Sat. Sep 21st, 2024

Bank Sentral Myanmar Bantah Laporan PBB soal Transaksi Senjata: Warga Sipil Sangat Dirugikan

matthewgenovesesongstudies.com, Naypyidaw – Bank sentral Myanmar pada Minggu (30/6/2024) membantah laporan PBB bahwa pemerintah militer negara itu dapat mengakses dana dan senjata untuk memerangi pasukan kudeta, dengan mengatakan lembaga keuangan berada di bawah pengawasan. Bank telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.

Dalam pernyataan yang dimuat di surat kabar junta pada Sabtu (29/6), Bank Sentral Myanmar sangat keberatan dengan laporan Pelapor Khusus PBB tentang Hak Asasi Manusia di Myanmar. Demikian dikutip VOA Indonesia, Senin (1/7).

“Laporan PBB sangat merugikan kepentingan warga Myanmar dan hubungan antara Myanmar dan negara lain,” katanya.

Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia di Myanmar Tom Andrews mengatakan pada Rabu (26/6) bahwa meskipun upaya internasional untuk mengisolasi Junta telah mengurangi kemampuan untuk membeli peralatan militer, senjata-senjata tersebut juga mengurangi kemampuan untuk mengimpor teknologi penggunaan ganda dan peralatan manufaktur. . Barang lainnya senilai US$253 juta dalam 12 bulan terakhir hingga Maret lalu.

Pernyataan yang sama menyebutkan bahwa Myanmar telah mendapat bantuan dari bank internasional termasuk Thailand untuk melakukan pembelian tersebut.

Menghadapi tantangan terbesarnya sejak kudeta tahun 2021 terhadap pemerintahan peraih Nobel Aung San Suu Kyi, militer Myanmar telah terlibat dalam beberapa konflik berintensitas rendah dan berjuang untuk menopang perekonomian yang menuju kebangkrutan.

Negara-negara Barat telah menjatuhkan sanksi keuangan terhadap militer, bank, dan bisnis terkait Myanmar.

Bank Sentral Myanmar telah menggarisbawahi bahwa bank lokal dan internasional yang terlibat dalam transaksi dengan Myanmar telah melakukan uji tuntas yang komprehensif terhadap semua hubungan bisnis dan transaksi.

“Transaksi keuangan terbatas pada impor barang-barang penting dan kebutuhan dasar warga Myanmar, seperti obat-obatan dan perbekalan kesehatan, produk pertanian dan peternakan, pupuk, minyak nabati, dan bahan bakar,” demikian pernyataan Bank Sentral Myanmar.

Ekspor dari Singapura diperkirakan menurun dari USD 110 juta pada tahun 2022 menjadi USD 10 juta pada tahun 2023, menurut laporan PBB. Namun perusahaan-perusahaan Thailand mengisi kesenjangan tersebut dengan mengirimkan senjata dan barang lainnya senilai $120 juta, dua kali lipat jumlah tersebut dari tahun sebelumnya.

Kementerian Luar Negeri Thailand melalui keterangan tertulis pada Kamis (27/6) menyatakan bahwa perbankan dan lembaga keuangan negara tersebut mengikuti protokol yang sama dengan pusat keuangan besar lainnya. Bangkok mengatakan pemerintah akan meninjau laporan utusan khusus PBB tersebut.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *