Fri. Sep 20th, 2024

AI Jadi Senjata Baru Hacker, Bikin Deepfake untuk Sebar Misinformasi hingga Penipuan

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Pesatnya kemajuan kecerdasan buatan (AI) tidak hanya membawa manfaat. Namun hal ini juga menjadi ancaman serius.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber Trend Micro menunjukkan bahwa peretas kini semakin banyak menggunakan AI untuk melakukan serangan siber yang semakin kompleks dan sulit dideteksi.

Salah satu ancaman terbesarnya adalah Deepfakes, sebuah teknologi yang memungkinkan pembuatan video atau audio palsu yang sangat mirip dengan aslinya.

Dengan bantuan AI, mereka bisa mengelabui korbannya agar melakukan pemerasan. Pencurian identitas, penipuan, atau penyebaran informasi yang tidak akurat.

COO Trend Micro Kevin Simzer mengungkapkan bahwa peretas kini memiliki alat deepfake yang lebih murah dan mudah digunakan.

Fenomena ini tentunya memungkinkan mereka melakukan serangan yang lebih besar dan efektif, kata Simser dalam keterangannya, Sabtu (8/3/2024).

Bahaya deepfake tidak hanya mengancam dunia usaha. Namun teknologi ini juga menimbulkan ancaman bagi individu. Survei Trend Micro menunjukkan bahwa 71% responden mengkhawatirkan pemalsuan yang mendalam dan percaya bahwa teknologi tersebut sering digunakan untuk penipuan.

“Kantong tebal yang belum ditemukan dapat menyebabkan kerugian finansial, kerusakan reputasi, dan bahkan ancaman fisik”, Simzer menyimpulkan.

Ketika ancaman menjadi lebih serius, Trend Micro telah mengembangkan teknologi baru untuk mendeteksi Deepfake.

Teknologi ini menggunakan beberapa metode canggih. Untuk mengidentifikasi konten yang dihasilkan AI

Analis Gartner Dan Ayoub mengatakan: “Penting bagi kami untuk mengembangkan metode baru untuk mendeteksi kantong dalam seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat.”

Deepfake menimbulkan risiko besar bagi organisasi dan individu modern. pencurian identitas merusak reputasi dan dapat membahayakan kesehatan mental atau fisik

Dalam studi Trend Micro baru-baru ini, 36% konsumen melaporkan mengalami upaya penipuan menggunakan Deepfakes.

 

FBI sebelumnya telah memperingatkan tentang penggunaan teknologi deepfake bersamaan dengan panggilan video untuk menyerang email bisnis dan aplikasi jarak jauh secara curang.

Teknologi ini tidak hanya disalahgunakan untuk menghilangkan verifikasi manusia. Namun hal ini juga mencakup langkah-langkah keamanan biometrik seperti pengenalan wajah.

Penelitian Trend Micro juga menemukan perubahan yang menunjukkan peningkatan minat dalam memanfaatkan model LLM yang ada melalui teknik peretasan yang inovatif. Daripada mengembangkan alat AI untuk kejahatan

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *