Fri. Sep 20th, 2024

Penyaluran Kredit BNI Naik 11,7%, Ini Dampaknya ke Laba

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI mengumumkan kinerjanya untuk periode yang berakhir 30 Juni 2024. Kinerja BNI pada semester I-2024 semakin kokoh didukung oleh percepatan pertumbuhan bisnis. Baik dari sisi penyaluran kredit dan transaksi nasabah, serta perbaikan kualitas aset yang berkelanjutan.

Pimpinan BNI Royke Tumilaar menjelaskan hal tersebut tercermin dari laba bersih konsolidasi BNI per Juni 2024 yang meningkat 3,8% year-on-year menjadi Rp 10,7 triliun. Kinerja ini sesuai dengan ekspektasi pasar.

“Kinerja laba yang baik tersebut didukung oleh kinerja kredit yang mulai terakselerasi pada kuartal kedua sehingga membuat BNI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 11,7% secara tahunan pada Juni 2024 dengan posisi saat ini sebesar Rp727 triliun, lebih tinggi 1% dibandingkan kredit. kinerja kuartal I meningkat 9,6% year-on-year,” jelas Royke dalam pemaparan kinerja BBNI, Kamis (22 Agustus 2024).

Pertumbuhan kredit ini berasal dari ekspansi yang hati-hati di bidang-bidang yang berisiko rendah, yaitu perusahaan-perusahaan terkemuka swasta dan milik negara, kredit konsumsi dan anak perusahaan. Percepatan pertumbuhan kredit tidak terlepas dari stabilitas perekonomian nasional dalam konteks dinamika perekonomian global dan perbaikan lingkungan operasional perbankan.

Secara khusus, Bank Indonesia telah memberikan kemudahan insentif kepada bank-bank yang memberikan pinjaman atau pembiayaan kepada industri tertentu untuk meringankan kewajiban pemenuhan Giro Wajib Minimum atau GWM dalam rupiah yang berlaku mulai 1 Juni 2024.

“Dengan penerapan insentif tersebut, Bank Indonesia memperluas cakupan kebijakan likuiditas makroprudensial atau sektor prioritas KLM hingga mencakup sektor otomotif, perdagangan, listrik, gas, air, serta sektor jasa sosial, ekonomi kreatif, dan sektor swasta. sektor keuangan, selain yang sudah ada sebelumnya yaitu mineral dan batu bara, serta hilirisasi non-mineral, perumahan, dan pariwisata,” jelas Roick. likuiditas tambahan

Dengan memanfaatkan insentif ini, perbankan memperoleh akses terhadap tambahan likuiditas yang dapat digunakan untuk meningkatkan alokasi kredit kepada masyarakat. Pemberian insentif ini juga akan berdampak positif pada biaya pendanaan yang mulai membaik pada kuartal II-2024 karena insentif tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki struktur dana pihak ketiga.

Pada saat yang sama, kredit yang dialokasikan oleh NBI kepada perbankan saja pada semester pertama tahun 2024 berjumlah Rp 171 triliun, meningkat 48% dari semester pertama tahun 2023, terutama dialokasikan kepada perusahaan-perusahaan blue-chip, termasuk swasta dan negara. -perusahaan milik. Tiga sektor utama dengan penyaluran kredit terbesar adalah perdagangan, energi, dan manufaktur. Namun secara keseluruhan, permintaan kredit di seluruh sektor perekonomian yang dicatat oleh Biro Investigasi Nasional masih cukup baik.

“Ekspansi kredit kami terutama menyasar peminjam-peminjam teratas di berbagai industri dan wilayah, diikuti dengan optimalisasi bisnis ekosistem peminjam. Hal ini akan mendorong pertumbuhan kredit di bidang lain seperti konsumsi yang meningkat sebesar 15,1% dibandingkan tahun lalu,” ungkap Roike.

Penguatan peran anak perusahaan juga semakin memberikan kontribusi positif terhadap kinerja BNI Group. Hal ini dibuktikan dengan PPOP (laba operasional sebelum pencadangan) anak perusahaan yang tumbuh 4,8% secara tahunan pada semester I-2024. Kami optimis BNI dapat terus mendorong tren pertumbuhan yang baik sehingga impuls kredit dan pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.

Direktur Keuangan BNI Novita menambahkan, pertumbuhan kredit yang cukup besar tersebut dicapai berkat pelonggaran GWM yang diberikan BI melalui insentif kebijakan likuiditas makroprudensial. Relaksasi GWM memberikan tambahan likuiditas, mengoptimalkan dukungan alokasi kredit, dan juga digunakan untuk memperbaiki struktur dana pihak ketiga NBI, mengurangi bobot dana institusi pada giro dan deposito, dan kemudian menggantinya dengan dana ritel atau pribadi. dalam deposito, yang lebih efisien. Sejauh menyangkut suku bunga.

Hal ini terlihat dari total dana pihak ketiga NBI pada semester I tahun 2024 yang meningkat sebesar 1% per tahun, terutama ditopang oleh pertumbuhan tabungan sebesar 4,3% per tahun dan pertumbuhan giro sebesar 1,1% per tahun, sedangkan DPK meningkat. direvisi sebesar 2,6% UE.

“Hal ini berdampak pada peningkatan rasio kas terhadap dana pihak ketiga sebesar 70,7% dari tahun sebelumnya sebesar 69,6%. Upaya ini telah meningkatkan efisiensi biaya dana sehingga biaya dana pada triwulan II-2024 sebesar 2,72%. , meningkat 7% dari titik dasar kuartal sebelumnya.”

Percepatan ekspansi bisnis dan peningkatan efisiensi biaya modal pada kuartal kedua tahun 2024 menghasilkan peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 3,1% dari kuartal sebelumnya. Kinerja terbaik juga diuntungkan oleh kenaikan pendapatan iuran sebesar 11,9% dibandingkan tahun lalu, yang didorong oleh biaya perbankan dan transaksi digital yang lebih tinggi.

Akibat percepatan penyaluran kredit pada sektor subprime mortgage, kualitas aset terus membaik yang dibuktikan dengan menurunnya rasio kredit bermasalah dan rasio kredit bermasalah. Tingkat kredit bermasalah pada Juni 2024 sebesar 2%, membaik dari 2,5% pada Juni tahun lalu.

Sementara itu, kredit bermasalah (termasuk kredit bermasalah, kredit bermasalah 2 dan kredit yang direstrukturisasi) sebesar 12,3%, membaik dari 16,1% pada Juni tahun lalu.

“Meski indikator kualitas aset menunjukkan perbaikan yang kuat, kami terus menyeimbangkannya dengan menyediakan cadangan dalam jumlah yang memadai untuk mengantisipasi risiko ketidakpastian di masa depan,” kata Novita.

Mulai Semester 1 2024, biaya CKPN akan dibentuk sebesar 1% relatif terhadap total biaya kredit atau credit hour. Angka ini turun 40 basis poin dari kredit pensiun sebesar 1,4% yang ditetapkan pada semester pertama tahun lalu.

Pembentukan CKPN cukup untuk memenuhi tambahan giro wajib minimum peminjam yang masih menjadi perhatian khusus. Per Juni 2024, rasio cadangan kredit bermasalah dan rasio kredit bermasalah berada pada level memadai masing-masing sebesar 298% dan 48%.

Secara keseluruhan, laba bersih BNI pada semester I 2024 mencapai Rp10,7 triliun, meningkat 3,8% dibandingkan tahun lalu. Kinerja ini relatif sesuai dengan ekspektasi pasar.

“Kami berkomitmen untuk menjaga momentum pertumbuhan dan hasil positif serta memenuhi target bisnis kami di tahun ini, termasuk fokus pada berlanjutnya permintaan kredit yang baik, khususnya di sektor korporasi, dan potensi perbaikan kondisi likuiditas pada paruh kedua tahun 2024, Pungkas Novita. Tergantung kebijakan moneter dan fiskal global dan domestik. “

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *