Mon. Sep 30th, 2024

Menelisik Prospek Emiten Kapitalisasi Besar pada Semester II 2024, Apakah Masih Menarik?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Saham-saham emiten berkapitalisasi besar atau large-cap stock masih layak diwaspadai di paruh kedua tahun 2024. ).

Pada perdagangan Selasa 23 Juli 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,11% di 7.313.857 poin. Sementara itu, indeks LQ5, yang mencakup saham-saham paling likuid di pasar, tetap datar di level 923. Indeks LQ45 turun 4,87% year-to-date, atau year-to-date (YTD), menurut data bursa.

“Dari segi prospek, masih terdapat ruang bagi emiten-emiten berkapitalisasi besar untuk terus bertumbuh, begitu juga dengan sektor perbankan. Hal ini dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan suku bunga dari Federal Reserve yang berpotensi mendatangkan arus masuk ke pasar modal. pasar kami.” kata analis Sekuritas Kiwoom. Abdul Azis Setyo Wibowo berbicara kepada matthewgenovesesongstudies.com, Rabu (24 Juli 2024).

Azis merekomendasikan saham Fengyuan dengan target harga 11.000. Lalu ada BBRI dengan target harga 5.700, TLKM dengan target harga 3.500 dan ASII dengan target harga 5.400. ICBP target harga 11.600, AMRT target harga 3.300 dan PGAS target harga 1.800. dan EXCL dengan TP 2.700, SMGR dengan TP 4.750 dan SIDO dengan TP 800.

Analis ekuitas PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani menilai kebijakan suku bunga masih menjadi perhatian utama pelaku pasar saat ini. Dalam waktu dekat, Dimas mengimbau investor untuk mencermati berbagai sentimen, yakni PDB AS Q2 2024, laporan pendapatan emiten Q2 2024, dan PCE inti AS. Pada hari Kamis, Amerika Serikat akan merilis data pertumbuhan PDB untuk kuartal kedua.

,

Pasar secara umum percaya bahwa PDB AS akan tumbuh sebesar 2% pada kuartal kedua, yang mungkin lebih tinggi dari rekor yang hanya sebesar 1,4% pada kuartal pertama.

“Jika melihat laju pertumbuhan PDB selama 3 kuartal terakhir, laju pertumbuhan PDB AS menunjukkan laju pertumbuhan paling lambat sejak kontraksi pada paruh pertama tahun 2022. Hal ini juga dapat menyebabkan Federal Reserve mengambil keputusan suku bunga dengan melihat di Data GDP,” ungkap situasi perekonomian Amerika saat ini,” kata Dimas.

2. Laporan Kinerja Emiten Q2 2024 ke IHSG. Melihat data historis waktu pelaporan keuangan triwulanan, beberapa emiten besar IHSG kemungkinan akan melaporkan hasil kuartal II 2024 pada pekan ini.

Seperti BBCA dan BBNI, keduanya akan melaporkan keuangan Q2 2023 pada 25 Juni 2023. Laporan kinerja, 25 Juli 2024.

,

Berdasarkan laporan laba lima bulan pertama tahun 2024, kedua emiten perbankan besar tersebut akan melaporkan hasil yang kuat pada kuartal II. Hal ini akan menciptakan sentimen positif bagi kedua saham tersebut dan menjadi katalis bagi IHSG secara keseluruhan, kata Dimas.

Ketiga, PCE inti AS pada bulan Juni. Jumat ini, Amerika Serikat akan merilis data ekonomi yang akan dijadikan acuan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga, yakni PCE inti bulanan AS pada Juni 2024.

“Core PCE mengukur persentase perubahan harga barang dan jasa selain pangan dan energi, sehingga lebih akurat mencerminkan kondisi perekonomian dan inflasi di Amerika Serikat. Oleh karena itu, indeks ini menjadi salah satu acuan bagi Federal Reserve untuk mengambil keputusan. suku bunga,” katanya.

,

Penafian: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Melakukan riset dan analisis sebelum membeli atau menjual suatu saham. matthewgenovesesongstudies.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Hal ini terjadi setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona merah pada perdagangan saham Selasa (23 Juli 2024). Namun IHSG turun tipis karena menguatnya saham-saham teknologi.

Mengutip data RTI, IHSG turun 0,11% menjadi 7.313,85 poin. LQ45 berada di zona hijau pada 923,26. Sebagian besar tolok ukur pasar saham berada di bawah tekanan.

Pada perdagangan Selasa, IHSG sempat mencatatkan tertinggi 7.347,01 dan terendah 7.293,30. Sebanyak 308 saham melemah membebani IHSG. Sebanyak 220 saham stagnan dan 267 saham menguat. Total frekuensi perdagangan sebanyak 1.060.097 kali dan volume perdagangan sebanyak 29,3 miliar lembar saham. Volume perdagangan harian mencapai Rp 8,5 triliun. Nilai tukar dolar terhadap rupee berkisar 16.196. Investor asing melepas saham senilai Rp 86,95 miliar. Sepanjang tahun 2024, investor asing akan menjual saham senilai Rp 2,85 triliun.

Sebagian besar sektor ekuitas melemah karena perdagangan yang lemah. Saham-saham energi turun 1%, memimpin kemunduran. Selain itu, industri turun 0,81%, non-siklus turun 0,57%, siklus turun 0,41%, keuangan turun 0,17% dan saham real estate turun 0,01%.

Selain itu, saham-saham teknologi naik 4,55%, menjadi peraih keuntungan terbesar. Inti naik 0,43%, saham kesehatan naik 0,66%, infrastruktur naik 0,34% dan saham transportasi naik 0,41%.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *