain itu, mengharuskan pengguna untuk memasukkan nomor telepon mereka mungkin akan menjadi masalah, terutama bagi pengguna Telegram yang sadar akan privasi.

Harap dicatat bahwa bot ini memiliki batas harian 30 percakapan. Oleh karena itu, pengguna dan bot Microsoft Copilot hanya dapat bertukar pesan sebanyak 30 kali dalam jangka waktu 24 jam.

Dijelaskan, tujuan pembatasan ini adalah untuk mengelola alokasi sumber daya dan menjamin akses yang adil bagi seluruh pengguna.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *