Fri. Sep 20th, 2024

Telat Ganti Popok Anak Bisa Picu Infeksi Saluran Kemih, Sebaiknya Salin Setiap Berapa Jam?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Kemunculan berbagai jenis popok bayi semakin memberikan keleluasaan bagi orang tua untuk menunda penggantian. Faktanya, terlambat mengganti popok dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK) pada bayi.

“Sekarang popok sudah banyak jenisnya, dari yang super kering (kering), yang berdaya serap super, tentunya dalam kondisi super kering orang tua malas menggantinya karena masih terasa kering,” kata dokter spesialis anak Ina Zarlina dalam temu media online. dokter Ikatan Anak Indonesia (IDAI), Selasa (8/6/2024).

Ia menambahkan, penelitian menunjukkan bahwa semakin sedikit orang tua mengganti popok, semakin besar risiko infeksi pada anak.

“Ada penelitian kalau tidak salah di Jepang, semakin jarang mengganti popok, maka risiko tertular semakin meningkat,” kata Ina.

Dokter lulusan Universitas Padjadjaran (Unpad) ini juga berpesan agar para orang tua hati-hati mengganti popok bayi setiap empat jam sekali.

Oleh karena itu, disarankan untuk mengganti bayi setiap empat jam dengan tetap memakai popok lengkap, meski masih terlihat kering. Karena pada anak perempuan bisa terjadi kontaminasi, apalagi saluran kemihnya lebih pendek dibandingkan pada anak laki-laki, jelas Ina. .

Infeksi yang dapat disebabkan oleh jarangnya mengganti popok bayi adalah infeksi saluran kemih bagian bawah atau sistitis.

Sebelumnya, dijelaskan Ina, infeksi saluran kemih atau ISK adalah adanya bakteri yang berkembang biak di saluran kemih. Infeksi ini menyebabkan invasi jaringan dan peradangan.

Infeksi saluran kemih dibedakan menjadi infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi saluran kemih bagian bawah. Infeksi saluran kemih bagian atas (pielonefritis) merupakan infeksi pada parenkim ginjal yang menimbulkan gejala sistemik dan lokal.

Sedangkan infeksi saluran kemih bagian bawah (sistitis) merupakan infeksi yang terbatas pada saluran kemih bagian bawah, yaitu kandung kemih. Gejalanya biasanya berupa sering buang air kecil, nyeri, tidak bisa buang air kecil dengan bebas, atau tidak buang air kecil sama sekali.

Ina juga menjelaskan, Infeksi Saluran Kemih atau ISK merupakan penyakit menular yang sering dijumpai pada bayi dan anak-anak, terutama di bawah usia tiga tahun.

Meski sering ditemukan, penyakit ini tidak mudah dikenali, begitu pula diagnosisnya.

“Sebenarnya yang sulit adalah gejalanya mirip. Terkadang penyakit lain bisa menimbulkan gejala yang mirip dengan infeksi saluran kemih.”

Sedangkan untuk diagnosis tertentu, dapat dilakukan pemeriksaan urin yang sesuai.

Jadi tes diagnostiknya adalah tes kultur urin. Dengan kultur urin yang benar, kita bisa mendiagnosis infeksi saluran kemih jika ditemukan kuman tertentu.

Kultur urin untuk mendiagnosis kasus ISK hanya bisa dilakukan di laboratorium, lanjut Ina.

“Selama di laboratorium? Benar, selama di laboratorium. Karena pemeriksaan itu adalah pemeriksaan mikroskopis yang harus dilakukan di laboratorium.”

Sedangkan pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan pemeriksaan klinis. Pasalnya, anak-anak tersebut kini bisa bersuara dan menyampaikan keluh kesahnya.

“Anak besar sudah bisa verbal, bisa berkomunikasi, misalnya nyeri saat buang air kecil, muntah, sakit punggung, mau ke kamar mandi. Nah, bisa saja Anda curiga itu ISK, padahal tentu saja perlu dilakukan urinalisis dan kultur urin masih,” kata Ina.

Kemungkinan terjadinya ISK pada anak di bawah usia dua tahun adalah 3 hingga 5 persen. ISK terkadang merupakan indikasi adanya kelainan pada struktur atau fungsi sistem saluran kemih. Prevalensi ISK pada anak perempuan di bawah usia satu tahun adalah 7%, sedangkan pada anak laki-laki sebesar 3%.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *