Thu. Sep 19th, 2024

Akamai Kawinkan Teknologi Cloud dan Edge untuk Menyentuh Tampat yang Sulit Dijangkau

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Beberapa perusahaan dinilai mengalami kendala pada sistem, dimana arsitektur tradisional masih memisahkan cloud dari jaringan edge.

Hal ini menyebabkan sinkronisasi layanan kurang optimal sehingga mengakibatkan komputer full stack masih kesulitan mengakses lokasi yang sulit dijangkau sehingga mengurangi kapasitas layanan pada klien.

Faktanya, perusahaan harus menata ulang strategi bisnisnya sekaligus mencari cara yang tepat dalam menjalankan operasionalnya.

Jika melihat kebutuhan dasar pengelolaan data dan layanan pendukung perusahaan, komputasi awan merupakan hal yang penting untuk ditingkatkan.

Faktor global seperti resesi ekonomi juga mempengaruhi perlunya efisiensi belanja dan biaya produksi.

Demikian pula, tekanan untuk bersikap ramah lingkungan dengan menjalankan bisnis ramah lingkungan dan energi terbarukan berarti bahwa perusahaan juga harus menyeimbangkan ide bisnisnya dengan memperhatikan dampak sosial dan lingkungan.

Faktor lain seperti meningkatnya tren penggunaan AI Generatif, dikombinasikan dengan kebutuhan untuk meningkatkan kinerja komputasi Edge berarti perusahaan harus bergerak cepat untuk menemukan kombinasi terbaik dari sistem cloud mereka.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Akamai Technologies telah memperkenalkan revolusi baru yang disebut Generalized Edge Compute (Gecko), dengan menanamkan kemampuan komputasi awan ke dalam jaringan edge yang besar.

Inisiatif ini diyakini akan memberikan pengalaman yang lebih baik, karena Gecko akan mendekatkan pekerjaan kepada pengguna, perangkat, dan sumber data.

“Gecko merupakan salah satu inovasi paling menarik yang muncul dalam teknologi cloud dalam satu dekade terakhir,” kata co-founder dan CEO Akamai, Dr. Tom Leighton dalam keterangan tertulis, Senin (4/3/2024).

Dengan menghadirkan komputasi awan ke tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh penyedia cloud tradisional, pengembang kini tidak perlu memikirkan apakah akan membangun cloud terlebih dahulu atau edge.

Keunggulan lainnya, strategi cloud terdistribusi ini akan meningkatkan kemampuan dalam memproses dan menganalisis data AI dan machine learning dengan cepat dan efisien, yang sangat penting untuk strategi TI terkait tren saat ini.

Bagi perusahaan, inisiatif ini juga membantu mereka mewujudkan desain cloud baru untuk memenuhi kebutuhan aplikasi modern, seperti kinerja yang lebih baik, latensi yang lebih rendah, dan skalabilitas dunia nyata.

Beberapa faktor tersebut merupakan hal yang tidak dapat dipenuhi oleh arsitektur cloud saat ini. Gecko adalah fase berikutnya dari peta jalan menuju teknologi cloud yang lebih terhubung yang dimulai ketika Akamai membeli Linode untuk menambahkan kemampuan komputasi cloud asli yang hemat biaya dan hemat biaya ke dalam portofolionya.

Akamai memulai peta jalan ini dengan meluncurkan Akamai Connected Cloud dan mempercepat peluncuran beberapa wilayah komputasi inti baru di seluruh dunia.

“Bersama Gecko, kami melanjutkan visi ini dengan menggabungkan teknologi komputasi dari platform cloud dengan kedekatan dan efisiensi edge, untuk mendekatkan pekerjaan kepada pengguna, tidak seperti penyedia cloud lainnya. Tom Leighton menjelaskan “Inilah yang kami maksud dengan operasi kelas dunia”.

Saat ini, Gecko telah diuji dan diimplementasikan dengan sejumlah pelanggan perusahaan Akamai. Tujuannya agar teknologi Gecko dapat memaksimalkan layanan perusahaan di bidang inferensi AI, game multipemain, serta pengguna media sosial dan streaming.

Akamai tidak menutup kemungkinan kedepannya Gecko juga dapat digunakan untuk pengalaman berbelanja, komputasi spasial, analisis data, dan IoT untuk konsumen dan industri.

Pada tahap pertama, Akamai akan menggelar komputer dengan mendukung mesin virtual di 100 kota sebelum akhir tahun ini

Pada tahun 2024, Akamai akan membangun kawasan baru dengan arsitektur Gecko di Hong Kong SAR; Kuala Lumpur, Malaysia; Querétaro, Meksiko; dan Johannesburg, Afrika Selatan.

Kemudian, di kota-kota yang belum dipenuhi hyperscaler, seperti Bogotá, Kolombia; Denver, Colorado; Houston, Texas; Hamburg, Jerman; dan Marseille, Prancis.

Pembangunan Distrik Gecko ke-10 di Santiago, Chili, dijadwalkan selesai pada akhir kuartal pertama tahun 2024.

Selain 10 lokasi Gecko baru dan 25 wilayah komputasi inti yang sudah ada, Akamai juga berencana memperluas jejak komputasi awan globalnya ke ratusan kota lainnya dalam beberapa tahun ke depan.

Pada Kego tahap kedua yang rencananya akan selesai sebelum akhir tahun, Akamai akan menambah container pada Mixer.

Apalagi pada tahap ketiga atau terakhir, Akamai akan menambahkan orkestrasi kerja otomatis untuk memudahkan pengembang membuat aplikasi di ratusan lokasi yang tersebar.

Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan pengalaman pengguna yang konsisten di seluruh wilayah dan tepi komputasi arus utama.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *