Fri. Sep 27th, 2024

Nyamuk Wolbachia Sudah Disebar di 5 Wilayah, Selanjutnya Ditargetkan Uji Coba di 230 Kabupaten Kota

matthewgenovesesongstudies.com, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dr Imram Pambudi di Jakarta mengatakan, saat ini ada lima wilayah yang menjadi tempat penyebaran nyamuk ber-Wolbachia. Kelima wilayah tersebut adalah Jakarta Barat (DKI Jakarta), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bondang (Kalimantan Timur), dan Kupang (NTT).

Selain itu, Kementerian Kesehatan RI berencana melakukan uji coba penggunaan nyamuk Wolbachia di 230 kabupaten dan kota selama lima tahun ke depan. Nyamuk ber-Wolbachia digunakan untuk menghambat penularan nyamuk pembawa penyakit demam berdarah dengue (DBD).

“Kami targetkan sekitar 230 daerah/kota menjadi daerah endemis DBD dalam lima tahun ke depan. Daerah-daerah tersebut menjadi daerah endemis DBD,” kata Imram dari Batam, Kepulauan Riau, Kamis, 27 Juni 2024.

Kota Batam tidak mewajibkan pengujian terhadap nyamuk pelepas Wolbachia. Sebab, kasus demam berdarah di sana lebih banyak dibandingkan daerah lain.

Ironisnya, meski kasus demam berdarah di Batam menurun, namun di wilayah lain justru meningkat.

Imran mengutip Antara, “Pada tahun 2023, Dinas Kesehatan Kota Batam mencatat 376 kasus DBD. Pada tahun 2024, ada 181 kasus. Oleh karena itu, metode nyamuk Wolbachia saat ini tidak diperlukan.”

Bagaimana Wolbachia mempengaruhi nyamuk?

Cara kerja nyamuk Wolbachia berasal dari bakteri Wolbachia. Teknologi tersebut menggunakan mekanisme perkembangbiakan hibrida dimana nyamuk jantan pembawa Wolbachia dapat menginfeksi nyamuk betina dengan virus demam berdarah dan sebaliknya menghasilkan telur yang mengandung Wolbachia, demikian laman Kementerian Kesehatan. Berkembang biaknya bakteri tersebut berimplikasi positif dalam menghambat penyebaran penyakit.

“Jadi kalau nyamuk lagi menggigit orang, maka mereka tidak bisa menularkan virus DBD, titik. Tapi caranya, hanya jika nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia semakin banyak, maka nyamuk ber-Wolbachia itu akan berhasil.” Lebih dari 60 persen ,” kata Imram.

Imran saat itu menjelaskan, Indonesia bukan satu-satunya negara yang menggunakan teknologi pemberantasan nyamuk Wolbachia. Negara lain seperti Singapura, Vietnam, Brazil, dan Australia juga sudah menerapkannya.

Nyamuk yang mengandung wolbachia tidak hanya ditemukan di Indonesia tetapi terbukti efektif di banyak negara, ujarnya.

Teknologi Aedes aegypti mengandung Wolbachia. Menurut Kementerian Kesehatan RI: Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat pada 60% serangga dan tidak menginfeksi manusia atau vertebrata lainnya. Wolbachia hidup dalam sel serangga, diturunkan dari generasi ke generasi melalui telur

Nyamuk yang terinfeksi Wolbachia menetas dari telur yang diberi bakteri Wolbachia alami. Telur yang mengandung Wolbachia secara alami berkembang menjadi nyamuk jantan dan betina yang secara alami membawa Wolbachia.

Hasil studi Applied Wolbachia Eradication of Dengue (AWED), rancangan cluster randomized controlled trial (CRCT) yang dilakukan di Yogyakarta, menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti yang mengandung Wolbachia mampu menurunkan penyakit demam berdarah sebesar 77,1%.

Selain itu, rawat inap akibat demam berdarah dapat dikurangi hingga 86%.

Bahkan, sejak tahun 2021, Komite Penasihat Pengendalian Vektor WHO telah merekomendasikan teknologi Wolbachia untuk pengendalian demam berdarah berdasarkan hasil penelitian tersebut dan hasil beberapa negara yang menggunakan teknologi WMP (seperti dikutip laman UGM).​

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *