Fri. Sep 20th, 2024

Meneropong Prospek Perbankan di Semester II 2024, Waktunya Serok?

By admin Aug5,2024 #bank #BBCA #BCA #Saham

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) optimis prospek perbankan akan tetap positif hingga sisa tahun ini. Keyakinan ini terkait dengan perkiraan penurunan suku bunga dan pertumbuhan ekonomi negara yang relatif stabil.

“Kalau melihat perbankan di Indonesia, saya melihat perbankan kita saat ini relatif baik dan relatif stabil. Jadi ketika ekonomi tumbuh, maka perbankan cenderung tumbuh,” kata Direktur BCA Vera Eva Lim pada Investor Network Summit 2024. . oleh Mirae Asset, kutipan Kamis (4/2024).

Di sisi lain, Vera mengakui Bank Indonesia (BEI) memiliki strategi yang mendukung stabilitas dan pertumbuhan. Salah satunya adalah insentif terkait Giro Wajib Minimum (GWM). Bank berhak menurunkan besaran GWM apabila memenuhi batas minimum pemberian kredit pada sektor tertentu.

Bank di atas ambang batas tersebut, yang dapat mendorong pertumbuhan kredit di berbagai sektor, dapat memperoleh insentif kumulatif untuk menurunkan GWM hingga 400 basis poin. Dengan demikian, meski besaran GWM saat ini sebesar 9 persen, bank yang berhasil memenuhi batas penyaluran kredit dapat mencapai penurunan GWM maksimal sebesar 4 persen. Dengan demikian, besaran GWM perbankan hanya sebesar 5 persen.

“Jadi kita tahu kalau secara legal GWM itu 9 persen, tapi kalau kita memenuhi kriteria itu, GWM bisa turun. Menurut saya bagus sekali, jadi bank-bank juga bekerja.. Saat ini kita berada di kisaran 9 persen. hampir 6 persen Vera menjelaskan.

 

Saham-saham perbankan belakangan ini anjlok akibat lesunya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Vera mengatakan, alih-alih khawatir, dari sudut pandang investor, kesepakatan itu seharusnya menjadi peluang untuk membeli saham bank tersebut. Ternyata, saham bank-bank besar seperti BBCA, BMRI, BBRI, dan BMRI merupakan saham LQ45 yang bisa dijadikan kompensasi investasi.

“Sebagai investor, kalau BEI turun, kadang ada peluang untuk membeli saham-saham tertentu yang menjadi target jangka panjang. Jadi volatilitas jadi peluang,” kata Vera.

 

 

Manajer Riset dan Kepala Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rulli Arya Visnubroto memperkirakan besar kecilnya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia akan terus dipengaruhi oleh stabilnya posisi nilai tukar rupiah dan potensi penurunan di AS. suku bunga referensi (suku bunga FED/FFR).

Dalam kondisi yang penuh tantangan ini, ia juga memperkirakan pertumbuhan pinjaman perbankan akan mencapai target pertumbuhan BI sebesar 10–12 persen. Praktik BI saat ini mendukung stabilitas dan Mirae Asset yakin hal ini akan berlanjut lebih lama seiring dengan meredanya dampak volatilitas rupee.

Oleh karena itu, kami memperkirakan PDB (pertumbuhan ekonomi) Indonesia sebesar 5,01% pada tahun 2024 dan 5,02% pada tahun 2025, karena kebijakan penurunan suku bunga yang kurang agresif dibandingkan perkiraan sebelumnya,” ujarnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *