Fri. Sep 20th, 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Gunung Sawal merupakan kawasan hutan pegunungan di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Wilayahnya meliputi Kecamatan Panjalu, Cipaku, Kawali, Sadananya, Cikoneng, Sindangkasih, Cihaurbeuti dan Panumbangan, Ciamis.

Puncak tertinggi Gunung Sawal terletak di kawasan Panjalu dengan ketinggian 1.764 meter di atas permukaan laut. Gunung cantik ini menjadi ikon Ciamis, terbukti dengan digunakannya Gunung Sawal sebagai backdrop logo Kabupaten Ciamis. 

Dikutip dari laman Gunung Bagging, Minggu 5 Juli 2024: Gunung Sawal merupakan rangkaian pegunungan besar dengan ketinggian sedang yang sangat populer di kalangan naturalis dan peziarah, serta pendaki biasa.

Gunung Sawal memiliki lebih banyak hal untuk ditawarkan selain lokasi dan ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Sawal yang dirangkum Tim Lifestyle matthewgenovesesongstudies.com dari berbagai sumber. 1. Cagar Alam

Kawasan Gunung Sawal merupakan salah satu cagar alam di Indonesia yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 420/kpts/UM/1979 tanggal 4 Juli 1979 dengan luas 5.400 hektar.

Beberapa tempat di kawasan Gunung Sawal juga biasa dijadikan tempat berkemah oleh para pecinta alam asal Ciamis dan Tasikmalaya, antara lain Tempat Tugu di Sadananya, Gunung Golkar di Sindangkasih, Batu Datar di Cipaku, Curug Tujuh di Panjalu dan masih banyak tempat menarik lainnya. 

Keanekaragaman hayati dan ekosistem yang sangat terjaga menjadi keunggulan kawasan Gunung Sawal. Masih banyak spesies tumbuhan dan hewan langka di cagar alam ini.

Salah satu permasalahan yang mengancam kelestarian Suaka Margasatwa Gunung Sawal adalah maraknya pembukaan lahan pertanian bagi warga di kaki gunung ini. Hutan yang ditebang digantikan oleh lahan pertanian yang digarap warga.

Selain itu, pemburu satwa masih banyak ditemui di hutan Gunung Sawal, meski jelas seluruh flora dan fauna dilindungi di cagar alam ini. Masalah ini merupakan hal yang lumrah dimana-mana.

Upaya konservasi selalu berbenturan dengan eksploitasi, hal ini tidak dapat dihindari, bahkan masyarakat yang menggarap lahan tersebut membutuhkan penghidupan dan terpaksa mengorbankan alam. Intervensi pemerintah diperlukan di sini untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar dapat menyikapi alam secara bijaksana.

Sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan dan dikelola untuk kepentingan masyarakat, namun pemanfaatannya harus dibarengi dengan kearifan masyarakat itu sendiri untuk menjaga kelangsungan ketersediaan sumber daya serta kelestarian alam dan lingkungan hidup. 

Kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal juga menawarkan peluang wisata pendakian dan aktivitas satwa liar lainnya. Sayangnya, informasi mengenai kawasan Gunung Sawal di internet masih sangat sedikit.

Hutan di Gunung Sawal masih sangat liar dan terawat sehingga bisa menjadi tempat bertualang yang sangat baik dan menantang. Selain itu, populasi macan tutul jawa atau macan tutul hidup di hutan-hutan di sini.

Kehadiran macan tutul yang langka ini bertepatan dengan situs kuno yang sangat penting bagi penduduk setempat. Oleh karena itu, seluruh peneliti konservasi dan pencinta sejarah berharap kunjungan ke sini tidak akan seperti pengalaman trekking komersial yang Anda temukan di sini. Bahkan konon terdapat benteng kuno di sekitar Gunung Sawal. 4. Asal Usul Nama Gunung Sawal

Sawal atau Syawal adalah bulan kesepuluh dalam penanggalan Arab-Islam. Bulan ini adalah bulan setelah puasa Ramadhan dan oleh karena itu dimulailah perayaan dan perayaan Idul Fitri yang menandai berakhirnya puasa.

Ada kemungkinan bahwa Gunung Sawal memiliki nama lama yang mencerminkan budaya Hindu atau pagan, dan nama ini digantikan dengan nama Islam yang lebih positif dan meriah “Sawal” ketika masyarakat di daerah tersebut masuk Islam.

Pegunungan ini dapat dicapai dari berbagai arah dan sejauh ini merupakan rute terbaik untuk mencapai puncak tertinggi, yang dikenal secara lokal sebagai Karantenan. Perjalanan dimulai di desa kecil Tembong (938 meter di atas permukaan laut), sebelah utara puncak, beberapa kilometer sebelah selatan Panjalu, tempat Danau Situ Lengkong berada.

Pendaki reguler bisa mencapai puncak hanya dalam waktu dua jam. Namun hati-hati jangan sampai tersesat jika memulai di titik pendakian yang salah. Oleh karena itu, sebaiknya gunakan jasa pemandu warga setempat. 6. Pemandangan dari puncak Gunung Ciremai dan Gunung Tampomas

Jalur pertama melewati perkebunan kopi dan kemudian melewati hutan campuran pinus dan kopi. Saat cuaca cerah ada beberapa pemandangan Ciremai yang sangat indah di sebelah utara.

Ada bagian semak pendek sebelum Anda melihat kabin di sisi kanan pendakian. Di luar gubuk ini pemandangannya bahkan lebih mengesankan, tidak hanya Ciremai tapi juga Tampomas yang lebih kecil di barat laut.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *