Fri. Sep 20th, 2024

1,8 Juta Anak Indonesia Tidak Mendapat Imunisasi Rutin, Terancam Kena Campak hingga Polio

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengumumkan bahwa pada tahun 2018 hingga 2023, lebih dari 1,8 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi lengkap. Situasi ini telah menimbulkan berbagai kejadian dan keadaan darurat, seperti campak, difteri, poliomielitis, dan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin (VPD) seperti pertusis (VPD) yang dilaporkan di beberapa daerah selama setahun terakhir.

Jumlah pasien tidak main-main. Tercatat 136 orang menderita campak, 103 orang menderita difteri, delapan orang menderita poliomielitis, 14 orang menderita tetanus, dan 149 orang menderita batuk rejan selama 100 hari.

Direktur Kementerian Kesehatan RI Prima Josephine mengungkapkan keprihatinannya atas situasi ini, terutama mengingat program vaksinasi global untuk memberantas polio dan pemberantasan penyakit gondok dan rubella.

Ada kekhawatiran bahwa Rencana Global tidak akan dilaksanakan. “Jika tidak ada kemajuan di bidang ini, mungkin mimpi itu hanya sekedar mimpi,” ujarnya, dilansir dari situs Sehat Negeriku pada 19 Maret 2024.

Menurut Prima, masih banyak anak yang tidak mendapatkan vaksinasi karena berbagai alasan. Hasil UNICEF dan AC Nielsen kuartal II tahun 2023 menunjukkan 38 persen orang tua tidak mau memberikan vaksinasi kepada anaknya karena takut terlalu banyak atau terlalu banyak vaksinasi. Padahal, lanjut Prima, vaksinasi ganda sudah dilakukan di banyak negara dan sangat aman.

Yang lebih memprihatinkan lagi, keengganan orang tua untuk memvaksinasi anaknya didasarkan pada perkataan orang lain, bukan berdasarkan pengalamannya sendiri.

Sementara itu, sekitar 12 persen mengaku khawatir dengan efek samping vaksin. Kekhawatiran ini didukung oleh 40 persen dari total masyarakat yang menolak memvaksinasi anaknya.

Penting untuk memperkuat strategi vaksinasi untuk mengurangi jumlah anak yang tidak menerima vaksinasi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperkuat sisi suplai, antara lain imunisasi dan kesiapsiagaan, kesiapsiagaan wilayah, vaksinasi, imunisasi massal (ORI), kualitas tenaga kesehatan, serta pencatatan dan pelaporan.

Penguatan harus dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kebutuhan, pemberdayaan masyarakat, dan keterlibatan aktif lembaga-lembaga. Profesor Hartono Gunardi, Ketua Kelompok Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengatakan perlunya vaksinasi untuk memperbaiki keterlambatan imunisasi pada anak.

Padahal, vaksinasi bisa dilakukan tanpa mengulangi vaksinasi pertama atau menggunakan jadwal vaksinasi ganda yang terbukti aman dan efektif.

Menurut Profesor Hindra Irawan Satari, ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Indonesia menerapkan program vaksinasi anak dengan memberikan 450 juta suntikan kepada 5 juta anak setiap tahunnya. Tingkat pelaporan efek samping vaksinasi masih rendah dibandingkan negara lain yang menunjukkan vaksinasi aman.

Faktanya, keamanan ini berlaku untuk beberapa vaksin, dan berbagai penelitian tidak menunjukkan peningkatan KIPI atau reaksi merugikan yang signifikan setelah vaksinasi. KIPI mengatakan meski ada kasus, namun jumlahnya sangat sedikit.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *