Sat. Sep 21st, 2024

40% Pengajuan KPR Ditolak Gara-gara Pinjol, Bos REI Minta Ini

By admin Aug29,2024 #KPR #pinjol #REI

matthewgenovesesongstudies.com, Langkah Otoritas Jasa Keuangan Jakarta (OJK) untuk menindak tegas dan mengkaji perusahaan pinjaman online (pinjol) yang tidak patuh aturan dan merugikan masyarakat mendapat dukungan dari Indonesia Real. Asosiasi Perusahaan Real Estate (REI).

Seperti diketahui, OJSC mengambil tindakan dan tindakan pengawasan dengan mengumumkan penutupan tiga perusahaan kredit karena kekurangan modal dan kegagalan untuk mematuhi rekomendasi pengawasan yang ditetapkan oleh otoritas.

Selain itu, OJK juga resmi menerbitkan daftar pinjol ilegal yang mulai berlaku pada 1 Agustus 2024. Terdapat 654 badan usaha perkreditan ilegal yang dinilai berbahaya karena tidak memiliki izin.

“Langkah OJK ini dapat menjadi pintu masuk bagi pemerintah dan OJK untuk membenahi dan menata kembali bisnis perkreditan ini, karena memang telah menimbulkan banyak permasalahan dan korban di masyarakat. Dampak negatif Pinjol sangat besar, bahkan ada korban jiwa, kata Ketua DPP REI Joko Suranto di Jakarta, seperti dilansir, Jumat (2/8/2024).

Asosiasi Perusahaan Pembangun juga meminta OJK menerapkan aturan seperti tata cara dan batasan suku bunga bagi perusahaan kredit atau fintech kredit yang digunakan di sektor perbankan, karena pada akhirnya sama saja, yakni pinjaman kredit.

Selain itu, Joko Suranto berharap OJK terus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai permasalahan yang mungkin timbul jika pinjaman gagal bayar.

“Perlu ada edukasi yang serius di sini, karena ketika mereka bermasalah dengan pinjaman maka dampak dari kewajibannya sangat parah, karena bunga pinjamannya bisa mencapai 116 persen per tahun, dan ini menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan pembiayaan dari bank, misalnya. . modal usaha. atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR),” kata CEO Buana Kassiti Group.

 

REI mencatat tingginya tingkat gagal bayar pinjaman, dengan sekitar 40% permohonan hipotek, termasuk hipotek bersubsidi, ditolak oleh bank karena nilai kredit yang buruk.

Hal ini menghalangi mereka untuk mendapatkan hipotek dan kehilangan kesempatan untuk memiliki rumah impian. Padahal, menurut Joko Suranto, rumah merupakan titik awal keluarga mendidik anaknya.

Di sisi lain, Joko Suranto mengatakan, hanya karena seseorang terlilit utang dan ingin melunasi utangnya, bukan berarti datanya di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) atau BI Checking terhapus.

Sebab, data tersebut belum memiliki waktu valid untuk dibersihkan.  Ada juga kasus ketika Anda ingin menutup utang, namun perusahaan kredit sudah tutup atau tutup. 

“Situasi ini menjadi masalah karena masyarakat tidak tahu cara membayar dan melunasi utangnya kepada Bank Sentral.  Kami telah mengirimkan proposal kami untuk mengatur sejarah keuangan penduduk menurut standar tertentu. “Misalnya SLIK atau riwayat pelanggannya dua tahun, atau masalahnya diperbaiki agar cepat diperbaiki,” jelasnya. 

Selain upaya yang dilakukan OJK, REI juga berharap Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyetujui fatwa hukum pinjol karena lebih merugikan dan bisa menjadi “penyakit” bagi masyarakat.

“Pinjol ini jelas lebih banyak ruginya daripada manfaatnya. Selain itu, ada tanda-tanda eksploitasi karena bunga pinjaman sangat tinggi sehingga tidak ada kepastian dan kepastian kapan peminjam mampu menyelesaikan (membayar) pinjamannya, kata Joko Suranto.

Komisi Fatwa MUI mengadakan mufakat di kalangan ulama yang menyepakati hukum pinjam meminjam pada saat itu. Ijtima Ulama 2021 yang digelar di Jakarta memutuskan untuk melarang pengambilan keuntungan dari akad pinjam meminjam online dan offline.

REI berpendapat bahwa pemerintah lebih mengutamakan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), dengan alasan keandalan kuota pembiayaan perumahan tambahan likuiditas (FSAF) untuk perumahan bersubsidi.

“Kami masih yakin pemerintah bisa mengambil keputusan apa pun jika ada peninjauan parsial. REI berharap dapat menambah kuota FLPP minimal 229.000 unit pada tahun 2023, kata Joko Suranto. 

REI sudah mengirimkan surat dan kini menunggu tanggapan Presiden Joko Widodo terkait penambahan kuota FLPP.

REI menunggu kepastian kapan Kementerian Perekonomian akan menggelar rapat koordinasi antar kementerian, termasuk Kementerian Keuangan, untuk membahas tambahan kuota FLPP.

“Saat ini, masyarakat kami dimobilisasi untuk mengatasi akumulasi besar terkait pembangunan perumahan. Namun anggaran kuota FLPP pada tahun 2024 berkurang hampir 30 persen dibandingkan tahun 2023 sehingga menimbulkan tantangan dan ketidakpastian bagi pembeli rumah. “Juga ketidakpastian bagi pengembang yang kesulitan membantu pemerintah menyediakan perumahan bagi MBR,” kata Joko Suranto.

Dia mengatakan, minimnya kuota FLPP menimbulkan ketidakpastian terhadap proyek rumah 3 juta Prabowo-Jibran, sehingga kuota FLPP harus ditambah agar masyarakat yakin pemerintahan mendatang bisa melaksanakannya. proyek 3 juta rumah yang dijanjikan.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *