Mon. Sep 30th, 2024

Pasar IPO Indonesia Lesu, Bursa Beberkan Biang Keroknya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) mengkhawatirkan penurunan penawaran umum perdana (IPO) pada 2024.

Merujuk data Ernst & Young (EY), Direktur Pengembangan IDEX Jeffrey Hendrick menjelaskan, jumlah IPO dan nilai dana IPA yang muncul di dunia mengalami penurunan sebesar 12% dan 16%, pada tahap pertama. 2024 dibandingkan triwulan I tahun 2023

Penurunan nilai dan jumlah IPO yang terjadi terutama di kawasan Asia-Pasifik atau di negara-negara berkembang menurunkan nilai dana yang dihimpun dalam IPO Asia-Pasifik menjadi 73%. Lemahnya pasar IPO dapat disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor.

“Menunggu waktu pemilu, lebih dari 60 negara akan memilih presiden baru tahun ini,” kata Jeffrey kepada media, Rabu (10/7/2024). Pada saat yang sama, terdapat kelemahan pada perekonomian regional, termasuk Tiongkok dan Hong Kong.

Faktor lain yang menghambat penggalangan dana di pasar modal adalah risiko geopolitik yang terkait dengan meningkatnya ketidakstabilan keuangan global. “Kami sangat berharap situasi akan membaik pada paruh kedua tahun ini,” kata Jeffrey. Kumpulkan uang 

Meski IPO sepi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar, Keuangan, dan Pertukaran Karbon OJK Inarno Zajadi optimistis target penggalangan dana tahun ini bisa terpenuhi. Meski diakuinya, kinerja pasar modal Indonesia akan mengalami revisi hingga kuartal I 2024.

“Pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan update 2,88 persen ytd ke level 7.063 dan menguat 1,33 persen mtd,” kata Inarno dalam konferensi pers RDK Juni 2024.

 

 

IHSG tervisi naik 2,88 persen ytd menjadi 7.063,58 (naik 1,33 persen mtd), meningkatkan kapitalisasi pasar sebesar Rp12.092 triliun atau 3,58 persen ytd dan mencatatkan penjualan bersih Rp7,73 triliun ytd. Pelemahan terpantau pada sektor teknologi dan transportasi serta logistik (ytd).

Dari sisi transaksi finansial, rata-rata nilai transaksi perdagangan harian tercatat sebesar Rp 12,28 triliun ytd. Saat ini penggalangan dana di pasar modal berada dalam tren positif, dengan adanya 26 emiten baru yang mencatatkan nilai penawaran umum sebesar Rp 120,00 triliun.  Saat ini terdapat 103 jaringan pipa transmisi publik dengan nilai token Rp 30,02 triliun. 

 

Sebelumnya, Presiden Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengisyaratkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mulai berdagang pada 2025. Kata Gubernur,

Tunggu dan lihat, semoga tahun depan ada BUMN (IPO), kata Iman, Rabu (10/7/2024).

Sebelumnya, Menteri BMN Eric Thoheer angkat bicara soal BUMN pertama yang mendapat pendanaan. Namun, belum ada bulan baru pada periode ini. Belakangan, bursa menyambut 32 emiten baru dari target 62 IPO.

“Sekarang kita sudah punya 30 perusahaan yang sedang dalam pipeline. Kita harapkan target kita 60 perusahaan seperti awal tahun. Sekarang sudah 32 perusahaan. Kita harapkan akhir tahun bisa tercapai,” kata Iman.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyarankan agar perdagangan lancar berbasis pertukaran mata uang pada masa transisi pemerintahan baru. Ia mengatakan proses transfer akan berjalan baik sehingga tidak perlu khawatir dengan pasar.

Menko Airlangga menjelaskan, penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 dilakukan melalui konsultasi dengan Presiden terpilih Pravo Subianto. Jadi tidak perlu khawatir dengan kebijakan pasar makro yang akan diterapkan jika presiden berganti  

“Jadi tidak perlu memikirkan target pertumbuhan, target proyek kerja lanjutan, itu akan dikirim dalam RAPBN. Jadi tidak perlu menunggu transfer. Hanya kolom udara saja,” kata Airlangga.

 

 

Dulu, banyak perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hingga 5 Juli 2024, ada 27 perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya di bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO sebesar Rp 4,05 triliun

Company Value Manager IDEX I Gede Neumann Yetna mengatakan saat ini ada 24 perusahaan yang siap melakukan penawaran umum perdana. Perusahaan skala menengah mendominasi dari segi aset Saat ini, untuk sektor tersebut, sebagian besar merupakan sektor konsumen non-revolving

“Saat ini terdapat 24 perusahaan yang masuk dalam jajaran indeks BEI,” kata Newman kepada media, Sabtu (6/7/2024).

Berdasarkan POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat enam perusahaan yang memiliki aset di atas Rp 250 miliar. Kemudian terdapat 15 perusahaan dengan aset lunak antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar. Sisanya 3 perusahaan dengan aset kecil di bawah Rp 50 miliar

Saat ini, informasi lapangan adalah sebagai berikut:

• 0 perusahaan dari sektor sumber daya dasar

• 2 perusahaan dari sektor elektronik konsumen

8 perusahaan dari sektor konsumen non-olahraga

1 perusahaan dari bidang elektronik

• 2 perusahaan dari sektor keuangan

• 3 perusahaan dari bidang kesehatan

4 perusahaan dari sektor industri

• 0 perusahaan dari sektor infrastruktur

1 perusahaan dari sektor real estate dan properti

Ada dua perusahaan dari sektor teknologi

1 perusahaan dari sektor dan sektor transportasi

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *