Fri. Sep 20th, 2024

Menjaga Maestro, Seni Tradisional Indonesia

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Panggung Maestro merupakan panggung apresiasi kepada para maestro yang mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan dan menjaga kesenian tradisional, sehingga melestarikan budaya negara kita saat ini.

Kehadiran dan keikhlasan mereka dalam berkarya merupakan sebuah jasa yang sangat berharga bagi generasi kini dan mendatang, agar mereka tidak kehilangan karakter dan kepribadiannya di tengah derasnya arus modernisasi.

Penampilan para seniman diharapkan dapat meningkatkan apresiasi, membangkitkan kesadaran dan mengobarkan energi kreatif dalam upaya melestarikan dan memajukan seni dan budaya.

Panggung Maestro ke-5 yang dipersembahkan oleh Yayasan Bali Purnati bekerja sama dengan Perfilman, Musik, Media Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia. & Yayasan Bhumi Purni; Diselenggarakan pada 13-14 Juni 2024 di Teater Wahyu Sihombing Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Panggung Maestro kali ini menampilkan maestro seni dari dua provinsi: Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Panggung Maestro merupakan pernyataan (bukan pembukaan) penghormatan terhadap seniman yang telah mewariskan energi seni dan budaya warisan para pendahulunya kepada generasi penerus kita. Energi adalah kekuatan hidup, sejenis jiwa yang tidak dapat mati.

Maestro Panggung Seni, Endo Suwanda mengatakan: “Tetapi jiwa hanya ada ketika raga dalam keadaan terjaga. Kami berniat dan berjanji menjadi pewaris aktif dengan memelihara dan mengolah energi tersebut hingga menghasilkan buah dan benih yang mendorong tumbuhnya kebudayaan.” Usul.

Sejak Panggung Maestro digelar pertama kali pada Juli 2023, sudah ada 25 maestro dan 250 pendukung pertunjukan yang tampil di atas panggung.

Dilihat oleh 2.470 orang dengan lebih dari 25.000.000 tayangan digital, Panggung Maestro terus merayakan kekayaan dan keberagaman seni Indonesia yang dapat menumbuhkan kearifan sosial, ketahanan, martabat, dan pertumbuhan sosial ekonomi.

“Hal yang sangat membahagiakan dan menggembirakan, di panggung maestro kali ini kita berkesempatan melihat penari dan pencipta tari yang sudah berusia di atas 70 tahun, bahkan ada yang sudah di atas 90 tahun namun masih berkarya,” jelasnya. .

Lamanya waktu yang mereka habiskan untuk bekerja bukanlah hal yang main-main. Mereka berasal dari konsep viraga, virama dan varasa dan yang ada dan selalu ada adalah “kasunyatan” yang selalu bersemayam di dalam tubuhnya. Maksudku yang asli. maestro,” kata maestro Dewan Seni Panggung Sulistio Tirtokusumo.

Selain panggung Maestro, juga digelar panggung Wakana, sebuah forum talkshow untuk mendefinisikan nilai-nilai seputar aktivisme perempuan.

Panggung Wakana merupakan kesempatan besar bagi para peserta, seniman, budayawan, guru, siswa dan siapa saja yang berminat dan tertarik dengan seni tradisional untuk mendengar dan berbincang dengan tokoh budaya Indonesia yang jarang kita temui.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *