Fri. Sep 20th, 2024

Alasan Kementerian ESDM Batasi Konsumen Solar Subsidi

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Menteri Energi dan Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara soal rencana pembatasan pembeli BBM bersubsidi, termasuk solar bersubsidi (CN 48).

Ia kemudian memaparkan beberapa alasan pemerintah mengurangi pembelian solar bersubsidi. Mulai dari fluktuasi harga minyak dunia hingga kemampuan pemerintah menyediakan anggaran kompensasi dari kantong negara.  

“Kita masih belajar. Sekarang hubungannya dengan minyak, harga minyak di dunia. Dan kebutuhan, serta kemampuan negara dalam memberikan subsidi dan kompensasi,” kata Arifin di Kantor Dirjen Migas. kata Gas . Kementerian Energi dan Mineral, Jakarta, Jumat (2/8/2024).

Seiring berjalannya waktu, batasan pembeli solar bersubsidi akan diatur langsung dalam peraturan presiden. Nanti akan kita selesaikan dalam pengumuman presiden, tambahnya. 

Adapun hak minum solar bersubsidi sebenarnya sudah diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Bahan Bakar Minyak. Pemerintah kini tengah bersiap merevisi kebijakan tersebut. 

Revisi Perpres 191 Tahun 2014 akan mengatur klasifikasi jenis kendaraan yang diperbolehkan menggunakan bahan bakar jenis tertentu (JBT) atau solar bersubsidi, dan jenis bahan bakar tujuan khusus (JBKP) Pertalite. 

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kelautan dan Perikanan Judy Mahardi mengatakan, pemerintah berkomitmen memastikan subsidi BBM sesuai dengan kebutuhannya 

Menurut Judy, revisi Perpres 191 Tahun 2014 merupakan langkah untuk memastikan hanya mereka yang benar-benar berhak menerima subsidi BBM.

Revisi Perpres 191 Tahun 2014 terkait hal ini juga merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memperkuat pengawasan dan penyaluran subsidi BBM. Revisi ini akan memperkuat kondisi penerima subsidi, cara penyaluran, dan cara pengawasan yang lebih ketat. jelasnya sebelumnya kepada matthewgenovesesongstudies.com. 

 

 

Oleh karena itu, lanjutnya, Pertamina akan menavigasi melalui beberapa inisiatif strategis. seperti pemanfaatan teknologi informasi untuk memantau pembelian BBM bersubsidi di SPBU secara real time. 

“Pertamina sendiri sudah menyiapkan sistem kewaspadaan yang dipantau langsung di kantor pusatnya, sehingga semua yang ada di dalam kendaraan bisa terpantau secara langsung,” tambah Judy. 

Seiring dengan penerapan kebijakan pembatasan pembelian BBM bersubsidi, juga akan dilakukan digitalisasi seluruh SPBU, untuk memastikan prosesnya efektif dan efisien. 

Jodi mengatakan melalui digitalisasi ini, seluruh pembelian dapat dicatat dan dianalisis sehingga mengurangi peluang penyalahgunaan subsidi. Jadi kata kuncinya adalah efisiensi.

“Yang jelas tujuan utamanya adalah memastikan subsidi BBM bermanfaat bagi mereka yang paling membutuhkan, sesuai syarat dan ketentuan yang ditentukan,” ujarnya 

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Mineral (ESDM), Dadan Kasdiana buka suara terkait peluncuran produk bahan bakar rendah sulfur jenis baru dan spesifikasi 50 bagian per juta. Bahan Bakar Diesel (ppm)

Dadan mengatakan, tingginya polusi udara di Jakarta tidak lepas dari tingginya kadar sulfur pada bahan bakar yang biasa digunakan.

“Jadi bahan bakar kita sulfurnya tinggi. Sulfurnya mencapai 2.500. Padahal kalau kita ikuti Euro 4 yang dipakai di ASEAN, sulfurnya 50,50 sampai 2.500. Kita punya 50 kali lipat,” jelasnya di Jakarta. , Jumat (19/7/2024).

Oleh karena itu, pemerintah saat ini sedang melakukan penelitian untuk mengembangkan bahan bakar solar jenis baru agar produk kendaraan lebih bersih. “Apalagi di daerah yang polusinya tinggi. Dan kami ingin solar ini diproduksi di dalam negeri,” imbuhnya.

Oleh karena itu, lanjut Dadan, pemerintah sedang menghitung potensi dan mengembangkan titik awal bahan bakar jenis baru tersebut, termasuk nilai keekonomiannya. Pasalnya, jika kualitas bahan bakarnya lebih baik maka akan berdampak lebih besar terhadap harga.

“Untuk saat ini lihat saja harga internasional. Kalau solar mengandung sulfur sebanyak itu, maka harganya akan membaik di mana-mana,” kata Dadan.

Saat ditanya apakah pemerintah akan memberikan subsidi untuk solar baru, Dadan tidak membenarkan. Meski demikian, pemerintah berkomitmen menyediakan bahan bakar berkualitas dengan harga terjangkau.

“Pemerintah ingin menyediakan sebanyak-banyaknya bahan bakar ramah lingkungan. Kalau pemerintah memastikan bahan bakar tersedia, sesuai opini masyarakat, maka akan ditimbun juga. Belum bisa dipastikan kemampuan membelinya,” ujarnya.

 

Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Tawfiq Aditya Varman menjelaskan persiapan PT Pertamina (Persero) menyambut produk baru Minyak Sulfur Rendah (BBM).

Oh, kita siap, kita selesaikan dengan tim, kita akan saling mendukung, kata Tawfiq kepada wartawan di GRHA Pertamina, Rabu (17/7/2024).

 Sedangkan produk bahan bakar rendah sulfur akan bersumber dari Kilang Balongan, Andramyo, Jawa Barat. Dia mengatakan, KPI akan menyalurkan sebanyak 900 ribu barel.

Selain itu, program uji coba peluncuran produk baru ini dijadwalkan pada bulan September di 3 SPBU di Jakarta. Tawfiq menegaskan, produk baru tersebut berbahan bakar diesel dengan spesifikasi 50 ppm dan bukan bensin. 

“Di Jakarta ada 3 SPBU. Ambil dari Balongan karena di Balongan sudah rendah sulfurnya,” ujarnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *