Fri. Sep 20th, 2024

Bahaya Obesitas Intai Individu yang Suka Konsumsi Minuman Berpemanis

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Mengonsumsi minuman manis setiap hari dapat membahayakan kesehatan, salah satunya obesitas, menurut ahli gizi klinis Universitas Indonesia Dr. Luciana Sutanto MS, Sp.GK.

Konsumsi minuman manis secara terus menerus dapat meningkatkan asupan kalori sehingga meningkatkan risiko terjadinya obesitas dan penyakit metabolisme, kata Luciana di Jakarta, Jumat (9/8), seperti dilansir ANTARA.

Luciana mengatakan, risiko obesitas dan penyakit metabolik sama seperti diabetes, peningkatan kolesterol/trigliseridemia, peningkatan asam urat, hipertensi, dan gangguan kesehatan lainnya.

Khusus untuk anak-anak, ia menekankan pentingnya mendidik orang tua dan siswa mengenai makanan sehat, agar tidak disalahgunakan.

Menurutnya, pendidikan harus berpedoman pada makanan sehat dan gizi seimbang sesuai pedoman Kementerian Kesehatan.

“Idealnya, pengetahuan tentang pola makan sehat berbasis gizi seimbang harus diajarkan sejak dini di sekolah dan di masyarakat pada umumnya, sesuai anjuran Pemerintah atau Kementerian Kesehatan,” ujarnya.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat sebanyak 60 anak dirawat karena gagal ginjal di Rumah Sakit Umum Nasional (RSCM) Cipto Mangunkusumo.

Rumor yang beredar di media sosial menyebutkan banyak anak atau remaja yang menderita gagal ginjal hingga harus menjalani cuci darah karena terlalu banyak mengonsumsi minuman kemasan manis (MBDK). 

 

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat menghindari konsumsi makanan manis dan minuman yang mengandung gula yang dapat menimbulkan risiko sejumlah penyakit.

Bahkan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sendiri berharap masyarakat, khususnya anak-anak, harus mengurangi konsumsi makanan dan minuman kaya gula sebagai upaya pencegahan penyakit kronis.

“Anak-anak sekarang meminum semua gula. Itu harus dikurangi. Kembalilah bebas gula,” katanya.

Budi Gunadi mengatakan sekitar 13 persen penduduk Indonesia atau sekitar 35,8 juta jiwa menderita diabetes, dan penyakit ini bisa bertambah parah jika tidak ditangani secara berkelanjutan.

 

Tingginya jumlah gula yang dikonsumsi dalam makanan dan minuman, lanjut Budi, dikaitkan dengan kasus anak yang menjalani cuci darah akibat gagal ginjal.

“Itu cuci darah, kalau tidak diobati setiap hari bisa jadi penyakit kronis, paling mudah lihat saja ukuran jeansnya, kalau di atas 34 kemungkinan gulanya terlalu banyak. kata Budi.

Upaya mengurangi konsumsi masyarakat terhadap makanan dan minuman dengan tambahan gula, garam, dan lemak (GGL) tertuang dalam Peraturan Pemerintah 28 Tahun 2024 tentang Penerapan Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *