Fri. Sep 20th, 2024

Mahasiswi PPDS Undip Diduga Bunuh Diri Akibat Bully, Kemenkes Hentikan Sementara Prodi Anestesi RSUP Dr Kariadi

matthewgenovesesongstudies.com, Batavia – Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesi (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip), Dr. Aulia Risma Lestari mengaku membunuh orang yang lebih tua karena ancaman.

Kabar tersebut disebarkan oleh X-story @bambangsuling11 yang mengungkap Aulia Risma Lestari mengakhiri hidupnya dengan menyuntik narkoba ke tubuhnya.

Ia menulis, “Seorang dokter muda di RSUD Kardinah Tegal meninggal setelah menyuntikkan obat ke tubuhnya. Kasus tersebut ditutup-tutupi dengan mengatakan bahwa korban mengalami syaraf. Katanya,” seperti dilansir Kamis, Agustus 2014.

Kasus ini juga mendapat perhatian dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Melalui surat bernomor TK.02.02/D/44137/2024, Kementerian Kesehatan RI meminta penghentian sementara Program Anestesi Universitas Diponegoro di RS Dr Kariadi.

Surat Direktur Jenderal Pelayanan Menteri Kesehatan Azhar Jaya pada Rabu 14 Agustus 2024 berbunyi:

 

Yang terhormat General Manager Rumah Sakit Dr. Kariadi di Semarang;

Terkait dengan ancaman anestesi Universitas Diponegoro di RSUP Dr Kariadi yang berujung pada terbunuhnya salah satu mahasiswa pelatihan anestesi Universitas Diponegoro.

Mengapa Anda menyarankan untuk menunda penelitian kanker di RS Dr Kariadi sampai penelitian dan karya tersebut dapat dievaluasi oleh Direksi RS Kariadi dan FK UNDIP.

“Penangguhan studi akan dimulai sejak tanggal dikeluarkannya surat ini.”

 

Dalam thread Twitter, Dr Aulia Risma Lestari, mahasiswa Program Anestesi (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) yang meninggal dunia, disebut-sebut merupakan mahasiswa semester lima. Ancaman terhadapnya ditemukan di buku harian pribadinya.

“Dia meninggal pada semester lima, tapi ditemukan catatan di PPDS (indikasi perundungan),” tulis situs tersebut.

Selain itu, terungkap bahwa PPDS Anestesi Undip berusaha menutupi kejadian tersebut dengan menyebut korban berkali-kali menyuntikkan obat ke tubuhnya karena saraf kedutan.

Namun hasil pemeriksaan terhadap buku harian korban menunjukkan bahwa korban tidak mampu menahan ancamannya hingga meninggal dunia.

Penulis forum bernama X, Jo, mengaku tidak mengenal Dr. Aulia Risma Lestari, namun ia dan beberapa rekannya memutuskan untuk membuka kasus ini.

“Saya tidak tahu siapa yang dihukum, tapi malam ini saya dan beberapa rekan saya berjanji akan mengejar pelaku terorisme hingga hukuman setimpal diberikan. Tempatnya mengancam,” tulisnya.

Jo pun terungkap ditemukan tewas di kediamannya di Jalan Lempongsari, Kota Semarang pada Senin, 12 Agustus 2014.

Dari hasil pemeriksaan, tersangka sehari sebelumnya diketahui mengajukan keberatan. Kedokteran ini dapat diajarkan oleh ahli anestesi atau peserta program anestesiologi.

Utas juga mengatakan, Kapolsek Gajahmungkur Kota Semarang Kompol Agus Hartono membantah kalau itu adalah pembunuhan.

“Tapi korban harus memegang opium besar di tangannya. Obatnya harus disuntik. Korban diinfus obat untuk membuatnya tidur.” Pengawas membenarkan isi buku harian korban.

Penulis menerima surat dari mahasiswa PPDS Anestesi Undip lainnya dan menceritakan kehidupannya di PPDS sebagai korban.

“Pekerjaan PPDS Anestesi RS Kariadi sangat menegangkan. Jam kerja biasa tanpa shift adalah 18 jam per hari. Saya datang pagi jam 6, pulang jam 12 malam kalau bisa pulang jam 11 malam. ‘jam di malam hari, yaitu pulang di malam hari.

“Kalau pulang jam 2 atau 3 pagi itu biasa. Besoknya jam 6 aku masuk rumah sakit lagi. Penelitian ini berlangsung selama 5 tahun. Kalau ada perubahan, di pagi hari. bekerja minimal 24 jam dan bisa diperpanjang hingga keluar rumah sakit 5-6 hari. “Kamu tidak boleh pulang,” bunyi surat itu.

Sumber anonim juga mengungkap jumlah operasi di RS Kariadi mencapai 120 pasien per hari. Oleh karena itu, PPDS sering kali mempunyai kegiatan yang masih berjalan sebelum peralihannya.  

Pembunuhan bukanlah jawaban, apalagi solusi, atas segala persoalan hidup yang sering menimpa Anda. Jika Anda, sahabat, anggota keluarga atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, mengalami depresi atau ingin bunuh diri, Anda memerlukan dokter spesialis jiwa di pusat kesehatan terdekat (Puskesmas atau Rumah Sakit). Anda dapat mendownload aplikasi teman saya: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.my friends

Atau hubungi Call Center Hello Kemenkes 24 jam 1500-567 yang menangani berbagai keluhan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda dapat mengirimkan pesan singkat ke 081281562620, fax (021) 5223002, 52921669, dan email (alamat) [email protected].

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *