Thu. Sep 19th, 2024

4 Spesies Burung Endemik Terancam Punah Dilepasliarkan di Hutan Kota Munjul Jakarta

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Semakin banyak burung asli Indonesia yang terancam punah di habitatnya. Salah satu penyebabnya adalah hilangnya habitat alami dan beberapa ancaman lainnya. Konservasi dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya adalah pelepasan spesies asli ke alam liar.

Pada Jumat, 15 Maret 2024, 64 ekor burung langka akhirnya dilepasliarkan ke Hutan Kota Munjur, Jakarta Timur. Ke-64 ekor burung tersebut antara lain kelinci kerbau 36 ekor, perkutut 10 ekor, kutilang 10 ekor, dan perkutut 8 ekor yang semuanya merupakan hewan endemik Indonesia.

Peluncuran tersebut dilakukan bersama oleh Jagwat Satwa Nusantara, Taman Mini Indonesia (TMII), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Dinas Pertamanan dan Kehutanan Kota DKI Jakarta.

Dr. Rilis yang diterima Tim Lifestyle matthewgenovesesongstudies.com menunjuk Piter Kombo sebagai General Manager Jagat Sattva Nusantara.

Sementara itu, Direktur Jenderal BKSDA DKI Jakarta Agus Aliant mengatakan, sebelum dilepasliarkan, pihaknya telah melakukan peninjauan terhadap kondisi burung-burung yang ada di kota tersebut dan melakukan rehabilitasi agar kembali liar di alam setelah sekian lama dipelihara di penangkaran.

“Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam memerangi krisis triple planet yaitu perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Kami berharap dukungan pemerintah dapat mencegah bahaya krisis ini,” kata Agus.

Indonesia kaya akan keanekaragaman fauna, termasuk puluhan jenis burung yang beberapa di antaranya merupakan endemik. Salah satunya adalah burung enggang kalimantan yang memiliki nama latin Malacocincla perspicillata.

Burung tersebut diperkirakan telah punah pada tahun 1848 atau 172 tahun yang lalu, namun secara tidak sengaja ditemukan kembali pada tahun 2021 oleh dua warga setempat di Kalimantan Selatan. Berdasarkan laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), setelah dilakukan diskusi dan peninjauan oleh tim pengelola kelompok, mereka menghubungi ahli burung dari Birdpacker untuk mendapatkan informasi lebih lanjut terkait temuan tersebut. Seekor burung asli akhirnya teridentifikasi.

Burung enggang kalimantan tersebar di hutan tropis dataran rendah wilayah Kalimantan. Burung penyanyi yang termasuk dalam keluarga Pelornitidae ini sebelumnya diklasifikasikan sebagai ‘sangat terancam punah’ oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Pada tahun 2008, status burung tersebut diubah menjadi “data hilang” berdasarkan penelitian yang menunjukkan kurangnya informasi yang dapat dipercaya tentang burung ini.

Burung Tontonan Makassar merupakan burung endemik yang hanya terdapat di Sulawesi Selatan. Mengutip situs Direktorat Perlindungan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, setidaknya terdapat 9 hingga 10 jenis burung berkacamata atau zosterop di seluruh Sulawesi.

Burung Berkacamata Makassar hidup berkelompok di daerah perbukitan, hutan sekunder, dan semak-semak marginal hutan pada ketinggian hingga 1.370 meter, termasuk di Taman Nasional (TN) Bantimurung Bursarong. “Burung berkacamata Makassar ini sering kita jumpai di hutan Kalanta,” kata Hendra, pemandu lokal yang kerap mendampingi para pengamat burung dari biro perjalanan.

Lanjutnya, “Biasanya pada pagi hari burung kicau (sebutan lain burung berkacamata Makassar) keluar dari sarangnya untuk mencari makan.” Umumnya waktu terbaik untuk mengamati burung adalah antara pukul 06.00 hingga 10.00 WIB. . Mizomela ilianavidodo

Pada tahun 2018, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat adanya spesies burung endemik baru di Rhode Island, Nusa Tenggara Timur (NTT). Spesies baru yang ditemukan Pusat Penelitian Biologi LIPI ini diberi nama Myzomela ilianavidodo yang diambil dari nama Ibu Negara Iliana Widodo. Satwa endemik Pulau Rote dalam famili Meliphagidae, dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.

Melba Selkuk merupakan burung endemik Indonesia yang ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Menurut situs Kehati Pemprov Yogyakarta, ciri fisik burung tersebut berwarna coklat putih dengan mahkota berwarna coklat tua dan alis berwarna putih.

Tubuh bagian atas berwarna coklat. Sedangkan bagian tenggorokan, dada, dan perut berwarna putih, dengan garis-garis coklat muda di sisi perut. Iris coklat, paruh hitam, dan kaki abu-abu merah muda juga merupakan ciri fisik. Jurong Sumba

Merupakan jenis burung endemik yang hidup di Pulau Sumba NTT. Berdasarkan laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, berdasarkan data pemantauan populasi yang dilakukan di kawasan Taman Nasional Matarawa pada tahun 2020, jumlahnya tercatat sekitar 103 ekor.

Pada Mei 2021, Direktur Resor Udi Pandak dikabarkan menyerahkan burung bernama latin Rhyticeros everitti itu kepada Balai Taman Nasional Matarawa. Tim burung sebelumnya diserahkan ke kantor resor Vudipandak oleh Agus Katauhi Merip, warga Desa Vatubokul, yang menemukan burung tersebut tergeletak di tanah dan tidak bisa terbang.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *