Fri. Sep 20th, 2024

Ancaman Serius yang Perlu Diwaspadai, Bagaimana Cara Mendeteksi Kanker Paru-paru?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Kanker paru merupakan penyebab kematian pertama pada pria di Indonesia dan urutan keenam pada wanita setelah kanker payudara. Fakta ini menunjukkan betapa seriusnya penyakit ini.

Namun sebagian besar kanker paru-paru akibat penggunaan rokok dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat dan skrining atau deteksi dini.

Skrining berfungsi untuk mengidentifikasi kondisi tubuh dan mengambil tindakan segera jika muncul gangguan kesehatan, termasuk kanker paru-paru. Semakin dini kanker terdeteksi, semakin dini pula pengobatannya, sehingga meningkatkan peluang kesembuhan. Bagaimana cara memeriksa kanker paru-paru?

Metode skrining kanker paru-paru yang efektif, terutama bagi individu berisiko tinggi, adalah CT scan dosis rendah (LDCT) pada dada. Cara ini direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).

LDCT menggunakan sinar-X dengan radiasi dosis rendah untuk menghasilkan gambar paru-paru secara detail, termasuk struktur dan tekstur jaringannya. CT scan dosis rendah

Menurut dokter spesialis paru konsultan onkologi toraks MRCCC Siloam Semanggi, Sita Allani PhD, LDCT memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan rontgen dada tradisional dalam mendeteksi kanker paru pada stadium dini.

Meski tumornya masih berupa lesi kecil, namun sulit dilihat dengan metode lain, kata Sita dikutip dari keterangan resmi yang diperoleh Health matthewgenovesesongstudies.com pada Jumat, 5 Juli 2024.

Seetha menjelaskan, sebelum melakukan LDCT, langkah awal dalam mendeteksi kanker paru dimulai dari anamnesis.

Pada fase ini, dokter melakukan wawancara dengan pasien untuk mengumpulkan informasi mengenai faktor risiko, riwayat kesehatan, gejala yang dialami, dan faktor risiko yang berhubungan dengan kanker paru.

Batuk, batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, penurunan berat badan dan riwayat merokok, riwayat paparan dan riwayat penyakit kanker menjadi fokus utama.

“Riwayat menyeluruh membantu dokter memahami kondisi pasien secara holistik dan memandu langkah selanjutnya dalam proses diagnosis dan pengobatan,” kata Sita.

Jika riwayat pasien menunjukkan risiko tinggi terkena kanker paru, dokter mungkin akan melakukan skrining dengan CT scan dada dosis rendah.

Selama prosedur, pasien diminta berbaring di meja CT scan dan mesin mengambil serangkaian gambar detail paru-paru dari berbagai sudut.

Hasil tes ini dianalisis oleh dokter spesialis radiologi dan dokter. Tindakan ini melibatkan dokter spesialis paru untuk mengevaluasi apakah terdapat tanda-tanda nodul atau lesi abnormal di paru-paru yang memerlukan perhatian lebih lanjut.

“CT scan dada dosis rendah memberikan 1/7 dosis radiasi dibandingkan CT scan biasa, sebaliknya tesnya hanya memakan waktu 3-5 menit. Oleh karena itu, metode ini aman digunakan bagi mereka yang berisiko tinggi terkena radiasi. terkena kanker paru-paru,” kata Sita.

Keuntungan utama CT scan dada dosis rendah adalah kemampuannya mendeteksi kanker paru-paru pada tahap awal.

Pengujian memungkinkan intervensi dan pengobatan yang lebih efektif, yang pada akhirnya meningkatkan peluang pemulihan pasien.

Selain itu, CT scan dada dosis rendah juga dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), emboli paru, dan pneumonia.

Namun, masih terdapat risiko yang terkait dengan penggunaan radiasi. Meskipun dosis radiasi yang digunakan pada CT scan dada dosis rendah lebih rendah dibandingkan CT scan tradisional, paparan radiasi masih berpotensi meningkatkan risiko kanker di masa depan.

Namun, manfaat deteksi dini kanker paru-paru umumnya dianggap lebih besar daripada risikonya bagi mereka yang berisiko tinggi terkena kanker paru-paru.

Setelah anamnesis dan pemeriksaan LDCT, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi lesi yang diperoleh dari LDCT.

Tes tersebut dapat berupa biopsi atau mungkin melibatkan pengambilan sampel jaringan untuk mendapatkan persiapan yang diperlukan untuk pemeriksaan patologi anatomi.

Dalam biopsi digunakan beberapa teknik seperti biopsi jarum halus (biopsi jantung transthoracic), bronkoskopi atau biopsi terbuka (torakotomi).

Sampel jaringan yang diambil dianalisis di laboratorium patologi untuk menentukan diagnosis pasti. Hal ini termasuk mengetahui jenis kanker dan analisis molekuler kanker paru-paru, yang sangat penting dalam menentukan pengobatan yang tepat atau terapi molekuler yang dipersonalisasi.

Seluruh langkah diagnostik dan pengobatan dapat diperoleh di Indonesia sesuai dengan pedoman internasional dan panduan dari Kementerian Kesehatan, pungkas Sita.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *